01 Desember 2016

opini musri nauli : MENUNGGU JURUS WIRO SABLENG




Besok tanggal 2 Desember yang kemudian dikenal 212. Angka 212 mengingatkan sang pendekar unik khas Indonesia. Wiro Sableng. Seorang pendekar yang urakan, baik hati namun mampu mengalahkan musuh-musuh sakti yang hendak mengacau negeri yang damai.

Wiro Sableng adalah tokoh fiksi dari Bastion Tito. Melengkapi karakter dan kesaksian Wiro Sableng, maka Wiro Sableng kemudian berguru dengan Sinto Gendeng. Lengkaplah sudah rangkaian cerita menggunakan kata “Sableng” dan Gendeng” . Sebuah kata yang melambangkan “kegilaan”, keurakan hingga kesablengan dengan berbagai cerita novel berseri yang hidup di tahun 90-an.

Untuk melengkapi kesaktian, Wiro Sableng memiliki berbagai jurus. Baik dengan penamaan jurus yang bikin geleng kepala hingga nama jurus yang serius. Jurus seperti “ilmu silat orang Gila”, “Pukulan Angin Puyuh, “Pukulan Kunyuk Melempar buah” merupakan nama jurus Wiro Sableng dari pikiran iseng dari Bastian Tito. Namun untuk menguji kedigdayaan Wiro Sableng, maka jurus-jurus seperti Pukulan Dinding Angin Berhembus tindih-menindih, Pukul Dewa Menggusur Topan Menggusur gunung hingga pukulan pamungkas “Pukulan Harima Dewa’ dan Pukulan Sinar matahari merupakan jurus-jurus yang ampuh didalam mematikan kesaktian dari sang pengacau.

Cerita Wiro Sableng adalah cerita yang paling hidup dan paling dikenang oleh rakyat Indonesia. Bahkan berbagai bukunya kemudian mencapai hingga mencapai satu juta ekslampar. Cerita yang masih dikenang sebagai cerita yang melambangkan cerita Indonesia dari ranah silat. Seni Beladiri khas Indonesia.


Namun tentu saja Wiro Sableng tidak mau dikaitkan dengan hal-hal mistis. Berbagai cerita Wiro Sableng merupakan alur cerita yang disusun rapi. Hingga setiap penerbitan baru selalu ditunggu oleh pembaca.
Penggunaan kalimatnya melambangkan alam pikiran Indonesia. Masih ingat dengan perumpamaan waktu seperti “sepeminuman teh, “sekelabat angin”, adalah kalimat khas yang melekat di alam pikiran pembaca. Bahkan sapaan seperti “kisanak” adalah panggilan akrab terhadap orang asing dan menunjukkan keramahan.

Cerita Wiro Sableng adalah cerita silat Indonesia yang paling banyak dibicarakan oleh pembaca tahun 1990-an. Cerita yang paling diingat mengalahkan cerita-cerita remaja seperti “Roda-roda gila” ataupun Lupus yang mengangkat tema remaja kota. Lengkap dengna hiruk pikuk dunia kota dan hura-huranya.

Mari kita sambut hari Esok dengan cerita Wiro Sableng. Agar ketakutan memasuki tanggal 2 Desember tidak dihantui oleh teror-teror. Karena siapapun yang mau mengacau negeri yang damai. Ada Wiro Sableng. Pendekar jujur yang tetap kepada pengabdi negeri.  Dengan jurus kesaktian akan mampu mengalahkan sang pengacau negeri.

Dan sambil bertegur sapa kepada siapapun. Mari kita mulai  sapa “apa kabar Kisanak  ?“.