28 April 2013

opini musri nauli : Pengelolaan Hutan berdasarkan Tembo



PENGELOLAAN HUTAN BERDASARKAN TAMBO
(Studi Kasus di Hutan Desa Kabupaten Merangin, Jambi)


Pendahuluan

Membicarakan Hutan Desa di Kabupaten Merangin1 tidak dapat dipisahkan dari LUAK XVI2. Sebagai masyarakat hukum adat, Luak XVI memang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari cara dan model pengelolaan hutan.

Luak XVI menjadi pembahasan cukup serius ketika mengadvokasi masyarakat yang termasuk kedalam izin HTI PT. DAM3. Dalam perjalanan proses perizinan mendapat penolakan besar-besaran dari masyarakat namun kurang diindahkan oleh pihak Kementrian Kehutanan.

Hari Bumi 2013 : Menyebarkan gagasan Bumi

 


Hari Bumi di Jambi diperingati secara “heboh”. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana Hari Bumi dilakukan dengan aksi-aksi, pada tahun ini, Walhi Jambi berkeinginan untuk “menyebarkan” gagasan pentingnya Bumi untuk Kita dilakukan dengan cara-cara yang langsung menyentuh kepada generasi muda. Tema yang ditawarkan adalah “Bumi adalah Rumah Kita” merupakan tema yang ditularkan kepada generasi muda.

Dengan tema itulah, kemudian Walhi Jambi mengadakan berbagai rangkaian kegiatan perlombaan seperti Lomba Mewarnai untuk TK dan SD kelas 1 dan kelas 2, Lomba Baca Puisi untuk Tingkat SLTA. Perlombaan ini ternyata menarik perhatian masyarakat.

Dukungan terhadap suksesnya acara ini ditandai dengan berbagai rangkaian kegiatan seperti pementasan musik perkusi recycle dari SMA At Taufik, pementasan musikalisasi puisi, fashion show mode recycle, pembacaan puisi dari juri Lomba Puisi dan musik.

Dalam pementasan perkusi menggunakan bahan bekas seperti drum air yang ditabuh, ember bekas yang dipukul, sapu lidi yang digesek-gesek, hingga dinding batako yang menimbulkan suara yang enak didengar. Bahkan penonton histeris sehingga tidak beranjak sama sekali dari kursinya.

Di sela-sela perlombaan, diselingi dengna pementasan fashion show yang menggunakan bahan kertas yang melambangkan kreativitas anak-anak sekolah Attaufik.

Sekolah Attaufik yang mengikrarkan diri sebagai sekolah yang menjunjung intelegensia dan mengasah pemikiran kaum muda sering mengadakan kegiatan yang sangat aktif untuk menyalurkan bakat kaum muda. Fashion show merupakan bentuk ekspresi kaum muda yang terus mendapatkan tempat sehingga Sekolah ini dapat dijadikan contoh bagaimana menyalurkan generasi muda kedalam wadah yang positif.

Pementasan fashion show diiringi dengan musikalisasi puisi yang bertema elegi. Tema puisi melambangkan bumi yang semakin kering, bumi yang semakin panas, bumi yang menangis, bumi yang terus digerogoti akan rakusnya manusia.

Sebagai rangkaian kegiatan yang langsung kepada generasi muda, kegiatan ini cukup menarik perhatian. Stand pameran yang diisi dengan lembaga-lembaga kursus, pameran photo-photo kerusakan alam, lingkungan, buruknya sanitasi, hancurnya hutan, mata air, tersingkirnya kaum minoritas, hingga berbagai dampak dari pembangunan.

Namun tema photo tidak selalu menyedihkan. Berbagai photo yang ditampilkan juga melambangkan optimis generasi muda hendak bersekolah, tanaman padi yang menjadi, jernihnya air, mata air yang mampu menggerakkan turbin air untuk pembangkit listrik tenaga air hingga berbagai photo-photo optimisnya menghadapi zaman. Semua photo-photo ditampilkan merupaka berbagai rangkaian kegiatan walhi Jambi dan pandangan Walhi terhadap tema-tema kerusakan lingkungan. Photo-photo yang ditampilkan dipersiapkan secara baik sehingga enak ditonton.

Perlombaan dimulai dengan mata lomba Mewarnai untuk tingkat TK dan SD kelas 1 dan Kelas 2. Semula peserta direncanakan di bawah tenda. Namun karena hujan yang deras dan diperkirakan tidak akan berhenti dengan cepat dan akan mengganggu konsentrasi anak-anak untuk menggambarkan, maka lokasi lomba dipindahkan di dalam kelas. Sehingga pemindahan peserta lomba dengan cara membawa menggunakan terpal salah satu moment yang juga menarik menyemarakkan acara ini.

Pemindahan lokasi perlombaan mewarnai tidak menyurutkan peserta untuk mengikuti acara ini. Praktis perlombaan tetap menjadi daya tarik tersendiri dan tentu saja peserta dengan baik dapat menyelesaikan lomba.
Di tempat lain, perlombaan baca puisi tetap dilangsungkan. Pembacaan puisi merupakan salah satu lomba yang menarik untuk ditonton.

Hampir seluruh peserta mengeluarkan keterampilannya membaca puisi. Puisi yang dibacakan memang cukup baik ditampilkan peserta sehingga hampir praktis, setiap pementasan perlombaan, tepuk tangan penonton tidak pernah berhenti untuk memberikan dukungan kepada peserta yang telah tampil.

Belum lagi berbagai ekspresi yang maksimal, baik karena penggunakan kalimat untuk menegaskan pesan yang hendak disampaikan, intonasi yang baik, maupun histeris terhadap sebuah kata-kata untuk menggambarkan maksud dari kata-kata puisi yang diucapkan.

Berbagai ekspresi yang ditampilkan membuktikan, generasi muda di Jambi telah berhasil “menyisir” penonton sehingga hampir praktis acara pementasan dari tiap-tiap peserta membangkitkan semangat untuk memperjuangkan agar lingkungan dan bumi dapat dirawat dengan baik. Bumi dijaga karena bumi adalah rumah kita. Dengan setiap kata-kata yang dikutip oleh pembaca puisi

Setiap teriakan dari pembaca puisi dengan totalitasnya mengekspresikan kata-kata dalam puisi menggambarkan bagaimana alam yang mulai marah dengan berbagai kerusakan dimuka bumi. Dan dengan teriakkan yang sama, penonton membalasnya.


Tentu saja. Setiap perlombaan harus dinilai. Harus diberi stimulus agar semangat mengikuti lomba. Tanpa mempengaruhi hasil-hasil yang telah ditentukan oleh juri perlombaan, pemenang yang telah disebutkan oleh juri merupakan semangat kepada peserta agar tetap tekun untuk berkesenian. Agar tetap mengasah nurani “kepekaan” agar peduli kepada bumi. Peduli kepada alam. Dan peduli kepada sesamanya. Selain itu, semua peserta adalah pemenang. Semua peserta adalah pejuang.

Dan kepada generasi mudalah yang ditanamkan benih-benih menjaga bumi. Di tangan generasi mudalah, harapan menjaga bumi agar lebih baik. Selamat hari Bumi. Semoga pesan ini sampai kepadamu. Agar kami selalu mencintaimu.

Walhi Jambi mengucapkan kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan acara Hari Bumi Tahun 2013. Kepada Sekolah-sekolah yang telah mengirimkan pesertanya untuk acara ini. Kepada peserta stand yang telah mengisi acara ini. Kepada Seluruh panitia yang telah sukses sehingga acara ini dapat diharapkan dapat dilakukan setiap tahun. Setiap tahun kita berkumpul sehingga kita bisa merasakan bumi yang semakin panas. Bumi yang semakin gersang. Dan bumi itu harus kita rawat. Karena bumi itulah Rumah Kita.