14 September 2020

opini musri nauli : TURBA, SIDAK, BLUSUKAN DAN PERTISUN

 

 

Ketika Jokowi sering “blusukan” ke tempat-tempat yang menjadi perhatiannya, terbayang cara-cara ini juga dikenal sebelumnya.

 

Sebelumnya dikenal Sidak. Sidak adalah inspeksi mendadak. Cara pemimpin mengetahui kerja anggotanya di lapangan.

 

Selain itu juga dengan Sidak. Namun sedikit mirip yang dikenal Turba. Turba berasal dari kata “turun kebawah”.

 

Turba dan sidak lebih menampakkan agenda resmi pemerintahan yang berkaitan untuk mengontrol kerjanya di lapangan. Dengan cara “Sidak”, atau “turba” atau “blusukan” dapat diketahui bagaimana “Serapan” kegiatan dilakukan. Sekaligus mengetahui bagaimana cara “control” anggota dibawah untuk memastikan di lapangan.

Ketika Jokowi memulai lawatan kerjanya menjelang Pilgub Jakarta 2012, tema “blusukan” menjadi wacana nasional.

 

Dengan memasuki kampung-kampung, mendengarkan langsung keluhan masyarakat, berbagai upaya “rekayasa” dapat dihindarkan. Selain memastikan ‘suara yang didengar lebih jernih” sekaligus untuk memastikan bagaimana apparat bekerja di lapangan.

 

Cara ini efektif. Sehingga ketika Jokowi menjadi Presiden, cara “blusukan” masih juga digunakan Jokowi.

 

Masih ingat ketika Jokowi datang ke Sumatera Utara. Berbagai perangkat sudah disiapkan. Disiapkan panggung untuk presentasi. Sekaligus memberikan pemahaman kepada Jokowi sebagai Presiden.

 

Entah darimana idenya. Hanya 15 menit diruangan yang telah disediakan, Jokowi justru langsung ke lapangan. Ditemani Adian Napitulu, Jokowi langsung mendengarkan keluhan masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan maksimal dari penanganan korban Gunung Sinabung.

 

Atau kisah menggelikan sekaligus memalukan. Datang ke Banjarmasin untuk melihat “kesiapan” dari petugas untuk pemadaman api tahun 2015.

 

Dengan heroic, petugas menunjukkan upaya pemadaman kebakaran. Sekitar 1 jam kemudian Jokowi pulang setelah melihat peragaan petugas memadamkan kebakaran.

 

Namun entah “keisengan”, Setelah peserta pulang semuanya, satu jam kemudian Jokowi hanya diteman beberapa orang Paspampres datang kembali ke lokasi.

 

Sambil menggeleng kepala, Jokowi menyaksikan, seluruh petugas sudah pulang. Sementara api masih berkobar akibat kebakaran gambut.

 

Cara untuk mengetahuai “kelakuan” petugas dilapangan memang memerlukan strategi “shock terapi”.

 

Dalam acara resmi, “berbagai scenario” didesain. Entah dengan mengatur peserta yang bicara ataupun materi yang disampaikan. Biasanya acara seperti ini, justru kurang tergali berbagai informasi yang dibutuhkan pemimpin.

 

Cara yang sering saya gunakan adalah “tidur” di kantor. Hampir setiap tempat yang saya datangi, saya lebih suka “tidur” di kantor. Bukan karena tidak disiapkan fasilitas. Justru dari “orang kecil’, berbagai informasi banyak sekali informasi yang didapatkan.

 

Cara membangun informasi effektif selain dimalam hari, juga “Suara hati” orang kecil lebih terasa. Persoalan sebenarnya lebih membumi.

 

Ketika Program “Pertisun”, “pejabat Tidur didusun” adalah program kreasi ditengah “kemacetan” dan sumbatan informasi yang diterima pemimpin.

 

Sikap “enggan” masyarakat yang susah melaporkan keadaan sebenarnya, jalur birokrasi yang panjang, jauhnya desa dengan kantor pemerintahan menyebabkan informasi sering terputus. Sehingga “kebutuhan” dari program pembangunan dusun yang didatangi kurang tergali maksimal.

 

Sehingga dengan menempatkan “Pejabat” langsung tidur didusun, diharapkan persoalan sebenarnya dapat tergali. Selain dapat melihat keadaan sebenarnya, “putusan” dari lapangan lebih dibutuhkan daripada dokumen-dokumen yang tebal.

 

Cerita dan tutur dari dusun, tidak perlu direkayasa. Suara “bening” dari masyarakat dapat diserap secara langsung.

 

Pejabat dapat memutuskan program-program yang menjadi prioritas yang dibutuhkan rakyat yang didatangi.

 

Dengan menempatkan “pejabat tidur didusun” program-program pembangunan langsung tepat sasaran, memprioritaskan kebutuhan dari program yang dibutuhkan masyarakat. Sekaligus juga dapat menjawab berbagai persoalan yang sebenarnya dari masyarakat.


Pencarian terkait : Musri nauli, opini musri nauli, jambi dalam hukum, hukum adat jambi, jambi, 


Opini Musri Nauli dapat dilihat : www.musri-nauli.blogspot.com