01 Oktober 2019

opini musri nauli : Sesat Pikir




Sejenak publik disuguhi berbagai peristiwa seminggu terakhir ini. Entah aksi mahasiswa, kisah heroik STM, poster-poster kaum milenial yang justru “melambangkan” kemerdekaan pribadi terhadap tubuhnya. Namun semakin hari-hari berbagai komentar mulai bermunculan. Baik yang mendukung maupun yang menolak aksi-aksi.

Pertama. Issu “RUU KPK-RUU KUHP-RUU Pertanahan” adalah issu yang sensitif yang menyentuh rakyat banyak. Issu yang mampu menarik dukungan paling besar sejak ’98. Issu yang mampu merekat berbagai komponen.

Dari isu ini kemudian berhasil dan kemudian Jokowi mengambil sikap politik. Sikap politik yang berbeda. RUU-KUHP dan RUU Pertanahan” kemudian dipending. Sedangkan RUU KPK sedang dipertimbangkan untuk dipending. Melalui mekanisme PERPPU.

Kupikir masalah akan selesai.

Namun ketika issu kemudian semakin menggelinding, maka publik kemudian terpecah. Dukungan kepada mahasiswa terus mengalir agar RUU-KPK segera dipending. Sementara sebagian lain menyatakan, tuntutan sudah dipenuhi. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk diadakan aksi-aksi besar.

Kedua kelompok kemudian memainkan “issu”. Menuduh kelompok satu dengan kelompok lain dengan tuduhan menyakitkan. Aksi-aksi mahasiswa kemudian “dituding” sebagai kelompok “bayaran” dan “adanya” penumpang gelap yang hendak merongrong negara Indonesia.

Sementara kelompok lain menuduh, Pemerintah telah ingkar janji. Sehingga ada alasan terus mendesak agar tuntutan dikabulkan.

Namun bukan debat bermutu dan argumentasi yang disampaikan. Tuduhan diluar dari argumentasi terus bermunculan. Persis kayak anak kecil. Terus mewacana dipublik.

Argumentasi seperti “penumpang gelap” adalah tuduhan serius. Selain “menjauhi” dari tuntutan yang disampaikan, justru malah mengaburkan substansi tuntutan dan aspirasi yang disampaikan.

Para penegak hukum harus membuktikan “adanya tuduhan” serius ini. Berbagai meme ataupun issu bersilewaran seperti “adanya” pertemuan di gedung Pemerintah, adanya arahan sebelum demonstrasi, adalah “penghinaan” nalar publik. Saya termasuk agar sulit memahami. Mengapa peristiwa itu bisa terjadi ? Apakah dimungkinkan pertemuan seperti itu ? Lalu mengapa issu dan meme itu terus menghiasi wacana publik.

Peristiwa ini harus dibongkar. Agar publik menjadi klir dengan berbagai peristiwa aksi-aksi besar.

Begitu juga sebaliknya. Tuduhan kepada pendukung RUU-KPK juga tidak jauh berbeda. Dengan tuduhan seperti “pelemahan korupsi” atau “ingin matinya KPK’, juga menggelikan.

Kedua. Argumentasi yang disampaikan baik yang menolak RUU-KPK atau yang mendukung RUU-KPK sudah dipahami. Baik argumentasi yang disampaikan maupun keberatannya. Dari sini tidak masalah. Dan dipahami dengan baik.

Namun mengaitkan antara issu yang disampaikan dengan alasan diluar dari argumentasi adalah kekeliruan. Biasa disebut sebagai “argumentum ad hominem”.

Dalam literatur Filsafat, “Argumentum ad Hominem” sering disebutkan sebagai bentuk argumen yang tidak ditujukan untuk menangkal argumen yang disampaikan oleh orang lain. Namun lebih menjurus kepada pribadi si pemberi argumen itu sendiri. Argumen itu akan menjadi sesat pikir ketika ia ditujukan menyerang pribadi lawan demi merusak argumen lawan.

Cara-cara ini juga sering dipakai “Taliban” dalam perang di Timur Tengah. Diluar dari kelompoknya maka kemudian disebut sebagai “sesat”. Ajaran yang berangkat dari “manhaj takfiri”. Atau dengan kata lain, “pokoknya diluar kelompok saya ‘sesat”.

Lihatlah. Tema tentang penolakan RUU-KPK kemudian dikaitkan dengan tema diluarnya seperti issu “penumpang gelap” atau pendukung RUU-KPK yang dikaitkan sebagai “pelemahan korupsi” atau “ingin matinya KPK’ ?

“Argumentum ad Hominem” adalah “sesat pikir’. Argumentum ad Hominem” harus dihentikan.

Lalu sampai kapan kemudian “publik” digiring oleh kedua kelompok ? Kedua kelompok yang teriak dan “paling merasa benar”.

Mengapa kedua kelompok begitu “tolol” memaksa keinginan dengan menyodorkan argumentasi diluar dari issu tema yang hendak disampaikan ?

Apakah publik tidak diberikan “sejenak” bernafas untuk melihat persoalan lain diluar dari tema itu ?