07 Mei 2021

opini musri nauli : Mudik Orang Indonesia (4)

Namun tema mudik yang lebih menarik dilihat dari ranah antropologi. Terlepas dari istilah mudik yang kurang tepat menggambarkan suasana menjelang Idul Fitri, tema mudik juga harus dipahami dengan cara pandang orang Indonesia. 

opini musri nauli : Kerumuman ditengah Pasar

Terdengar kehebohan dikerumuman tengah pasar. Para pengelana kemudian mengitari warung sembari mendengarkan cerita dari sang pengawal kerajaan. 


“Tuanku, Benarkah murka Raja Alengka kepada Raja Astinapura ?’, tanya suara dikerumuman pasar. 

opini musri nauli : Puyang (6)

Tidak dapat dipungkiri, membicarakan puyang tidak dapat dilepaskan dari tempat yang ditemukan ornamen dan artefak sebagai kebudayaan adiluhung zaman megalitikum  justru menampakkan sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan yang menjunjung tinggi dalam kehidupan.

opini musri nauli : Pendekar Muda

Syahdan. Terdengar kehebohan dan gegar di Kerumuman Pasar. 


“Tuanku, siapakah pendekar muda yang berani menantang para pendekar yang selama ini sudah terbukti kesaktiannya ?”, sang pendekar muda bertanya kepada para pengelana. 

opini musri nauli : Mudik Orang Indonesia (3)


Ketika salah seorang jemaat FB mengabarkan ketidakmengertian masyarakat Indonesia yang begitu semangat untuk “mudik” berhadapan dengan anjuran dari berbagai pihak agar tidak mudik, maka pernyataan itu kemudian memantik polemik. 

opini musri nauli : Titah Raja Astinapura


Berkumpullah para adipati, punggawa kerajaan, Debalang Kerajaan, para patih, Mangku dan pengawal kerajaan. Mengelilingi balairung Istana Astinapura. Mendengarkan titah Raja Astinapura. 


“Wahai, para pembesar kerajaan. Dengarkanlah titahku. Beberapa saat yang lalu, Kerajaan Astinapura kedatangan utusan khusus Raja Alengka. Memberikan titah kepada Negeri Astinapura. 

opini musri nauli : Mudik Orang Indonesia (2)

Dilanjutkan tanggai 13 Juni 2018 menulis tentang makna PUASA – IBADAH ATAU RITUAL yang menggambarkan puasa sebagai ibadah dan bekal menjalani mudik. 

opini musri nauli : Puyang (5)

Berbeda dengan berbagai tempat, di Uluan Jambi, membicarakan puyang tidak dapat dilepaskan dari cara pandang manusia masyarakat Melayu Jambi menempatkan diri sebagai makhluk alam. Makhluk yang tunduk dengan alam Semesta. 


Cara menempatkan diri dari alam Semesta, dari pemerintah, dari Pemimpin bahkan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditandai dengan berbagai seloko.