Sebelum
dimulai kompetisi sepakbola paling bergengsi, Liga Inggeris, tidak ada satupun
yang menduga “laju arah” klub papan bawah Leicester City. Semua mata berpaling
ke klub papan atas (Mancester City, MU, Arsenal, Liverpool, Chelsea). Kalaupun
ada selain mereka “paling-paling” disebut “Tottenham Hotspur.
Dengan hitung matematika, kelima klub papan
atas yang saling mendominasi dan menjuara Liga Inggeris akan meraih supremasi.
Dalam dua decade, public hanya “terpesona” dengan gaya permainan khas Inggeris,
hit and run. Dan sama sekali tidak memberikan perhatian penuh kepada klub-klub
yang terancam “degradasi”.