20 September 2018

opini musri nauli : KANG EMIL, JAGA PERASAANKU

Kang Emil, Selamat dulu ya pelantikan sebagai Gubernur Jawa Barat. Propinsi yang selama 10 tahun tidak terdengar. Selain banjir yang cuma diatasi dengan doa tanpa solusi nyata. Atau cuma polemic silih berganti yang aku sendiri tidak mengerti apa sesungguh yang terjadi.


Kang Emil, dua tahun yang lalu, cerita Pemerintahan bersih terdengar dari Jakarta. Semua teman-temanku sering bercerita bagaimana pelayanan, jaringan aplikasi (Qlue) yang bisa diakses dari HP. Atau tim reaksi cepat yang membuka layanan dari keluhan warg. Entah sampah, got yang mampet. Pokoknya “bikin saya iri”.

Dengan cerdik, Kang Emil “mengejek” Jakarta. Kang Emil kemudian menyebutkan. Bandung diciptakan “ketika Tuhan sedang senang”. Kalo Jakarta. Eh, dengan enteng, kang emil malah berguyon. “Jakarta diciptakan ketika Tuhan sedang marah’.

Jawaban kocak namun dalam. Ya. Tipikal Ahok yang suka-suka marah.

Sekarang, Jakarta tidak asyik lagi. Teman-teman dulu yang berapi-api bercerita malah “enggan” untuk melanjutkan pertanyaan saya. “Sudah ah”.

Kang Emil. Setahun ini kami “merasa tiada pemimpin’. Gubernur Kami ditangkap KPK. Jangan ditanyakan, ya. Malu kami.

Bayangkan. Dari “biaya baju pelantikan” sampai-sampai mainan anak-anak mesti dibayarkan. Kalo disebutkan daftarnya. BIsa 2 meter panjangnya. Malu kami.

Dulu. Masih ingat ketika mau menjadi Gubernur, wajah pesona meninabobokkan rakyat Jambi. Mengalahkan incumbent 60 %. Keren khan ?

Jangan tanya program yang ditawarkan. Wajah pesonanya yang membuat putri-putri dan ibu-ibu yang kemudian histeris. Menjerit-jerit melihat wajahnya. Persis penonton melihat Ariel Peterpan atau Shella on 7 atau generasi milenial lihat penyanyi Korea. Pokoknya histeris. Dan kemenangannya kemudian membuat tidak mampu melihat kiprahnya sebagai Bupati Tanjung Jabung Timur.

Jangankan pelayanan seperti Kang Emil yang keren-keren waktu Walikota Bandung. Jalannya masih bermasalah. Minggu ini saja saya harus menempuh 2 jam cuma menempuh 64 km.

Namun dengan gaya “teatrikal” seakan-akan mengikuti jejak Gubernur Jakarta. Sidak disana-sini. Marah disana-sini. Kemudian tenggelam dengan teriakan histeris para pendukungnya. Menjerit-jerit lihat pesonanya.

Kang Emil. Dulu berita nasional cuma dari Jakarta. Setiap hari “pendopo Gubernur” menerima pengaduan warga. Dan saya banyak mendapatkan kabar, bagaimana kemudian Gubernur Jakarta langsung turun melihat permasalahan. Langsung tuntas. Sekarang malah beritanya kemudian sepi.

Kalaupun ada berita dari Jawa Barat cuma kuingat twitter kang Emil. Yang terus mengabarkan tentang kekeluargaan. Salam Jomblo. He.. he.. he.. He.

Setelah dilantik, Kang Emil mulai bekerja. Dan setiap hari kemudian dipromosikan. Nah. Ini yang membuat Kang Emil tidak punya perasaan. Itu melukai hatiku. Sepertinya Kang Emil mengejek nasib kami bak “Negeri tidak bertuan’. Tidak terdengar lagi program-program yang hendak dikerjakan di Jambi. Sepi.

Kang Emil. Cukup kabarkan program-programmu untuk di Jawa Barat. Tidak perlu disebarkan ke seluruh jagat nusantara. Biarlah kami melewati masa ini dengan duka mendalam.

Tiap hari kami cuma dikabarkan sidang-sidang dari Jakarta.  Lengkap dengan kejutan-kejutan yang bikin geleng kepala.

Entah sampai kapan suasana ini berlalu.

Jadi, Kang Emil. Jaga perasaan kami ya.

Salam untuk Keluarga, ya.