16 September 2020

opini musri nauli : KISAH SUATU MAGRIB


Syahdan, suatu magrib, seorang pria kemudian bergegas ke Mesjid terdekat dirumahnya. 

Belum berjalan jauh dari rumah, tiba-tiba datang seorang anak muda. Sang pemuda yang “khawatir” ketinggalan magrib datang kerumahnya. 


Sang pria kemudian mengurungkan niatnya ke Mesjid. Kemudian kembali kerumah dan menyambut tamu. 


Setelah berbasa-basi sejenak, sang tuan rumah kemudian menyilahkan tamu untuk menjadi imam. Namun sebagai anak muda, dia menyilahkan tuan rumah untuk menjadi imam sholat. 

Sang tuan rumah dua kali menolak sembari menyilangkan tangan. Menegaskan tamu untuk menjadi imam sholat. 


Dibesarkan dalam tradisi mengaji di surau, bacaannya pas. Tajwidnya khas kampung. Tidak salah. 


Sebagai “ulama yang dihormati”, sang ulama menyimak bacaan sholat. Diapun yakin. Sang anak muda mengaji sore. Tradisi yang masih berlangsung di kampung hingga hari ini. 


Setelah sholat magrib, sang imam kemudian mempersilahkan tuan rumah untuk memimpin doa. Lagi-lagi tuan rumah mempersilahkan sang anak muda untuk memimpin doa. 


Tiba-tiba sang tuan rumah berkeyakinan. Anak muda ini mempunyai landasan agama yang kuat. Pondasi yang membuat segala keputusan tetap disandarkan kepada Sang Pencipta. 


Tidak lama kemudian sang tuan rumah menelepon seseorang. Terdengar suaranya pelan tapi tegas. 


“Saya jalan dengan anak muda ini”, katanya sembari menutup telephone. 


Kisah sholat magrib juga terjadi di Jokowi. Ketika mendatangi Lombok sebagai daerah korban gempa, Jokowi diminta oleh Gubernur NTB, Zainal Majdi (biasa dikenal Tuanku Guru Bajang/TGB). 


Sebagai alumni Al Azhar, Kairo Mesir dan dikenal pakar Tafsir. Kecerdasannya justru diatas Quraish Shihab (QS). QS dikenal membuat Tafsiran Al Al Qur’an “Al Mishbah”. Yang tebalnya “satu depa orang dewasa’. Selain QS, Hamka juga menuliskan terjemahan Al Qur’an yang dikenal tafsir Al- Azhar. 


“Konon”, QS sering menelphone TGB untuk menanyakan persoalan yang rumit. Yang memerlukan penjelasan dari TGB. 


Sehingga tidak salah kemudian Jokowi enggan dan mempersilahkan TGB untuk menjadi imam Sholat Magrib. 


Namun setelah dua kali dipersilahkan, Jokowi kemudian menjadi imam Sholat Magrib. Dan didalam status twitter-nya, TGB menjelaskan bagaimana Jokowi dapat menjadi imam sholat magrib. 


Jokowi kemudian menjadi Presiden untuk Periode kedua. 


Kisah sholat magrib ternyata pernah juga terjadi. Beberapa orang yang dikenal publik mampir ke rumah sang tuan rumah. Namun kesemuanya menolak menjadi imam sholat. 


Sang anak muda kemudian menjadi calon Gubernur Jambi 2020-2024. Sedangkan tuan rumah kemudian menjadi calon Wakil Gubernur Jambi 2020-2024. 


Kisah sholat magrib begitu membekas. Sehingga keduanya kemudian mencanangkan “sore mengaji’. 


Pemerintah Provinsi Jambi menganggarkan untuk honorarium petugas masjid, pegawai syarak. Dengan demikian, maka Pemerintah Provinsi kemudian menyiapkan honor guru mengaji  di sore hari. Untuk membuka masjid disore hari untuk mengajar mengaji. 


Sehingga anak-anak sekolah kemudian mengaji sore di masjid terdekat. 


Pencarian terkait : Musri nauli, opini musri nauli, jambi dalam hukum, hukum adat jambi, jambi, 


Opini Musri Nauli dapat dilihat : www.musri-nauli.blogspot.com