23 April 2024

opini musri nauli : Neng Eva

 


Neng Eva. Demikianlah gelar yang diberikan Komunitas Evalia kepada mobilku. Evalia tahun 2012. 


Sebuah kendaraan Operasional. Multi Fungsi. Kendaraan sehari-hari. Termasuk juga mendukung mobilitasku keluar kota. 


Entah perjalanan sidang keluar kota. Ataupun menjenguk putri pertama ketika kuliah di Unsri. Dan putra ketiga ketika mondok di Padang Panjang. 


Sebagai kendaraan Operasional, relatif setiap minggu selalu keluar kota. Entah tidak terhitung perjalanan sidang ke Bangko. Salah satu Pengadilan yang rutin sejak 2006. 


Ataupun sidang di Palembang, ketika mendampingi Direktur Walhi Sumsel yang Tengah disidangkan di Palembang. 

Sebagai kendaraan Operasional, tentu saja multi fungsi. Dengan bangku mampu menampung  8 orang atau bagasi lebih lebar di belakang, hampir praktis seluruh peralatan untuk mendukung persidangan, relatif tersedia di mobil.  Berkas-berkas, toga, printer ataupun alat-alat tulis yang mendukung persidangan. Pokoknya “kantor berjalan”. 


Belum lagi agenda liburan, Arus mudik dan liburan akhir tahun. Jangan tanya rutenya, ya. Pernah keliling Sumatera. Pergi ke Padang pulangnya Malah lewat Bengkulu. 


Ataupun Pergi lewat Pekanbaru, Ke Danau Toba, turun lewat Padang Sidempuan, Bukittinggi, Padang, Painan, Kerinci


Kisah membeli Neng Eva cukup unik. Waktu itu lagi dipamerkan di sebuah mall di Jambi. Saya cuma iseng melihatnya. 


Waduh. Cukup besar. Lega. Layak untuk Keluarga besarku yang mempunyai anak 4 orang. Namun yang membikin gregetan adalah harganya. Lebih murah dari Avanza. 


Istriku sempat cuek ketika kuajak melihat. Dia sama sekali tidak yakin untuk mendapatkannya. 


Sembari berbisik “Kasih waktu aku 3 bulan”, kataku. Istri malah tertawa ngakak. 


Kadangkalah alam Semesta bekerja sesuai dengan hati nurani. 


Ujaran kasih waktu 3 bulan hanya kata-kata yang terlintas. Sama sekali tidak ada perencanaan. Namun entah mengapa, kata-kata itu hanya terlontar saja. 


Namun alam Semesta menangkap energi yang kupantulkan. Entah mengapa, aku kemudian mendapatkan rejeki. Cukuplah untuk DP (downl payment). 


Neng Eva berhasil kudapatkan. Walaupun kemudian harus membeli dengan cicilan. 


Sebagai kendaraan Operasional, tentu saja kendaraan itu harus kugunakan dengan segala aktivitasku. Menemani perjalanan rutin ke persidangan. Terutama keluar sidang di luar kota. 


Alhamdulilah. Tugasnya dilaksanakan dengan baik. Neng Eva berhasil melaksanakan tugasnya. 


Sebagai kendaraan Operasional, Evalia bisa diandakalkan. Walaupun “banyak selentingan” suku cadang cukup mahal, namun relatif jarang yang rusak. 


Neng Eva hanya 2 kali terduduk di jalanan. Pertama ketika saya menghadiri persidangan di MK di Jakarta. 


Koplingnya tidak berfungsi. Padahal itu Sudah masuk tol. Baru juga lewat Pintu tol Kramasan. 


Sengaja Hendak dikebut, agar perbaikan dilakukan di Lampung. Mengejar sidang keesokan harinya.  


Bayangkan. Dari Tol Kramasan hingga menjelang masuk lampung, sama sekali tidak pakai kopling. 


Akhirnya setelah tol Terbanggi Besar, kemudian ditarik oleh petugas Tol. Petugas tol juga menunjukkan jaringan Bengkel. Ternyata setiap pintu tol, penjaga tol Sudah bisa membantu seluruh mobil apabila adanya hambatan di jalan. 


Sebagai jaringan Bengkel, maka harus “ready” 24 jam dihubungi oleh petugas tol. Dan harus diselesaikan hanya satu hari. 


Kerenlah pelayanan tol. 


Setelah hitungan-hitungan, tali kopling sekitar 1,7 juta dan upahnya 1,5 juta, sayapun mulai mengikuti proses yang paling mendebarkan. 


Ternyata tali kopling Neng Eva harus membongkar “setengah mesin”. Hampir 6 jam membukanya.  Dan hanya 2 jam untuk memasangnya kembali. Sayapun “rela” dengan waktu untuk membongkarnya dengan upah sebesar itu. 


Kedua. Ketika akhir tahun 2022. Ketika liburan ke Pulau Pahawang (Lampung). Baru saja hendak masuk ke Bayung Lincir (60 km dari Jambi), masuk lubang kemudian menghentak mesin. Oli kemudian bocor. 


Disebabkan akhir tahun, banyak tukang bengkel liburan natal, Sempat semalaman karena harus mematri lubang yang bocor, namun kemudian dapat diperbaiki. 


Selain itu, relatif sama sekali tidak dirasakan kerusakan berarti. Sehingga Neng Eva memang layak untuk Keluarga besar, untuk mobilitas keluar kota ataupun kendaraan sehari-hari. 


Sayapun kemudian teringat pepatah orang tua. “Kalah membeli. Menang Memakai”. 


Sejak membeli tahun 2012 hingga kini kendaraan Masih digunakan dengan baik, rasanya pepatah itu Masih relevan digunakan. Dan hingga kini sama sekali tidak ada pemikiran untuk menggantinya. 


Eh, yang Masih menjadi perdebatan dikeluarga, apakah saya dikatakan kolot apabila saya menggunakan slogan “Orisinil of Art”. 


Saya sama sekali tidak pernah mengganti apapun. Peleknya Masih standar dari bawaan. Bahkan interior termasuk Tapenya masih bawaan pabrik. Belum ada sama sekali untuk mengganti ataupun “up grade”. 


Apakah ada yang setuju dengan slogan saya ?