Akhir-akhir
ini jagat politik kontemporer tidak dapat dipisahkan dari hiruk pikuk politik
Islam. Berbagai perkembangan baik yang berkaitan dengan Pilpres maupun Pilkada
tidak dapat dilepaskan dari “suasana” partai Islam. (saya sengaja menggunakan definisi Partai Islam sebagai padanan politik
kontemporer menggambarkan politik Islam).
Islam
di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari berbagai kelompok yang berafiliasi
kepentingan politik yang berbeda. Terlepas dari “suasana politik” masa suram
rezim Soeharto, afiliasi politik kemudian ditandai dengan Partai islam seperti
PKB, PPP, PBB dan PKS. (Saya sengaja
tidak memasukkan PAN sebagai pengejawantahan dari partai Islam. Untuk sementara
saya tidak memasukkan Partai Masyumi dan Partai NU didalam Pemilu 1955 sebagai
indicator melihat politik Islam kontemporer).