Bu
Patmi. Namanya pendek. Tanpa dialek. Tenang, teduh, tanpa suara. Berdiam di
depan istana. Semua mengharu-biru ketika sendok semen pertama kali kemudian
dituangkan kedalam kotak yang berisi kaki. Air mata kemudian tidak sadar
menetes. Dari kejauhan, rasa sesak tidak dapat disembunyikan.
Ya.
Bu Patmi adalah barisan 9 orang perempuan kendeng. Melawan tanpa suara.
Bersenandung. Tapi tetap kukuh bertahan. Mengajarkan arti perlawanan. Melawan
berbagai kekuatan Negara yang mengepungnya.