15 September 2016

opini musri nauli : Marga Batin 5



Menyusuri jalan lintas Sumatera yang biasa disebut Lintas Sumatera tengah, dikenal daerah Batin V. Batin V berpusat di Sarolangun.

Wilayah Marga Batin hanya menyebutkan Sarolangun. Didalam Peta Belanda 1920 “Schetskaart Residentie Djambi – Adatgemeenschappen (Marga’s), hanya menyebutkan “Sarolangoen”.

Didalam tutur di masyarakat Lidung, kata “sarolangun” berasal dari kata “saro” dan “melangun”. Saro berarti “menderita, susah”. Sedangkan kata “melangun” berarti berdagang dengan berlayar. Makna kata “saro” melangun, berarti perjalanan yang ditempuh cukup menderita didalam perdagangan.

Sarolangun menjadi “onderafdeeling” bersamaan dengan dengan onderafdeeling Muara Bungo, Bangko, Tebo dan Tembesi.

Sarolangun adalah nama kecamatan yang termasuk kedalam Kabupaten Sarko (Sarolangun – Bangko). Sarolangun kemudian menjadi Kabupaten yang terpisah berdasarkan UU No. 54 Tahun 1999 bersamaan dengan pemekaran kabupaten Tanjabtim, Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tebo.

Marga Batin V terdiri dari Dusun Ladang Panjang, Dusun Pakuan Baru. Dusun Senaning, Dusun Tanjung Putus, Dusun Alai.

Disebut Dusun Ladang Panjang disebabkan “biar beladang yang panjang”. Ladang adalah persawahan kering, musiman dan ditanami tanaman seperti padi.

Maksudnya adalah ladang disusun berbaris yang memanjang.

Disebut Dusun Pakuan Baru karena terdapat penyebarangan di Sungai Tembesi yang sekarang terletak di Kota Sarolangun.

Sedangkan disebut dengan Tanjung Putus karena terdapat tanjung yang emudian tidak ada lagi muara sehingga bertemu dengan Sungai Tembesi yang memanjang kemudian bertemu dengan Sungai Batanghari di Muara Tembesi. Sehingga Tanjung kemudian “memutus”. Memutus diartikan sebagai Tanjung yang telah putus.

Senaning adalah adalah nama tumbuhan Perdu. Di dusun Senaning banyak terdapat tumbuhan perdu. Sehingga Dusun ini kemudian disebut sebagai Dusun Senaning.

Disebut dengan Dusun Alai karena di dusun ini terdapat tumbuhan Kedaung. Sehingga kampong ini kemudian disebut “Dusun alai”.

Sejarah “puyang” Batin V terdapat berbagai versi. Versi pertama disebutkan pada masa kerajaan Jambi, seorang Cokro Aminoto berasal dari Dusun Biaro menyusuri Batang Asai. Batang Asai adalah Sungai yang berasal dari Marga Bating Pengambang yang kemudian mengilir ke Sungai Tembesi.

Sebagian masyarakat meyakini “Rio Depati Jayaningat Singodilago”.

Penyebutan nama “Singodilago” merupakan nama dari Kerajaan Jambi. Waktu itu Kerajaan Jambi masih bernama Kerajaan Tanah Pilih. Dengan penyebutan nama Kerajaan Jambi dan Raja Singodilago membuktikan, cerita Kerajaan Tanah Pilih hidup di tengah masyarakat.

Rio Depati Jayaningrat Singodilago kemudian menetapkan wilayah Marga Batin V yang ditandai dengan “Kayu Sialang Belantak Besi”.

Sialang adalah nama pohon yang terdapat lebah. Sedangkan Belantak Besi adalah batas wilayah Jambi dengan Sumsel yang selalu disebutkan didalam Tembo wilayah Jambi.

Setelah berada di tempat Lidung, maka bertemunya masyarakat dari 3 suku yaitu Suku Senaning, Tanjung Putus dan Dusun Alai. Pertemuan ketiga suku di daerah lidung kemudian menganggap sebagai tempat berlindungnya dari serangan luar.

Penyebutan Lindung kemudian dengan pengucapan dialek kemudian disebut “lidung” yang kemudian menjadi Dusun Lindung.

Sedangkan cerita versi kedua adalah “puyang” berasal dari Jawa Mataram. Kemudian menyusuri Tungkal, terus ke Jambi. Di Sungai Asam kemudian mampir di Pinang Belarik.

Di Sungai Asam, kemudian mengikat biduk. Disanalah kemudian “jatuh pinang berwarna kuning”

Cerita ini juga dikenal sebagai hikayat Putri Selaras Pinang Masak.

Setelah itu kemudian menyusuri Sungai Nibung dan bertemu batu putih dan kemudian menemukan batu hitam. Batu putih kemudian ditetapkan sebagai batas wilayah Jambi. Sedangkan batu hitam merupakan wilayah Sumsel.

Batu hitam kemudian dikenal sebagai daerah DAS Air hitam yang hilir sungainya kemudian langsung berbatasan langsung dengan wilayah Sumsel.

Daerah ini kemudian masuk kedalam Taman Nasional Berbak yang langsung berbatasan dengan Dangku-Sembilang.

Sungai Asam adalah nama tempat yang terdapat di Kota Jambi dekat Jembatan Makalam. Sedangkan “belarik” adalah berbaris memanjang. Dengan demikian, maka Pinang Belarik adalah tanaman pinang yang berbaris teratur rapi dan memanjang.

Barisan pinang memanjang (belarik), masih bisa dijumpai terutama di daerah hilir Propinsi Jambi seperti di Marga Sabak, marga Kumpeh, Marga Jebus, Marga Dendang, Marga Tungkal Hilir.

Pinang adalah salah satu komoditi utama yang diekspor dalam jalur perdagangan di Selat Malaka.

Tome Pires didalam buku klasiknya “Suma Oriental” menyebutkan jalur lintas perdagangan di daerah Muara Sabak. Sabak kemudian diidentikkan dengan “Zabag” yang dceritakan orang Arab, Abu Zayd.

Sedangkan catatan arkeologi Uka Tjandrasasmita maupun “undang-undang Negeri Jambi”, Muara Sabak merupakan salah satu pelabuhan besar yang terletak di tanah Tungkal.

Setiap Dusun dipimpin oleh Rio. Namun sebagai Dusun Induk, maka Dusun Lidung sering disebut sebagai Kepala Batin. Kepala Batin yang menyelesaikan perselisihan antara Dusun Tanjung Alai, Dusun Senaning dan Dusun Alai.

Begitu juga wilayah Ujung Tanjung yang diberi gelar Rio Bagindo merupakan wilayah “Sebiduk luncur. Sekokok ayam. Pemberian wilayah ini juga dikenal di Marga Pelepat, Marga VII Koto.

Wilayah Lidung kemudian berbatasan dengan Lebung Besiak di desa Karang Mendapo. Lidung dengan Ladang Panjang ditandai dengan Lubuk Butak, Sungai Tambik. Lidung dengan Tanjung dengan Danau Bulen dengan Memantik terang. Sedangkan Lidung dengan Sarolangun ditandai dengan Nepal Belang, Mumpo Belarik, Sungai batu dan talang Andil.