28 Desember 2017

opini musri nauli : Kanda Irmansyah yang kukenal


Ketika saya mengundang diskusi konflik awal tahun 2013 yang lalu, saya tidak membayangkan “seorang kadis Kehutanan” akan hadir di Kantor Walhi. Walaupun secara administrasi, undangna ditujukan kepada Kepala Dinas Kehutanan, namun belum pernah “selevel” Kadishut akan hadir di Kantor Walhi.
Maka saya “tenang-tenang” saja menonton televise sambal baring-baring di ruangan belakang. Dan ketika dikabarkan “akan dihadiri langsung oleh Kepala Dinas” Kehutanan, jantung saya “serasa copot”. Langsung “terbang” dari bangun dan menyambut kedatangan Kadis yang duduk di ruangan tengah 30 menit sebelum acara dimulai.

“Merasa kikuk” kedatangan Kadis membuat saya “merasa dihormati” undangan. Sembari menunggu teman-teman undangan yang lain hadir, saya memulai diskusi panjang tentang problema kehutanan di Jambi.

Dengan “background” sarjana pertambangan, dunia kehutanan merupakan “dunia baru” dan jauh dari ilmu yang dimiliki. Saya kemudian berkesempatan menyampaikan berbagai tantangan dan pandangan Pemerintah Provinsi Jambi memandang kehutanan.

Dalam kesempatan pertama bertemu setelah menjadi Kadis Kehutanan, “Sebagai orang lapangan” maka komitmen dari Pemerintah Propinsi Jambi menjadi bekal dan pandangan saya tentang Jambi. Dan komitmen pertama berhasil saya temukan. “Tidak memberikan izin kepada perusahaan”. Sebuah komitmen yang tetap dijaga hingga akhir periodenya.

Saya kemudian menyambut komitmen dan menjadi pegangan saya dan tetap berkomunikasi terus menerus. Secara berseloroh saya kemudian menyampaikan. “Tugas saya cuma memastikan hutan tersisa. Tugas negara yang kemudian memperbaiki hutan yang rusak”. Sebuah perumpaan yang unik didalam menjaga relasi hubungan jaringan yang telah terbangun.

Dari tahun 2013, Jambi yang menjadi bagian dari program Korsup KPK didalam menata kawasan hutan kemudian bersama-sama dengan Kadishut menjalani tahap-tahap untuk menata kehutanan. 4 tahun bersama-sama dengan jaringan memperbaiki kehutanan membuat saya kemudian terus menerus berinteraksi.

Sehingga tidak salah kemudian “tertib” Jambi didalam korsup SDA membuat Irmansyah kemudian “menjadi sorotan” di tingkat nasional. Belum lagi model “komunikasi” yang fleksibel dengan berbagai pihak membuat di masa kepemimpinan Irmansyah berbagai konflik di sector kehutanan mengalami kemajuan. Berbagai pihak yang selama ini terlibat didalam konflik di sector kehutanan kemudian “duduk” dan kemudian berbagai resolusi konflik berhasil diselesaikan.

Sehingga tidak salah kemudian nasional kemudian menghargai dengan menempatkan sebagai Direktur Konflik dan Hutan Adat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebuah prestasi karir dan penghormatan putra Jambi ditengah krisis “orang Jambi” di pentas nasional.

Selamat Kando. Semoga tetap Amanah.