08 September 2015

opini musri nauli : ASAP DAN DUNIA ANAK-ANAK



Ayah, Mengapa kami tidak boleh main diluar rumah !!!

Kalimat rengekan sekaligus protes disampaikan putraku yang masih duduk di SD. Dengan sikap muka cemberut dan kesal, dia ogah menerima penjelasanku tentang asap. Selain bahasa yang harus kugunakan sesederhana mungkin juga disebabkan “rumitnya” dipahami anak-anak seumur dia untuk menerima keadaan.

Sikap protes bisa dipahami. Dia menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik. Tidak nakal dan “berharap” hari minggu dapat bebas bermain sepeda atau bermain sepakbola di dekat rumah. Tidak saja “himbauan” dari ibu agar bermain diluar rumah mengenakan masker. Namun seruan itu dianggap aneh.
Masa bermain sepakbola pakai masker. Tapi Kalo pakai topeng atau penutup kepala. Ya. Memang ada. Seperti Kiper Petr Cech. Aku menggumam dalam diam. Tanpa meladeni dan mendengarkan seruannya sembari mengelus dada.

Entah di hari hujan yang terus membasahi bumi dengan deras. Atau di terik matahari. Kesemuanya tidak dipedulikan. Dunia bermain adalah dunia yang harus dilalui oleh anak-anak seusianya.

Ya. Kebakaran disebabkan oleh pembukaan kebun kemudian menimbulkan asap telah “merampas” hak anak-anak untuk bermain. Dunia dan kemewahan yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Tidak bisa digantikan dengan waktu ke depan. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Baik bermain game playstation maupun main layang-layangan, main sepeda atau bermain sepakbola.

Asap kemudian merampasnya. Tidak peduli siapapun. Kabut asap telah “mengambil” waktu dunia anak-anak. Entah sampai kapan waktu kembali untuk si dia. Namun yang pasti. Tidak ada satupun pemangku negeri yang bersuara.

Tinggal aku yang harus selalu meneriakkan. Dan semoga teriakkan ini tidak berlalu dengan waktu.