Ketika
hasil karya ilmiah akademik setingkat Disertasi (Kitab dalam maqom tertinggi
dalam ilmu Pengetahuan) kemudian dipersoalkan, nurani saya terganggu. Karya
ilmiah yang telah melewati proses yang panjang, ujian terbuka dan pertanggungjawaban
akademis dapat dipertanggungjawabkan kemudian harus dikalahkan oleh
factor-faktor non ilmiah. Dan factor ilmiah justru dari gemuruh supporter yang
teriak paling kencang.
Kisah-kisah
ini mirip dengan “pengadilan pikiran “ Socrates, teori pusat tatasurya yang
disampaikan oleh Copernicus (heliocentric) yang berhadapan dengan ajaran agama
yang menempatkan bumi sebagai pusat tata surya (geosentris), perdebatan antara
Al Gazali-Ibnu Rusyd, pertengkaran dengan Syech Siti Jenar, pertentangan dengan
Hamzah Fansuri. Kesemuanya kemudian mengalamni nasib naas. Ada yang kemudian
dihukum. Disidangkan bahkan dihina ditengah masyarakat.