09 September 2018

opini musri nauli : KEGILAAN ERICK THOHIR


Marilah kita lupakan Erick Thohir sang “tajir” yang menguasai Inter Milan. Klub Raksasa Italia. Marilah kita lupakan Erick Thohir anak orang Kaya.

Tapi marilah kita lihat dari “kegilaan”.

Kok. Gila ?
Ya. Orang Gila yang mau mengurusi Sepakbola. Olahraga paling popular sejagat Nusantara. Hampir praktis setiap lelaki di Indonesia “pernah bermain sepakbola. Penggemar Sepakbola yang tiada duanya.

Lihatlah pendukung The Jakmania. Lihatlah pendukung “Bonek”. Lihatlah “Maung Bandung” atau Bobotoh. Lihatlah pendukung “wong Kito”.

Atau Hooligan, The Gooners, The Citizens, The Interisti, True Blues, Milanisti, Juventini, Mancunian, Madridistas dan Barcelonisttas. Semuanya bersatu dalam energy sepakbola. Lupakan sejenak tawuran, kekerasan bahkan keributan antar pendukung. 

Semuanya mengeluarkan budget yang “luar biasa” untuk kegilaan. Bahkan para istri-istri di Italia pernah protes. Karena 1/3 budget rumah tangga digunakan untuk sepakbola.

Ya, nauli. Orang Gila yang mau mengurus Sepakbola”, kata pelatih sepakbola putraku. Cerita ringan ketika aku menemani sang putraku latihan sepakbola di Gubernuran Jambi.

Akupun terdiam sembari membenarkan.

Bukankah sepakbola adalah urusan “kegilaan’. Sang pelatih yang rela cuma dibayar Rp 200.000/perbulan setia melatih sepakbola 3 x seminggu. Mana pernah terpikir ada sponsor. Bahkan aku tahu sendiri “kegilaannya’ terhadap sepakbola. “Terlalu cinta terhadap sepakbola”.

Akupun jadi mengerti. Mengapa para pemilik sepakbola “rela mengelurkan” duit untuk mengurusi klub sepakbola. Duit yang terbuang percuma ditengah kompetisi sepakbola tidak sebaik di Eropa.

Dan dengan kegilaan aku kemudian mendapatkan kabar. Erick Thohir membeli Inter Milan. Terlepas dari penghitungan ekonomi, ceruk sepakbola yang yang dibidik oleh Erick Thohir adalah kegilaan yang asyik.

Ya. Nama Erick Thohir kemudian melambung dalam kancah sepakbola dunia. Nama Indonesia kemudian melambung dan membicarakan sang gila.

Kegilaan semakin menjadi-jadi ketika menjadi “host” sebagai Asian Games. Dengan waktu terbatas cuma 2 tahun. Kegilaan yang menimbulkan hysteria ketika melihat “opening Ceremony” dengan melihat Jokowi “meraung-raung” pakai sepeda motor memasuki Gelora Bung Karno.

Lalu ketika Erick Thohir menjadi lingkaran inti Pilpres 2019, aku cuma berujar. “Lu Gila, Erick Thohir. Belum usai kaget melihat kegilaanmu di Asian Games. Kegilaan apa lagi yang hendak kau mainkan di pilpres 2019”.