09 Juli 2012

opini musri nauli : In Memoriam - Asril yang kukenal





Sebuah kabar mempertanyakan via sms ke HP ku “Nauli, apa betul Asril meninggal ? Sakit apa, kapan dikebumikan, dimana alamatnya ? SMS itu masuk bersamaan dengan sms yang juga mengabarkan “Innalilahi waina ilahirojiun. Telah berpulang ke rahmatullah kanda Asril, SH. Anggota DPRD Provinsi Jambi Komisi 3. Semoga amal ibadah beliau di terima sisinya. Amin.

Dua kabar melalui sms yang diterima pada sore hari sabtu (16.31, 7 Juli 2012), mengakhiri pekan yang duka. Sebuah kabar yang mengejutkan disaat konsentrasi publik masih tersita dengan persoalan tanah di Telanaipura antara Pemprov dengan Zulkifli Nurdin.

Ketika menerima kabar itu, terbayang dengan sahabatku yang disaat masih aktif menjadi pengacara (sebelum menjadi anggota DPRD). Sebuah perjalanan panjang menekuni profesi bantuan hukum. Asril SH adalah cerminan teladan dalam bersikap sebagai advokat. Dia adalah sedikit orang yang tetap konsisten yang berpakaian menggunakan dasi dan pakaian rapi dalam persidangan, maupun dalam agenda-agenda advokat. Teladan inilah yang membuat dia mempunyai ciri yang khas dan mudah ditandai dalam interaksi pergaulan sehari-hari.

Secara pribadi, penulis kurang mengenal Asril. Pertemuan secara personal dimulai ketika Kantor beliau di Talang Banjar (tepat didepan Kantor Polresta Talang Banjar) sering dijadikan tempat kumpul-kumpul para advokat. Waktu itu suasana “guyup” masih terasa. Tidak ada perpecahan. Kami berkumpul dan berdiskusi dengan berbagai tema. Seringnya kami berkumpul membuat kami sepakat mendirikan lembaga informal. Kami menyebutnya “FORUM PENGACARA MUDA JAMBI (FPMJ). Keanggotaannya longgar. Tanpa memandang latar belakang asal organisasi (ada dari IKADIN, IPHI, AAI) dan penulis meyakini semangat berkumpul dari Forum Pengacara Muda Jambi (FPMJ) merupakan salah satu cikal bakal pendirian PERADI (Perhimpulan Advokat Indonesia). Teman-teman sepakat kemudian menunjuk saudara Asril, SH sebagai koordinator FPMJ.

Banyak moment kemudian digagas dari FPMJ. Baik dukungan terhadap beberapa orang pengacara yang “berperkara” berhadapan dengan hukum, mempersoalkan berbagai penyimpangan hukum acara di berbagai pengadilan Negeri ke Pengadilan Tinggi (waktu itu, Pengadilan Tinggi merupakan tempat muara pengadilan penyimpangan Hukum acara di berbagai pengadilan negeri). Kesan saya terhadap Asril, SH, dia berbicara “berapi-api”, fokus dengna masalah, punya greget dan yang pasti, sikap yang disampaikan oleh Asril, SH membuktikan posisi advokat lantang “memperjuangkan kepentingan hukum”.

Interaksi penulis dengan Asril, SH lebih banyak “bertemu” di Pengadilan Negeri Jambi. Baik sambil menunggu sidang, maupun dalam dalam diskusi informal di kantin Pengadilan Negeri Jambi.

Kemudian interaksi lebih banyak dalam kasus-kasus yang melibatkan “kader-kader HMI”. Baik penyerbuan markas Cabang HMI, mahasiswa-mahasiswa HMI dalam berbagai kasus demonstrasi, maupun acara-acara di HMI. Dalam pertemuan informal itulah, penulis melihat keadaan kesehatan Asril, SH yang menurun. Baik fisik badannya yang mulai kurus, maupun cerita beliau yang mulai mengalami pengobatan. Baik secara medis maupun alternatif. Namun semuanya tidka menghilangkan sikap kritis, bicara berapi-api, maupun sikap “keras kepala” untuk melawan sakit.

Secara politik, kemudian Asril, SH mengambil sikap aspirasinya ke Partai Demokrat. Asril, SH kemudian “gigih” memperjuangkan kasus hukum yang melibatkan ketua Partai Demokrat yang tersangkut kasus korupsi di Muara Jambi. Publik masih ingat, bagaimana sikap Asril, SH yang “all out” membela kepentingan hukum. Dari kesan yang ditangkap, penulis berkeyakinan, bahwa sikap yang ditunjukkan oleh Asril, SH yang “keukeuh” meletakkan hukum sebagai panglima. Asril SH menolak cara-cara politik dalam persoalan hukum.

Dalam perkembangannya, penulis mengetahui Asril, SH masuk ke parlemen Provinsi. Namun walaupun menjadi anggota parlemen, interaksi dengan kalangan advokat tidak putus. Penulis masih ingat, ketika menjadi “ketua Sementara”, Asril, SH datang ke sebuah acara dengna mobil dinas, BH 2 dan waktu itu suasana lebih bergembira karena “setidak-tidaknya ASRIL, SH datang pakai mobil dinas Ketua (sementara) DPRD Provinsi lengkap dengan ajudan. Ada kebanggaan tersendiri. Selain itu penulis juga bergembira mendengar cerita langsung dari Asril, SH, kesehatannya mulai baik.

Interaksi penulis dengan Asril, SH kemudian dikatakan sudah jauh. Penulis hanya mengamati dari media massa, peran Asril SH yang lebih banyak terima demonstran apabila demonstrasi ke DPRD Provinsi Jambi.

Sebuah acara “Dialog publik” di sebuah televisi lokal di Golden Harvest Hotel membahas pulau berhala, interaksi penulis ketika bersalaman selesai acaranya. Penulis melihat kesehatannya yang sudah mulai menurun. Namun dia tidak menyampaikan kepada penulis. Teman-teman penulis banyak menceritakan tentang kesehatan.

Dalam dialog live televisi lokal dengan panelis penulis, Asril, SH dan Ketua KNPI Propinsi yang membahas “jembatan Batanghari II”, penulis menangkap kesehatannya yang sudah mulai menurun. Sudah mulai jauh menurun dari pertemuan sebelumnya. Penulis berkeyakinan, berbagai upaya pengobatan yang sudah dilakukan belum memberikan harapan yang baik. Penulis menyesalkan di usia yang muda, yang masih banyak bisa berbuat yang bisa dilakukan oleh beliau, beliau tersita harus mengurusi kesehatan. Sebuah takdir tuhan yang tidak pernah kita bisa tentukan.

Berbagai peristiwa dan interaksi penulis dengan Asril, SH membuktikan, Asril, SH punya sikap yang “tegas” baik sebagai advokat dalam mengurusi perkara-perkaranya, berhadapan dengan penegak hukum, sebagai kader HMI yang memperjuangkan berbagai kasus-kasus yang melibatkan kader-kader HMI maupun sebagai anggota parlemen provinsi yang selalu menerima para demonstrans. Sikap tegas dan berbicara yang “berapi-api” membuktikan sikap matang dan menguasai masalah yang berakar dari advokat, anggota parlemen dan kader HMI. Sebuah prestasi yang sangat kurang di Jambi. Prestasi yang masih bisa dihitung dengan kepalan jari. Dan setiap kader HMI, advokat dan anggota parlemen akan mudah mengingatnya dan menghormatinya.

Dan kabar sabtu sore memastikan “rencana” tuhan. Dia pergi disaat para pejuang masih berkutat melawan ketidakadilan. Di saat para pejuang masih melihat para “pengurus” negara sibuk mengurusi kepentingan pribadi dan golongannya diatas kepentingan umum. Dan kepergiannya, mengingatkan kita semua. Perjuangan masih panjang dan terus kita perjuangkan.