15 Agustus 2016

opini musri nauli : Marga Tungkal Ulu – Waris Nan Delapan



Didalam Administrasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dikenal daerah Tungkal Ulu dan Tungkal Ilir. Tungkal Ulu terletak di Kota Kuala Tungkal dan daerah Tungkal Ulu terletak di Merlung.
Tungkal Ulu sebagai bagian administrasi Marga kemudian berhimpun Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Merlung dan Kecamatan Pengabuan.

Didalam Peta Belanda tahun 1910, Marga Tungkal Ulu terdapat nama-nama tempat seperti “Merloeng”, Loeboekkambing, Kampoeng Baroe, Soeban, Tanjung Bodjo dan Taman Raja”. Nama-nama tempat ini masih terdapat didalam berbagai kecamatan di Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabbar). Sedangkan didalam “Mededeling, Issue 42, Koninklijk Instituut voor de Tropen, 1936[1] disebutkan “Marga Toengkal-Hoeloe” “in de derde maand de Boekitbolend-streek, eveneens in Boven Sarolangoen en de voornaamste nederzettingen langs de Tembesi-rivier tusschen Sarolangoen en Moearatembesi en in de vierde maand Moerasabak, Koelatoengkal en de afgelegen Marga Toengkal Hoeloe”.

Marga Tungkal Ulu berbatasan dengan Marga “toengkal-hilir”, Marga Awin, Marga Pemajoeng-hilir, Marga Soengai Baoeng, Marga Marasebo Ilir”, Marga Maro Sebo Tengah, Marga Kembang Paseban, Marga Marasebo Ulu, Marga Petadjin Hilir dan Marga Petadjin Hoeloe. Bahkan Marga Tungkal Ulu langsung berbatasan dengan propinsi Riau yang ditandai dengan batas wilayah (tembo) “Sungai Lumahan.

Puyang Marga Tungkal Ulu mengaku berasal dari Pagaruyung. Namun melihat kedekatan wilayah dengan perbatasan Riau, maka yang dimaksudkan keturunan Pagaruyung berasal dari Kerajaan Indragiri.

Menurut Tambo Minangkabau, wilayah Minangkabau dibagi menjadi tiga. Darek, Rantau dan Pesisia.

Darek adalah daerah tinggi diantara pegunungan diantaranya Gunung Singgalang dan Gunung Merapi. Darek dibagi 3 (luhak nan tigo). Luhak tanah datar, luhak Agam dan Luhak 50 Koto yang terdiri luhak, ranah dan Lareh. Maninjau termasuk kedalam Luhak Agam. Rantau adalah daerah diluar Luhak nan tigo. Menyusuri Sungai seperti Rokan, Siak, Kampar, Kuantan/Indragiri dan Batanghari. Biasa disebut juga Minangkabau Timur atau “ikua rantau (Ekor rantau) Sedangkan Pesisia (Pesisir) adalah daerah sepanjang pesisir pantai barat Sumatera. Termasuk Painan.

Indragiri merupakan alur migrasi dari Pagaruyung kemudian diketahui sebagai sebuah Kerajaan Indragiri.

Nah. Daerah Indragiri yang kemudian menjadi Kerajaan Indragiri merupakan “puyang” dari Marga Tungkal Ulu. Sekaligus “ikrakr” dari Pagaruyung adalah refleksi dari “puyang” Indragiri yang merupakan wilayah administrasi Kerajaan Pagaruyung. Sehingga menjadi jelas yang dimaksudkan “keturunan” dari pagaruyung adalah berasal dari Indragiri-Riau.

Puyang mereka bernama Raja Tengku Besak, Tengku Gonjong dan Tengku Bae yang berasal dari Indragiri. Dalam rentang administrasi, masih ditemukan “kekentalan” hubungna kekerabatan dari Indragiri terutama Desa Selensen yang termasuk kedalam kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau.

Alur migrasi dari Indragiri juga dapat ditemukan dari ikrar “puyang” di Marga Kumpeh di Kabupaten Muara Jambi.

Menurut tutur di Merlung[2], Masyarakat Merlung menyebutkan Merlung juga disebut “Pangkalan Juang. Posisi strategis sebagai benteng pertahanan yang mudah menyebar ke Jambi, Ke Riau dan Ke Kuala Tungkal mulai disebutkan baik sebagai bagian dari Kerajaan Johor, Kerajaan Indragiri maupun Kerajaan Jambi.

Terdapat dusun-dusun seperti Dusun Merlung, Dusun Tanjung Paku, Dusun Rantau Badak, Rantau Dusun Mudo, Dusun Kuala Dasal, Dusun Pelabuhan Dagang, Dusun Taman Raja, Dusun Tebing Tinggi, Dusun Kampung Baru, Dusun Tanjung Bojo, Dusun Kebun, Dusun Suban, Dusun Lubuk Bernai, Dusun Pematang Pauh, Dusun Tanjung Tayas, Dusun, Badang, Dusun Lubuk Terap, Dusun Penyabungan, Dusun Pulau Pauh, Dusun Sungai Rotan dan Dusun Lubuk Kambing.

Penamaan Dusun berdasarkan tipologi khas wilayah. Seperti Dusun Rantau Badak yang terdapat banyaknya badak di Rantau, banyaknya jenis kayu yang bernama Terap yang kemudian bernama Dusun Lubuk Terap. Banyaknya Kambing di Lubuk Kambing, banyaknya Rotan di dusun Sungai Rotan, banyaknya bernai. Bernai adalah nama buah-buahan. Hanya Ditempat ini ada bernai sehingga dinamakan Dusun Lubuk Bernai. Banyak pohon yang bernama pauh (sejenis palm) di Pematang Pauh, banyakya Tayas (buah-buahan sejenis mangga) di Dusun Tanjung Tayas atau banyaknya Bojo (sejenis kacang-kacangan) di Tanjung yang kemudian disebut Dusun Tanjung Bojo. Banyaknya Kebun yang kemudian disebut Dusun Kebun. Kebun kemudian dimaksudkan banyak kebun yang menghasilkan buah-buahan setiap musim. Dan banyaknya rusa dalam satu tempat. Kemudian bernama Dusun Suban.

Atau berdasarkan sifat tipologi nama tempat seperti Rantau yang lurus (lurus kemudian disebutkan benar) sehingga dinamakan Dusun Rantau Benar, Anak negeri yang berdagang yang kemudian dinamakan Dusun Pelabuhan Dagang, tempat bermainnya Raja kemudian bernama Dusun Taman Raja, Tebing yang tinggi kemudian bernama Dusun Tebing Tinggi, Dusun baru yang kemudian disebut Dusun Mudo atau kampong yang baru yang kemudian disebut Kampung Baru.

Selain penamaan dusun berdasarkan sifat dan khas tipologi, penamaan dusun juga berdasarkan tempat digunakan. Maka dikenal tempat penyabungan atau tempat bertemunya para pendekar yang kemudian disebut “Penyabungan”, nama sungai seperti Muara Dasal yang kemudian Kuala Dasal.

Namun yang unik adalah Dusun Dadang. Sebenarnya nama dusun disebut Dusun Padang. Namun dialek kemudian menyebutkan “dadang” (pengaruh pengucapan secara cepat) sehingga kemudian dusun bernama Dusun Dadang.

Setiap dusun dipimpin oleh seorang Penghulu atau Demang.

Didalam menyelesaikan setiap perselisihan, maka diselesaikan oleh pemangku adat yang disebut Waris nan Delapan. Waris Nan delapan yaitu Waris Aur Duri, Waris Kebun Tengah, Waris Pulau Ringan, Waris Kuburan Panjang, Waris Gemuruh, Waris Langkat, Waris Bukit Telang dan Waris Teluk.

Setiap pemangku Waris dipilih oleh kaumnya sendiri. Di daerah hulu, kaum biasa disebut juga “kalbu”. Sedangkan di sebagian daerah hilir Jambi, biasa disebut juga “guguk”.. Sebuah komunitas dari keturunan Ibu. Sebagaimana menjadi seloko “Anak sekato Bapak. Kemenakan sekato Mamak”.

Di berbagai tempat, susunan struktur ini biasa disebut “tengganai” sebagaimana sering disampaikan “rumah betengganai, rantau bejenang, kampong bepenghulu dan negeri bebatin.

Sebagai pemangku adat, posisinya begitu penting dan dihormati sebagaimana seloko “memakan habis. Memancung putus”. Di tangan merekalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum adat dapat diselesaikan.

Dalam proses penyelesaiannya, maka Pesirah sebagai Pemangku adat marga kemudian memanggil para penghulu masing-masing setiap dusun untuk menyelesaikannya. Tata cara memanggil dilakukan oleh Pesirah dengan menyuruh “Kermit”. Kermitlah menggunakan canang (semacam gong kecil) memanggil kabar kepada seluruh negeri. Kermit kemudian menyampaikan maksud dari pertemuan yang akan diadakan oleh Pesirah.

Setelah diputuskan oleh pemangku adat, maka terhadap sanksi haruslah dilaksanakan. Pelanggaran atau pengingkaran terhadap sanksi ataupun perundingan tidak dapat diselesaikan maka diserahkan kepada Pemangku Negeri yang ditandai dengan seloko “alam berajo, negeri bebatin”.

Pengingkaran terhadap sanksi ditandai dengan seloko “digantung tinggi, dibuang jauh”. Di tempat lain sering juga disebut didalam seloko “tinggi tidak dikadah. Rendah Tidak dikutung”. Seloko ini dapat dijumpai di Marga Luak XVI di hulu Kabupaten Merangin yang sering disebutkan “Plali” sebagaimana seloko ”Bebapak pado harimau, Berinduk pada gajah. Berkambing pada kijang. Berayam pada kuawo”. Dalam bahasa sehari-hari sering juga disebut “orang buangan’. Orang yang tidak perlu diurus di kampong karena tidak mau menaati sanksi yang telah dijatuhkan.

Sedangkan Proses yang kemudian diserahkan kepada Rajo atau pemangku Batin sering disebutkan didalam seloko “Gajah yang begading. Rimau yang bebelang dan ombak yang bederuh”.

Dusun-dusun yang termasuk kedalam Marga Tungkal Ulu kemudian menyebar di berbagai Kecamatan. Baik kedalam Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Merlung, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Batang Asam. Bahkan Penyabungan merupakan salah satu kecamatan pemekaran dari kecamatan-kecamatan sebelumnya.




 [1] Mededeling, Issue 42, Koninklijk Instituut voor de Tropen, 1936Hal. 164
[2] M. Syafe’I Achmad, mantan Pesirah dan mantan Kepala Desa Merlung, 14 Agustus 2016