28 Desember 2012

opini musri nauli : CERITA "SANG ANGGREK"


CERITA “SANG ANGGREK”.

Mengapa nama ente diganti ? Ujarku sambil berkenyit kening ketika memulai pertanyaan. (Sebelumnya nama yang kukenal Abdul Rasyid. Mantan Anggota KPU Propinsi Jambi. Kemudian di Facebook, terakhir kuketahui Abdullah Rasyid). Sambil memulai pembicaraan, Si Abdul Rasyid bercerita.


Waktu ke Medan beberapa waktu yang lalu, Abdul Rasyid bertemu dengan seseorang. Dia menganjurkan agar nama “Abdul Rasyid” dianggap kurang lengkap. Seharusnya lebih lengkap “Abdullah” tidak cukup “Abdul. Karena nama Abdul jarang dipakai. Seperti nama Ayah Rasullah. Abdullah. Bukan Abdul. Rasyid kemudian banyak bercerita mengenai nama. Dan Rasyid kemudian “mengikrarkan diri” melengkapi nama Abdul Rasyid menjadi “Abdulah Rasyid sebagaimana Facebooknya.

Sekali lagi saya mengernyitkan kening. Dalam perjalanan sepuluh tahun, seseorang dipengaruhi berbagai pengalaman, pendidikan dan pergaulan.

Pada awal-awal saya ketemu, saya masih ingat betul. Bagaimana seorang Abdul Rasyid menegaskan kepada saya. Setiap yang diraihnya merupakan perjuangan dan konsistensi. Dia memberikan contoh bagaimana mempersiapkan diri menjadi Ketua Umum Senat Universitas USU, menjadi Ketua Umum BM PAN. Bahkan dalam “urusan” asmara. Dia juga bercerita.

Cerita mengenai “meraih” jabatan penting di kampus bagi saya, cerita biasa walaupun saya juga sudah sering mendengarkan cerita-cerita orang sukses. Tapi cerita mengenai asmara itu yang paling saya ingat.

Saya ingat betul. Bagaimana untuk “menaklukkan” sang Kekasih Hati, si Rasyid menanyakan hobby orang tua. Si Pacar kemudian menceritakan sang Ibu yang “Hobby” menanam kembang anggrek.

Dunia anggrek merupakan Dunia aneh. Rasyid-pun tidak kehilangan akal. Namun tidak menghalangi dan Rasyid untuk “menaklukan” sang “Camer”. Sang Rasyid kemudian harus “riset” mengetahui nama-nama anggrek. Cara “stek”, umur tanaman, cara merawat anggrek. Bagaimana “menjemur” tanaman anggrek. Harus beli buku, mampir ke tukang anggrek, sibuk tanya-tanya ke teman-teman dari fakultas Pertanian. Pokoknya “Belajar habis hal ikhwal” tentang anggrek. “Perlu waktu 3 bulan untuk belajar semuanya” kata Rasyid untuk menegaskan “kesungguh-sungguhan” menaklukkan sang Camer.

Setelah “dianggap cukup mengetahui tentang anggrek”. Barulah Rasyid berani ke rumah Sang Pacar.

Nah, pas waktu ke rumah sang “Camer”. Memang sang Ibu lagi “sibuk” berkebun dengan “anggrek”. Sang Rasyid kemudian mendekati Sang Ibu. Si Rasyd kemudian bisa menceritakan dengan baik. Lengkap bagaimana cara “Stek”, lama pertumbuhan, pakai pernik-pernik.

Mendengarkan penjelasan yang disampaikan sang Calon “mantu”, tentu saja sang “Camer” akan luluh. Dia kemudian memberikan “gunting tanaman” kepada Rasyid dan Rasyid kemudian mengerjakan berdasarkan “teori” yang telah disampaikan. Dia kemudian malah banyak “belajar” dengan “sang mantu”.

Saya kagum dengan perjuangan “gigih” dari Sang Mantu. Tidak pernah terpikirkan. Tidak pernah terbayangkan “bagaimana menaklukan sang camer” oleh “sang Mantu”. Cerita ini sangat berkesan.

Sambil menutup pembicaraan kemudian, saya bertanya “masih ingat semuanya”. Sambil mengeloyor pergi ambil minuman dia berujar “tidak ada satupun yang ingat”. Kami tertawa lepas.

Cerita mengenai “menaklukkan” mertua dengan “cerita anggrek” memberikan kesan yang dalam. Bahwa “seorang Rasyid” meraih semuanya dengan perencanaan yang matang, sangat berhitung, tidak menyerah, konsistensi dan segala sesuatu dengan baik. Kesan ini sangat berbekas. Sehingga segala sesuatu yang telah diraihnya kemudian adalah proses yang panjang. Tidak serta-merta mendapatkan dengan mudah.

Lantas apakah dengan “berganti” nama dari Abdul Rasyid menjadi “abdullah Rasyid”, ada keraguan terhadap diri Rasyid ? Apakah cerita yang telah disampaikan kepada saya tidak begitu diingatkan lagi ? Apakah Rasyid tidak yakin bahwa segala sesuatu harus diraih dengan perencanaan yang matang, dan kemudian harus berganti nama ?

Saya tidak “mempersoalkan” pergantian nama. Namun yang pasti, cerita tentang “anggrek” lebih berkesan. Memberikan inspirasi baru kepada saya. Dan itu lebih penting daripada cuma sekedar “cerita ganti nama”.

Terima kasih atas cerita tentang “
anggrek”, Bung Abdul Rasyid. Eh. Abdullah Rasyid.