07 Februari 2017

opini musri nauli : WAJAH TRUMPH


Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden tidak hanya mencengangkan rakyat Amerika tapi juga Dunia. Donald Trump yang dikenal sosok yang rasis dan kerap melontarkan pernyataan kontroversial yang kerap menimbulkan kegaduhan politik,  menang telak atas Hillary Clinton. Hasil pilpres menunjukkan Trump meraih 304 suara elektoral (EV), sedangkan rivalnya, hanya mendapat 227 EV. Untuk menjadi presiden AS hanya dibutuhkan 270 EV.
Donald Trump berhasil merebut suara Kelas pekerja kulit putih, terutama yang tidak mengenyam pendidikan universitas, laki-laki dan perempuan.  Mereka yang tinggal di pedesaan menggunakan suara, antara lain dengan tujuan suara mereka didengar. Mereka inilah yang selama ini merasa ditinggal oleh kalangan mapan.

 Sikap rasial ditandai dengna melarang muslim masuk ke Amerika. Sikap yang ditunjukkan ketika menjadi Presiden kemudian melarang muslim datang dari Iran, Irak, Suriah, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman. Selain itu juga termasuk menutup seluruh masjid di Amerika,

Kemudian rencana pembangunan tembok  berbatasan dengan Meksiko dan membatasi dari dari peredaran narkoba. Dan menghina warga Meksiko dan mengusir wartawan keturunan Meksiko,

Bahkan didalam debat Presiden, Donald Trump mencela wajah calon Presiden Carly Fiorina, mencela rambut Hillary Clinton. Bahkan menentang dan tidak mendukung Barack Obama sebagai Presiden.

Belum lagi sikap rasialnya dengan imigran dan pengungsi yang dituduh sebagai penyebab berbagai konflik social di tengah masyarakat.

Donal Trump yang dikenal Raja bisnis Amerika di The Trump Organisation dan pendiri Trump Entertainment Resort.

Kehidupan Donald Trump tidak sepi dari skandal. Baik pengakuan dari Miss Utah, Negara bagian AS, percakapan locker room, video viral dengan perempuan cantik berpakaian seksi. Cerita ini melengkapi rangkaian dari kemampuan Donald Trump melaksanakan agenda “Miss Universe, Miss USA dan Miss Teen USA.

Sikap rasial dan skandalnya selain menimbulkan kejijikan dari bangsa Amerika yang berlatar multi etnik juga memberikan antipasti di kalangan partai Republik. Berbagai kampanyenya kemudian membuat para penguasa partai Republik meninggalkan arena kampanye ketika mendengar sikap rasial dari Donald Trump.

Namun sikap rasial dan skandal Donald Trump tidak menghentikan Donald Trump menjadi Presiden AS. Rakyat Amerika telah memilih dan mengalahkan Hillay Clinton.

Terlepas dari kemenangan Donald Trump, kemenangan Donal Trump harus dilihat dari sudut pandang yang luas. Rakyat Amerika memilih Donald Trump, selain Donald Trumph merupakan orang yang popular namun berhasil merebut suara Kelas pekerja kulit putih, terutama yang tidak mengenyam pendidikan universitas, laki-laki dan perempuan. Termasuk daerah-daerah yang semula mendukung Partai Demokrat kemudian beralih memilih Donald Trump yang diusulkan oleh Partai Republik.

Selain itu sikap ingin mengembalikan kejayaan Amerika, mengembalikan harkat bangsa Amerika menjadi penyumbang suara terbesar memilih Donald Trump. Rakyat yang merasakan dipinggirkan dan dikuclikan dan pertarungan Amerika di global yang membuat bandul global mulai bergeser ke Eropa dan dominasi Tiongkok dalam berbagai forum juga berhasil dimainkan oleh Donald Trump. Belum lagi berbagai kebijakan Obama yang dikenal Obamacare yang menyedot anggaran Negara Amerika.

Kemenangan Donald Trump adalah wajah Amerika. Warga kelas putih ingin mengembalikan sebagai bangsa mulia. Persis yang dilakukan Hitler pada masa kemenangan perang dunia. Kalimat mantra sakti Hitler yang terkenal “res arya”, Jerman ras yang mulia kemudian melakukan pembantaian terhadap Yahudi.

Kemenangan Donald Trump melengkapi sikap rakyat Inggeris yang memenangkan “Brexit”. Inggeris keluar dari Eropa (British Exit).

Namun sikap dan pandangan Donald Trump didalam memulai kebijakannya menuai protes dari rakyat Amerika. Dimulai dari demonstrasi di jalanan ketika dilakukan pelantikan Donald Trump, Putusan Hakim di Seatle yang membatalkan melarang perjalanan bagi warga dari tujuh Negara. Keputusan yang kemudian diikuti Negara bagian Minnesota. Belum lagi viral dari rakyat Amerika yang mengambil sikap menjadi pelindung Imigran dan keturunan dari Negara islam.

Rakyat Amerika yang berlatar belakang multi-etnik kemudian mengambil sikap untuk melawan bentuk diskriminasi terhadap kemanusiaan karena adanya perbedaan agama.

Perlawanan dari Rakyat Amerika terhadap kebijakan Donald Trump yang rasial membuktikan. Pandangan Pemerintah merupakan pandangan dari Negara (state). Bukan pandangan dari rakyat Amerika (Nation). Sehingga tidak salah kemudian, kita harus bergandengan tangan untuk melawan state yang rasial, diskriminatif dan tidak melindungi minoritas. Bukan memusuhi bangsa Amerika.

Kemenangan Donald Trump dapat menjadikan pengalaman dan pelajaran bagi rakyat Indonesia. Sikap rasial justru akan menarik peradaban bangsa Amerika menjadi bangsa yang disoroti dunia. Amerika yang akan menjadi bangsa yang toleran akan menjadi bangsa yang rasis dan akan menarik ke pengalaman buruk sebelum perang dunia II. Dan akan dicatat tinta hitam sebagai bangsa yang tidak mengikuti perkembangan zaman.

Terlepas dari kemenangan Donald Trump yang rasial dan diskriminatif. namun berbagai peristiwa baik terhadap perlindungan dari kaum mayoritas, perlawanan rasial merupakan cerminan bagi kita.

Semangat ini juga menularkan di Toronto, Kanada. Rakyat Toronto kemudian mengelilingi masjid disaat dilangsungkan sholat jumat paska tewasnya 6 orang muslim di Kanada.

“Bayangkan, orang beriman yang ingin beribadah dalam damai, mendoakan perdamaian, berada dalam risiko besar.  Rumah ibadah adalah tempat suci yang harus dilindungi." teriak rakyat Toronto ketika membuat pagar hidup mengeliling dan melindungi Mesjid

Begitu juga Lebih dari seribu warga muslim Norwegia kemarin membentuk rantai manusia buat melindungi sebuah sinagoge atau rumah ibadah bagi kaum Yahudi di Ibu Kota Oslo. Mereka bergandengan tangan berdiri dalam bentuk lingkaran di depan sinagoge itu. Mereka bermaksud melindungi kaum Yahudi dari tindak kekerasan yang terjadi di Eropa belakangan ini.

Sedangkan di Pakista, Muslim di Lahore yang tergabung dalam organisasi "Pakistan for All". Mereka menyambangi gereja St. Anthony dan membentuk rantai manusia di sekeliling gereja tdan melindunginya ketika Taliban mulai menebor teror.

Sudah saatnya kita mengulurkan tangan dan memberikan perlindungan kepada kelompok minoritas.

Dunia sedang berubah. Kemanusiaan ditempatkan sebagai adiagung sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.