30 Desember 2015

opini musri nauli : INTELEKTUAL TUKANG DI MENARA GADING


Kebakaran yang meluluhlantak langit 5 Propinsi tidak hanya meninggalkan duka yang mendalam terhadap rakyat yang terpapar asap. Dalam kurun Juli-September 2015,kebakaran sudah menghanguskan 135 ribu hektar di Jambi. 80% titik api terletak di areal perizinan perusahaan.

Namun fakta-fakta ini kemudian dimanipulir untuk menutupi jejak borok korporasi. Desain awal mulai disusun sembari tiarap melihat peluang menghilangkan jejak.

Istilah ‘Jambi Kota Seberang’ Ternyata Dibuat Sejak Zaman Walikota Arifien Manap

Informasi itu dikatakan oleh salah seorang PNS Kota Jambi, Hasya Yanto dalam komentarnya di media sosial.

Menurut dia, saat itu pembahasan juga melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Jambi (Bappeda). Saat itu, Hasya Yanto mengaku masih berdinas di instansi tersebut, sebelum dirinya pindah ke berbagai SKPD lain di Pemkot Jambi.
“Itu (perubahan nama) sudah dibahas/ditetapkan sejak zaman Walikota Pak Arifien Manap. Saya lupa tahunnya. Saat itu saya masih di Bappeda,” tulis dia, Senin 28 Desember 2015.

Dasar pikir penggantian nama itu, lanjut Hasya Yanto, karena istilah Seberang Kota Jambi seolah-olah memisahkan Seberang Kota dengan Kota Jambi.
“Perubahan kata ke Jambi Kota Seberang untuk menghilangkan imej seolah-olah Seberang tidak sejajar dengan Kota Jambi seberang sini. Alhamdulillah, saat ini pembangunan Kota Jambi Seberang sudah semakin pesat, tidak ada yg harus dipertentangkan,” katanya.
Hasya Yanto yang akrab disapa Totok itu mengaku mengikuti diskusi yang berkembang di media sosial sejak beberapa belakangan ini soal nama tersebut.

Dia menyatakan, jika nama itu dipersoalankan lagi, karena tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan menjadi perhatian banyak ahli, maka sudah selayaknya dibahas kembali.

Tidak salah juga dirembuk lagi dengan melibatkan ahli sejarah dan ahli bahasa Indonesia,” tutupnya.

Sebelumnya, ahli sejarah (sejarawan) dan penulis sekaligus advokad senior, Musri Nauli, menyatakan, istilah itu tidak sesuai dengan sejarah dan hukum bahasa Indonesia (DM).
(Nurul Fahmy)

Baca : Jambi Kota Seberang




http://www.inilahjambi.com/seberanag-jambi-5/

29 Desember 2015

opini musri nauli : MENULIS BEBAS NAMUN BERTANGGUNGJAWAB


Dunia maya dikejutkan dengan ditangkapnya Yulianus Paonganan alias Ongen yang memuat kalimat “Papa minta Lo***” dalam akun twitternya @ypaonganan. Dengan mengutip kalimat “Papa minta Lo***” dan menyandingkan dengan photo Jokowi dengan Nikita Mirzani sudah jelas menampakkan pesan maksud dari sang twitter. Jokowi dituduh ingin minta Lo*** dan terus retwitted sebanyak 200 x.


Melihat profile dan kiprah Ongen, Ongen tidak sembarangan. Punya latar belakang pendidikan di bidang kelautan, mempunyai lembaga riset yang dinamakan Indonesian Maritim Institute, mempunyai majalah Kemaritiman, membuktikan Ongen adalah manusia terpelajar bidang kelautan. Bidang yang ditekuni hingga mencapai gelar akademik tertinggi. Doktoral. Sehingga penangkapan dan penahananya akibat twitternya tidak dapat disamakan “pengekangan hak bicara (freedom of speech), sebuah cara untuk melepaskan tanggungajawab Ongen dari proses hukum.

28 Desember 2015

opini musri nauli : CARA MELAWAN AHOK



Akhir-akhir media massa menyoroti langkah “Teman Ahok” yang mencapai 533.374 KTP. Melewati syarat minimum pengumpulan KTP untuk calon perseorangan 525 ribu KTP.

Capaian 525 ribu oleh “Teman Ahok” telah direvisi oleh MK yang semula menetapkan 7,5 % jumlah penduduk. Dengan jumlah 7,5 % jumlah penduduk, maka “Teman Ahok” harus bekerja untuk mengumpulkan 937 ribu KTP. Putusan ini telah sesuai dengan UU No. 8 Tahun 2015 tentang Pilkada.

opini musri nauli : Meminta Pertanggungjawaban korporasi kebakaran



Kebakaran tahun 2015 menyebabkan asap pekat di Jambi hampir 4 bulan. Asap pekat yang terus menutupi matahari di Jambi ternyata belum mampu memberikan empati kepada persoalan asap. Dalam kurun Januari 2014 – Agustus 2015, di Jambi sudah menunjukkan 1300 titik api (hotspot). Angka ISPO sudah mencapai 769 pm, angka level empat kali membahayakan bagi kesehatan. Minggu pertama September saja, angka ISPA sudah mencapai angka ribuan. Kematian bayi, perebutan air bersih, terhentinya penerbangan melalui udara. Tidak melautnya nelayan, hingga diliburkannya anak sekolah adalah fakta-fakta yang sudah terpapar di depan mata.