Kemakmuran
dan kebesaran kerajaan di Jambi tidak dapat dilepaskan dari Merica[1]
dan karet[2].
Namun negeri ini sangat
menggantungkan hidupnya dari beras, yang diangkut dengan kapal yang kekurangan
dan harus dibayar dengan mata uang.
Daerah perkebunan merica tidak melakukan penanaman padi, sebab harga
merica lebih bagus dari pada padi. Oleh sebab itu petani merica tergantung pada
beras yang didatangkan dari luar daerah. Pada akhir abad ke-19 harga beras di
Hindia Belanda cenderung naik dan memasuki awal abad ke- 20 turun secara
drastis[3].