27 Juni 2017

opini musri nauli : MAKNA RAMADHAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL


Usai sudah “gemblengan” di kawah candradimuka selama sebulan penuh. Dengan kesadaran penuh, puasa kemudian “dipaksa” menahan diri dari segala hawa nafsu (batin) dan menahan diri dari hal yang dilarang seperti makan, minum dan perbuatan lainnya (Lahir). Tidak ada satupun “paksaan” dari Tuhan selain hanya ditujukan kepada “Ya Ayuhallazi” (Wahai orang beriman). Ayat yang ditujukan kepada manusia beriman.

Dalam tingkatan iman, makna “Ya Ayuhallazi” melebihi daripada makna “Ya Ayuhannas (Wahai Manusia). Tingkatan Ya Ayuhallazi kemudian melebihi makna kepada perintah kepada manusia semata. Dengan demikian maka ayat “berpuasa” memang ditujukan kepada hanya orang-orang beriman. Melebihi panggilan kepada manusia islam semata. Atau manusia semata. Sehingga orang yang memenuhi panggilan orang berpuasa melebihi derajat keimanan kepada orang biasa.