Ketika saya mengundang diskusi
konflik awal tahun 2013 yang lalu, saya tidak membayangkan “seorang kadis
Kehutanan” akan hadir di Kantor Walhi. Walaupun secara administrasi, undangna
ditujukan kepada Kepala Dinas Kehutanan, namun belum pernah “selevel” Kadishut
akan hadir di Kantor Walhi.
Maka saya “tenang-tenang” saja
menonton televise sambal baring-baring di ruangan belakang. Dan ketika
dikabarkan “akan dihadiri langsung oleh Kepala Dinas” Kehutanan, jantung saya “serasa
copot”. Langsung “terbang” dari bangun dan menyambut kedatangan Kadis yang
duduk di ruangan tengah 30 menit sebelum acara dimulai.
“Merasa kikuk” kedatangan Kadis
membuat saya “merasa dihormati” undangan. Sembari menunggu teman-teman undangan
yang lain hadir, saya memulai diskusi panjang tentang problema kehutanan di
Jambi.
Dengan “background” sarjana
pertambangan, dunia kehutanan merupakan “dunia baru” dan jauh dari ilmu yang
dimiliki. Saya kemudian berkesempatan menyampaikan berbagai tantangan dan
pandangan Pemerintah Provinsi Jambi memandang kehutanan.
Dalam kesempatan pertama bertemu
setelah menjadi Kadis Kehutanan, “Sebagai orang lapangan” maka komitmen dari
Pemerintah Propinsi Jambi menjadi bekal dan pandangan saya tentang Jambi. Dan
komitmen pertama berhasil saya temukan. “Tidak memberikan izin kepada
perusahaan”. Sebuah komitmen yang tetap dijaga hingga akhir periodenya.
Saya kemudian menyambut komitmen
dan menjadi pegangan saya dan tetap berkomunikasi terus menerus. Secara
berseloroh saya kemudian menyampaikan. “Tugas saya cuma memastikan hutan
tersisa. Tugas negara yang kemudian memperbaiki hutan yang rusak”. Sebuah
perumpaan yang unik didalam menjaga relasi hubungan jaringan yang telah
terbangun.
Dari tahun 2013, Jambi yang
menjadi bagian dari program Korsup KPK didalam menata kawasan hutan kemudian
bersama-sama dengan Kadishut menjalani tahap-tahap untuk menata kehutanan. 4
tahun bersama-sama dengan jaringan memperbaiki kehutanan membuat saya kemudian
terus menerus berinteraksi.
Sehingga tidak salah kemudian “tertib”
Jambi didalam korsup SDA membuat Irmansyah kemudian “menjadi sorotan” di
tingkat nasional. Belum lagi model “komunikasi” yang fleksibel dengan berbagai
pihak membuat di masa kepemimpinan Irmansyah berbagai konflik di sector kehutanan
mengalami kemajuan. Berbagai pihak yang selama ini terlibat didalam konflik di sector
kehutanan kemudian “duduk” dan kemudian berbagai resolusi konflik berhasil
diselesaikan.
Sehingga tidak salah kemudian
nasional kemudian menghargai dengan menempatkan sebagai Direktur Konflik dan
Hutan Adat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebuah prestasi karir
dan penghormatan putra Jambi ditengah krisis “orang Jambi” di pentas nasional.
Selamat Kando. Semoga tetap Amanah.
Selamat Kando. Semoga tetap Amanah.