22 April 2021

opini musri nauli : Nama Tempat (15)


Marga Simpang Tiga yang berpusat di Pauh kurang dikenal didalam document maupun literature. Nama Marga Simpang Tiga kemudian tenggelam dan lebih dikenal sebagai Pauh.

opini musri nauli : Kesaktian Kitab Tanjung Tanah (4)


Naskah Tanjung Tanah mengandung dua teks yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan menggunakan dua jenis aksara yang berbeda. 

opini musri nauli : Datuk Paduko Berhalo (3)


Didalam Buku Sejarah Nasional Indonesia III – Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia” disebutkan keturunan Datuk Paduko Berhalo kemudian melahirkan Orang Kayo Hitam, Orang Kayo Pingai, Orang Kayo Pedataran dan Orang Kayo Gemuk.


M. Nasir Didalam bukunya Keris Siginjei Mengenal budaya daerah Jambi menyebutkan Orang Kayo Hitam adalah anak bungsu dari Datuk Paduko Berhalo dan Putri Pinang Masak (Putri Selaras Pinang Masak).

opini musri nauli : Cerita Ulama Sumatera (1)



Tidak dapat dipungkiri, kisah perjalanan para ulama Nusantara menjadi ikonik dan agenda dalam perjalanan islam di Nusantara. 

opini musri nauli : Delik Aduan

Dalam praktek hukum pidana, dikenal istilah delik biasa dan delik aduan. 


Menurut Drs. P.A.F. Lamintang, “Delik aduan merupakan tindak pidana yang hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan dari orang yang dirugikan. Sedangkan “ delik biasa adalah tindak pidana yang dapat dituntut tanpa diperlukan adanya suatu pengaduan.”

opini musri nauli : Pendekar Muda Padepokan Astinapura



Syahdan. Terdengar kehebohan di alun-alun Istana Astinapura. 


Seorang pendekar muda yang mempunyai kesaktian tiada terkira. 


Badannya kekar. Menampakkan ilmu kanuragan yang mumpuni. Tapa bratanya sudah melewati dua purnama. 

opini musri nauli : Kesaktian Kitab Tanjung Tanah (3)

 


Setelah Uli Kozok menceritakan tentang Kerinci maka pada kesempatan kali ini, Uli Kozok menceritakan sedikit tentang  latar belakang tentang Kitab Tanjung Tanah. 


Naskah Tanjung Tanah sebetulnya “ditemukan” dua kali, pertama di tahun 1941 oleh Petrus Voorhoeve yang pada saat itu menjabat sebagai taalambtenar (pegawai bahasa di zaman kolonial) untuk wilayah Sumatra, dan kedua kali oleh Uli Kozok di tahun 2002. 

opini musri nauli : Nama Tempat (14)

Disebut “Pangkal Bulian’ karena banyaknya pohon bulian yang terdapat di pangkal (ujung) desa. Sedangkan Samaran yang merupakan bagian dari Pauh dimana terdapat tumbuhan yang dikenal “belami”. “Belami” kemudian menyamar dari Pauh sehingga kemudian disebut “samaran”.