20 November 2019

opini musri nauli : Marga Bukit Bulan



Menyusuri hulu Sungai-sungai Batanghari adalah sebuah peristiwa penting. Selain memastikan “masih baiknya hutan” yang ada disana, disatu sisi juga mendapatkan cerita langsung dari masyarakat.

Masih teringat ketika awal-awal tahun 2006 menggali cerita tentang Marga Sungai Tenang, Marga Peratin Tuo dan Marga Senggrahan. Kemudian disusul tahun 2011 menggali Marga Batin Pengambang. Dan akhir tahun 2019 “barulah” mendapatkan kesempatan menggali Marga Bukit Bulan.

Marga Bukit Bulan adalah salah satu Marga Tua di Provinsi Jambi. Selain itu dikenal juga Marga Serampas, Marga Sungai Tenang dan Marga Batin Pengambang.

Disebut sebagai “bukit bulan” disebabkan, diatas bukit “terlihat cahaya yang terang”. Cahaya yang terang kemudian disebut sebagai bulan. Disebabkan “cahayanya” diatas bukit maka kemudian disebut sebagai “bukit bulan’[1].

Istilah “Batin” dan “penghulu” menjadi tema sentral dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Batin kemudian disebut sebagai dusun asal adalah “Berkun, Lubuk Bedorong dan Muara Pangi. Muara Pangi sering juga disebut “dusun Manggis”.

Sedangkan “Penghulu” disebut Dusun Temalang, Dusun Meribung, Dusun Sungai Beduri, Dusun Mersip dan Dusun Napal Melintang. Kesemuanya kemudian hanya dikenal sebagai Dusun Lubuk Bedorong, Dusun Berkun, Dusun Meribung dan Dusun Napal Melintang.