04 Januari 2017

Opini musri nauli : GEGER NEGERI ASTINAPURA


Dalam lakon pewayangan, cerita Sengkuni dan Brutus “berkejaran” dengan  kabar kebenaran dari pinggir kampong. Cerita ini berseliweran sehingga Raja bingung untuk “memilah”  kabar.

Syahdan. Datanglah kabar dari telik sandi kepada Raja. Raja yang tengah “bersemedi” di istana Astinapura kemudian “menghentikan” semedinya. Raja kemudian menemui telik sandi yang mengabarkan dedemit yang mengganggu kekuasaan astinapura.

Ya. Dedemit sakti mandraguna yang membuat punggawa kerajaan sulit menangkapnya. Kesaktiannya sungguh digdayana. Kecepatannya seperti angin. Wajahnya berubah-ubah bak seperti bunglon. Kadang bersembunyi di balik pohon. Kadang berteriak di  atas bukit.  Kadang bergema di ujung sungai.

Dipanggillah ahli nujum istana. Para punggawa kerajaan, adipati, pendekar istana berkumpul mengeliling sang Raja.

Rapalan dibacakan. Mantrapun diucapkan. Sang “pembisik” Raja sibuk “memberikan “kabar”. Mengganggu Raja dengan “kabar” sesat agar ahli nujum tidak dipercaya.

Sementara ahli nujum sadar akan “kepercayaan” Raja. Terus bekerja tanpa dipengaruhi “pembisik” istana yang terus mengacaukannya. Rapalan demi rapalan. Mantra demi mantra. Diucapkan komat-kamit sembari “mendengarkan”suara hati” untuk memberikan kabar kepada Sang Raja.

Dengan tekun sang Raja mendengarkan kabar dari ahli nujum. Sambil merenung Sang Raja kembali ingat kepada peristiwa lampau. Tentang kabar dari Sengkuni dan Brutus yang membuat Sang Raja bimbang.

Satu persatu kabar didengarkannya. Dia percaya kepada ahli nujum. Dia sadar banyak Sengkuni peninggalan ayahandanya. Mengelilinginya untuk “merebut” tahta. Dan Brutus yang menunggu waktu untuk menikamnya.

Tapi kabar dari ujung kampong mengabarkannya. Seseorang menyampaikannya. Lewat dapur tanpa ada Sengkuni dan Brutus mendengarkannya. Kabar dari ahli nujum benar adanya.

Sang Raja sadar. Kabar dari ujung kampong mengingatkan kepadanya. Sengkuni dan Brutus mempunyai agenda. Membuat geger Astinapura.

Sang Raja kemudian menghela nafas. Kabar dari telik sandi mengingatkan kepadanya. Negeri Astinapura sedang geger.

Akhirnya Sang Raja Sadar. Dedemit yang dikabarkan telik sandi adalah Sengkuni dan Brutus yang berada di belakangnya. Menghunus keris menunggu waktu tiba.

Dengan lantang dia berkata “Rakyatku. Mari selamatkan Kerajaan Astinapura. Cari Sengkuni dan Brutus yang mengabarkan kabar sesat kepadaku”.

Petinggi istana kemudian berlarian mencari Sengkuni dan Brutus. Dan keduanya telah hilang bersamaan dengan waktu. Hilang seperti dedemit. Dan hanya menangkap bayangan tanpa wajah.