16 Januari 2020

Negeri Astinapura : Gumaman di padepokan



Syahdan, Pemimpin padepokan sedang bersenang hati. Kelemahan Adipati sang lawan telah diketahui. Tinggal jurus pamungkas sedang diuji. Untuk menjajal sang adipati.


“Daulat, tuanku. Kelemahan Adipati sudah diketahui. Tinggal mantra dan jurus disiapkan, tuanku. Hamba yakin, kemenangan akan kita raih”, kata sang murid padepokan mengabarkan kabar gembira.

15 Januari 2020

opini musri nauli : Rio Penganggun Jagobayo




Mengenal Desa Tanjung Mudo, Merangin tidak dapat dipisahkan dari sejarah Marga Sungai Tenang, Pungguk 6, Pungguk 9 dan Koto 10, Tanah-Irung. Tanah Gunting dan Rio Penganggun Jagobayo.

14 Januari 2020

opini musri nauli : 4 Tahun berlalu

Setelah seminggu "Nyepi" dan rapal mantra, keluar sebentar.. Menemui "Rio Penganggun Jaya Bayo".. Penguasa Tanah Irung-Tanah Gunting Marga Sungai Tenang..

"Salam untuk bang Eko, bang" Kata Kades..
"Salam untuk Pakdir, bang", kata mantan.

Negeri Astinapura : Murka Sang pemimpin Padepokan

 

Syahdan, para pendekar padepokan sedang berkumpul di balairung padepokan. Duduk melingkar mengelilingi para pemimpin padepokan.


“Mengapa padepokan menjadi heboh. Ada apa gerangan, para pendekar”, kata sang pemimpin padepokan heran.

13 Januari 2020

opini musri nauli : IBU HAFRIDA YANG KUKENAL



“Musri, cepatan buat KRS (kartu rencana Studi). Ibu tunggu !!!, kata Ibu Hafrida, Dosen PA (Pembimbing Akademik).
Dosen pengampu mahasiswa untuk bimbingan kuliah.
“Iya, bu. Ini lagi diisi”, kataku sewot. Sembari melihat jadwal kuliah.

Pikiranku cuma satu. Bagaimana kuliah dipadatkan senin – Kamis.
Biar Jumat-sabtu minggu bisa “touring”. Maklum semasa mahasiswa “benar-benar’ hidup diatas motor.

12 Januari 2020

MELANCONG




Yang saya kagumi dari tempat-tempat melancong adalah kreasi dan daya cipta untuk menjadi tempat yang dikunjungi.

Terlepas dari “proposal” dari sang Bungsu, tempat-tempat yang dikunjungi adalah “buah” dari “konsep” yang dari alam pemikiran, perenungan, desain konsep yang kemudian diwujudkan dalam sebuah karya seni. Karya yang mengagumkan.

Yang paling dikagumi, justru dari bahan-bahan yang ada disekitarnya, bahan yang luput dari pemantauan, bahan yang mudah didapatkan, murah namun menghasilkan karya seni yang begitu memukau.

Teringat dari cerita sang sahabat. Hanya bangsa yang maju yang bisa menghasilkan karya-karya seni yang bermutu. Karya yang memukau. Karya yang kemudian menyentak dan menyadarkan kita. Ternyata manusia adalah makhluk yang diberi “Seni keindahan” dari sang pencipta

Bangsa yang besar justru yang tidak “silau” dengan identitas semata. Bangsa yang sudah selesai “urusan perut”. Bangsa yang tidak lagi memikirkan dirinya sendiri.

Persia, Mesir, Tiongkok, India dan Indonesia adalah “daya Tarik” dari bangsa-bangsa dunia untuk mengagumi keindahan karya-karya seninya.

Namun hanya di Indonesialah, semua peradaban dunia lengkap dihadirkan. Meminjam istilah teman saya arkeologi muda yang “sambleng”, nekat, gila kemudian memantapkan saya.   Jambi adalah “ornament” pusat peradaban dunia. Dari zaman megalitikum yang ditandai di Kerinci, Serampas, Sungai Tenang dan Dusun Tuo hingga pusat peradaban Islam.

Saya kemudian memilih Jambi untuk “dahaga intelektual” saya”, katanya sembari menghirup kopi disudut depan kampus UNJA Mendalo.

Oya, selain mengunjungi tempat-tempat yang disebutkan didalam “proposal” si Bungsu, “bonus” yang saya terima adalah kegembiraan si bungsu.

Baru kali ini Dedek senang”, yah”, katanya sembari mengirimkan photo.

Strategi cara “Melayu Jambi” mengucapkan terima kasih. 
-->

11 Januari 2020

opini musri nauli : Problema Yuridis Pasal Perambahan Hutan









Pasal 50 ayat (3) huruf UU No. 41/1999 (UU Kehutanan) menyebutkan “Setiap orang dilarang merambah kawasan hutan”. Terhadap perbuatan kemudian “dihukum pidana penjara paling lama 10 tahun dan paling denda Rp 5 milyar (Pasal 78 ayat (2)).

Negeri Astinapura : Kerumuman ditengah Pasar

 

“Sampai sekarang hamba masih bingung. Mengapa Adipati tidak mempersiapkan kuda-kuda terbaik, pasukan terlatih untuk menghadapi serangan dari dewa Air, sobat”, kata sang pengelana sembari mencicipi ubi rebus di lopak pasar. Suaranya terdengar penghuni lopak.


“Iya, malah adipati menyiapkan kentongan kepada punggawanya. Dengan kentongan maka apabila ada serangan dari dewa air, maka penduduk akan segera mengungsi”, kata temannya. Tangannya tidak lupa mencomot pisang. Rokok terus mengebul di lopak.

08 Januari 2020

opini musri nauli : Paradigma MK dalam Fidusia




Dalam suatu kesempatan, saya berdiskusi dengan praktisi hukum senior tentang “campur aduk” makna Fidusia dan “beli kredit”. Termasuk juga kekeliruan memakna fidusia dalam prakteknya.

07 Januari 2020

Negeri Astinapura : Gundah Gulana Sang Maharaja


Didalam balairung Kerajaan negeri Alengka begitu sunyi. Semuanya diam. Tertunduk diam tidak bersuara. Sang maharaja begitu murka. Tidak seperti biasanya Sang Maharaja begitu murka.


“Mengapa Adipati tidak mau mengurusi negerinya dari serangan Negara Air. Apakah Sang Adipati begitu penakut. Atau memang begitu dungu sehingga tidak berani menghadapi serangan dari negara air’, Kata Sang Maharaja begitu murka.