17 Maret 2017

opini musri nauli : KENDENG DAN IBU BUMI




Mendapatkan kabar suara kendeng bersuara kembali menyentak nurani saya. Entah dengan kalimat apa yang pas menggambarkan rasa emosi yang teraduk-aduk.

Kendeng yang kemudian disimbolkan 9 perempuan Kendeng mempertanyakan hukum yang kemudian “dipelintir” cuma persoalan AMDAL, KLHS ataupun izin lingkungan yang cuma “segelintir” orang dibuat pusing. 9 perempuan kemudian “mempertanyakan” orang disana tentang makna “Ibu pertiwi’.
Simbol ibu pertiwi lebih banyak menjadi slogan untuk menggerakkan cinta tanah air. Dalam setiap pelatihan kepemimpinan, bela Negara ataupun pelatihan kemiliteran, ibu pertiwi kemudian memanggil “putra-putra terbaik” untuk menjaga tanah air dari serangan musuh yang ingin menghancurkan Indonesia.

Ibu pertiwi kemudian menjadi mantra ampuh menggelorakan semangat bela Negara. Posisi makna “ibu pertiwi” kemudian disejajarkan dengan makna “jihad” dalam terminology agama Islam. Ibu pertiwi merupakan rasa cinta tanah air dengan penghormatan terhadap tanah pertiwi.

Namun 9 perempuan Kendeng kemudian memberikan makna lebih dalam. Menjaga “air” sebagai sumber kehidupan, menjaga tanah untuk anak cucu, penghormatan terhadap leluhur kemudian membuyarkan makna “cinta tanah” semata. Atau cinta kepada negeri dari serangan musuh terhadap kesatuan Indonesia.

9 Perempuan Kendeng kemudian memaknai sebagai ajaran leluhur dan pengabdian kepada Tuhan. Sebagai makhluk “yang diberi akal, 9 Perempuan kemudian memberikan arti.

9 Perempuan Kendeng kemudian “membuyarkan” bacaan saya tentang Indonesia.

Salam hormat.