19 September 2020

opini musri nauli : Idol dan Festival


Tidak dapat dipungkiri, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) diwarnai dengan “kepopuleran” para kandidat. Meminjam istilah Lembaga riset, keterpilihan kandidat dimulai dari “elektabilitas”, “keterimaan public” dan “kemenangan”. 


Istilah “elektabilitas” dimulai dari pemasangan baliho, spanduk, umbul-umbul, temu pemilih, arak-arakan dimuka umum. Termasuk juga berbagai kegiatan yang membuat kandidat menjadi popular. 


Tidak salah kemudian “mempercepat” popular kandidat kemudian diimbangi dengan berbagai acara “talk show”, iklan-iklan pendek di televisi dan berbagai acara kesenian yang menjadi perhatian masyarakat. 

opini musri nauli : Pendidikan Politik Pilkada

 


Memasuki Pilkada Jambi 2020, setelah para kandidat mendaftarkan KPU, maka KPU kemudian menetapkan sekaligus menentukan nomor urut. Tinggal satu tahap lagi menjelang Pilkada 2020. 


Sudah saatnya, masyarakat berhak mengetahui bagaimana “cara pandang” kandidat melihat Jambi dan berbagai persoalannya. Serta bagaimana “mimpi” para kandidat menjawab persoalan Jambi. 

opini musri nauli : Pendidikan Politik Pilkada


Memasuki Pilkada Jambi 2020, setelah para kandidat mendaftarkan KPU, maka KPU kemudian menetapkan sekaligus menentukan nomor urut. Tinggal satu tahap lagi menjelang Pilkada 2020. 

18 September 2020

opini : Tutur



Sebagai bagian dari masyarakat adat Melayu Jambi, cara bertutur, bersikap sekaligus menempatkan diri adalah ciri dan budaya adiluhung. 


Menempatkan pemimpin sering disampaikan didalam Seloko seperti “kayu gedang ditengah dusun. Pohonnya rimbun. Akarnyo tempat duduk besilo”. 


Sedangkan para guru sering ditempat bak “obor ditengah malam. Tempat pegi betanyo. Tempat pegi bercerito”. 

opini musri nauli : Memilih adalah Hak

 


Menjelang pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Jambi 2020 (Pilgub), konsentrasi publik mulai mengerucut kepada kandidat yang diusung di Pilgub 2020. 


Sembari menunggu pengumuman penetapan dari KPU, pandangan publik mulai melihat personal, pekerjaan yang telah dilakukan dan rencana program diusung para kandidat. 


Tidak dapat dipungkiri cara pandang pemilih menggambarkan realitas yang akan dipilih. 


opini musri nauli : Perempuan kurang kerjaan


Sebelum memasuki perkawinan, ketika masa “curhat-curhatan”, dibangun kesepakatan. Saya bertugas untuk menjadi Kepala Rumah Tangga. Bertugas untuk mencari nafkah. Dan menjadi tulang punggung keluarga. 


Namun sebagai orang yang dibesarkan dari tradisi demokrasi, hampir seluruh keluarga besar, para perempuan tetap bekerja. 


Ibuku bekerja di pemerintahan. Saudari Ibu tetap bekerja. Ada yang bekerja menjadi guru. Ada yang bekerja di perbankan. 


Sedangkan adikku sempat kuliah. Sehingga praktis, tradisi sekolah antara anak perempuan dan anak lelaki tidak pernah dibedakan. 

17 September 2020

opini musri nauli : Cerita Birokrasi


Setelah rapat dipimpin Kepala Daerah, disebabkan adanya kegiatan yang lain, maka Kepala Daerah kemudian meninggalkan rapat. Rapat selanjutnya dipimpin oleh Wakil Kepala Daerah. 

Tanpa sebab, tiba-tiba Kepala Daerah bergumam

“Nah. Itu dia. Mengapalah pentingnya ada dari birokrat. Biar dia paham. Supaya ngomong tidak boleh sembarangan. Kadang keinginan harus sesuai dengan peraturan”, katanya sembari mematikan microphone yang terletak didepannya. 

16 September 2020

opini musri nauli : KISAH SUATU MAGRIB


Syahdan, suatu magrib, seorang pria kemudian bergegas ke Mesjid terdekat dirumahnya. 

Belum berjalan jauh dari rumah, tiba-tiba datang seorang anak muda. Sang pemuda yang “khawatir” ketinggalan magrib datang kerumahnya. 


Sang pria kemudian mengurungkan niatnya ke Mesjid. Kemudian kembali kerumah dan menyambut tamu. 


Setelah berbasa-basi sejenak, sang tuan rumah kemudian menyilahkan tamu untuk menjadi imam. Namun sebagai anak muda, dia menyilahkan tuan rumah untuk menjadi imam sholat. 

15 September 2020

opini musri nauli : CARA PANDANG KEPEMIMPINAN JAWA


 

Ada dua peristiwa penting yang menarik perhatian saya. Pertama ketika Jokowi membuat status di FB yang menyebutkan “Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangestuti. Dan ketika diwawancara Najwa Shihab ketika memenangkan Pilpres di Istana yang menyebutkan "Sugih tanpa bandha, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, dan Menang tanpa ngasorake."

 

Status di FB yang menyebutkan “Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangestuti” berkaitan dengan kisruh KPK-Polri.

 

Dibawah tekanan publik dan KPK yang hendak menolak Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri dan menghadapi tekanan partai yang sudah meloloskannya. Termasuk juga dari DPR-RI yang meminta agar proses BG dilanjutkan.

 

Entah mengapa Jokowi membuat status di FB tahun 2015.

 

14 September 2020

opini musri nauli : TURBA, SIDAK, BLUSUKAN DAN PERTISUN

 

 

Ketika Jokowi sering “blusukan” ke tempat-tempat yang menjadi perhatiannya, terbayang cara-cara ini juga dikenal sebelumnya.

 

Sebelumnya dikenal Sidak. Sidak adalah inspeksi mendadak. Cara pemimpin mengetahui kerja anggotanya di lapangan.

 

Selain itu juga dengan Sidak. Namun sedikit mirip yang dikenal Turba. Turba berasal dari kata “turun kebawah”.

 

Turba dan sidak lebih menampakkan agenda resmi pemerintahan yang berkaitan untuk mengontrol kerjanya di lapangan. Dengan cara “Sidak”, atau “turba” atau “blusukan” dapat diketahui bagaimana “Serapan” kegiatan dilakukan. Sekaligus mengetahui bagaimana cara “control” anggota dibawah untuk memastikan di lapangan.