12 September 2018

opini musri nauli : COYOTE VS BEAR



Di tepi danau kecil yang banyak rusa, terdapat sekelompok Beruang (bear) dan gerombolan anjing Hutan (Coyote). Kedua kelompok kemudian “menjaga” kawasan Danau untuk kehidupan. Tentu saja untuk menjamin makanan yang tersebar ditepi danau yang mengelilingi danau ketika hendak minum.
Pertarungan “merebut makanan” antara Coyote (anjing hutan) dengan Beruang (Bear) adalah pertarungan antara raksasa dengan si kecil kerempeng. Dengan berat badan 300 kg dan 20 kg maka dipastikan Coyote akan kalah dengan Bear. Belum lagi Coyote hanya berdua berhadapan dengan 5 ekor Bear. Demikianlah hukum rimba berlaku. Siapa yang kuat dialah yang berkuasa untuk menguasai makanan.

Apakah demikian ?

Berbeda dengan Bear yang sifatnya sendirian (soliter), Coyote adalah anjing hutan yang bergerombolan. Gesit namun “cerdik”. Dengan tekun kemudian sabar menunggu ditepi hutan menjauhi danau untuk melihat peluang untuk mendapatkan makanan.

Sebagai hewan berbadan besar, Bear sering berkelahi untuk menjadi “penguasa” kawasan. Para beruang yang kemudian hendak dewasa kemudian bertarung menunjukkan kekuatannya. Termasuk memperebutkan betina beruang yang menunggu ‘siapa pemenang” dan menjaga kawasan. Sekaligus mampu menjadi pemburu rusa untuk mendapatkan makanannya dan kedua anaknya.

Setelah satu beruang mengalahkan beruang yang lain selama 8 jam pertarungan hidup mati, beruang yang kalah kemudian meninggalkan kawasan. Pergi sebagai tanda takluk.

Sang pemenang kemudian berhak untuk menikmati rusa dan diberikan kepada induk beruang dan anak-anak beruang yang menikmati kemenangan.

Demikianlah hukum rimba yang berlaku.

Berbeda dengan Bear yang sifatnya sendirian (soliter), Coyote adalah anjing hutan yang bergerombolan. Gesit namun “cerdik”. Dengan tekun kemudian sabar menunggu ditepi hutan menjauhi danau untuk melihat peluang untuk mendapatkan makanan.

Melihat daging rusa yang telah diberikan kepada anak beruang, anak beruang menikmati daging dengan menjauhi dari tempat pertempuran. Menikmati makanan tanpa diganggu. Menjauhi.

Dengan cerdik kemudian Induk Coyote dibantu Coyote jantan kemudian “menggertak” anak beruang. “Pura-pura” menggigit anak beruang. Mengepung. Saling menyalak bergantian.

Sang anak beruang panic dengan “serangan pura-pura” dari Coyote. Dengan berlari meninggalkan makanan, anak beruang menuju induk beruang yang menunggu ditepi danau. Makananpun tertinggal.

Sang induk Coyote kemudian mengambil makanan yang ditinggalkan anak beruang. Berlari kemudian masuk hutan. Memberikan makanan kepada anak-anak Coyote yang menunggu dengan sabar. Persediaan makanan cukup 3 hari.

“Pertarungan pura-pura” dimenangkan oleh Coyote. 1 – 0

3 hari kemudian, sang Induk Coyote kembali ke tepi hutan. Menunggu waktu “serangan” kepada anak beruang.

Namun sang induk beruang kemudian “sadar” tertipu”. Kemudian menjaga anak beruang agar tidak menjauhi dari tepi danau. Menjaga anak beruang. Sembari memberikan makanan.

Strategipun diubah. Tidak cukup menunggu waktu lagi sang anak beruang menjauhi dari induk. Rencanapun disusun. Serangan ditujukan kepada gerombolan beruang. Resiko yang harus dihitung. Termasuk nyawa melayang apabila tidak hati-hati.

Dengan tenang, mengepung dari berbagai sudut, sang induk Coyote dari satu sudut dan sang jantan disudut lain, suara kemudian menyalak. Hendak mengajak pertarungan terbuka.

Pelan tapi pasti. Induk beruang kemudian mengejar induk Coyote. Sedangkan beruang jantan kemudian mengejar Coyote jantan. Strategi kemudian berhasil. Kelompok beruang kemudian terpisah. Saling mengejar. Meninggalkan “Benteng” yang sudah dibangun. Meninggalkan anak berung yang menjaga makanan.

Dengan gesit kedua Coyote kemudian memutari kedua beruang dan kemudian menggertak anak beruang yang menjaga makanan. Anak beruang kemudian berlari menuju induk beruang. Menjauh “benteng’. Meninggalkan makanan.

Dengan gesit kemudian induk Coyote berhasil “merampok” makanan yang cuma dilihat “melongo” kelompok beruang. Sadar tertipu dengan strategi Coyote. Tidak berdaya mengejar Coyote yang kemudian berlari kencang masuk kedalam hutan.

Lagi-lagi. Pertarungan “pura-pura” dimenangkan Coyote. 2 – 0.

Pertarungan “yang kuat” kemudian dikalahkan dengan “kecerdikan”. Beruang seberat 300 kg namun mempunyai sifatnya yang sendirian (soliter) dikalahkan dengan hewan seberat cuma 20 kg namun berkelompok. Atau “pertarungan” antara otot dikalahkan dengan “otak”.

Dan Coyote menjadi pemenang.

“Lho. Kok hewan pakai otak, bang ?’.

“Oya. Hewan memang tidak punya otak”.

Lha, kalau manusia yang tidak pakai otak namun cuma pakai otot apa dong ?”.

Sudah, ah. Mau tidur.



Nat.Geo.wild