03 Juli 2013

opini musri nauli : Atas nama Hukum Bertindak represif




Mungkin atau barangkali “lupa” anggota parlemen terhadap kejahatan yang dilakukan oleh penguasa orde baru. Atau mungkin mereka mungkin “tidak mengalami” bagaimana “diperlakukan” keterlaluan oleh penguasa.

Atas nama “hukum” dengan melahirkan UU yang bersifat represif, Anggota parlemen melahirkan UU ormas. Atas nama “peraturan” mereka menjadi alat penguasa untuk “mengawasi” rakyat yang bersifat kritis. Mereka mengawasi dan menganggap “rakyat” yang perlu diatur.

24 Juni 2013

opini musri nauli : Menghukum Pembakar lahan dimuka persidangan


Beberapa waktu yang lalu, Indonesia dipermalukan dengan ditegur oleh Pemerintahan Singapura dan Pemerintahan Malaysia karena mengeskpor “asap”. Seakan-akan tidak mau dipermalukan, Indonesia membalas dengan mengatakan “Singapura dan Malaysia” jangan seperti “anak kecil”. Bahkan dengan keras, Pemerintahan Indonesia balik menantang, yang menyebabkan kebakaran merupakan perusahaan yang berasal dari Singapura dan Malaysia.

21 Juni 2013

Walhi: Kebakaran Hutan Modus Investasi `Berasap`





Walhi: Kebakaran Hutan Modus Investasi `Berasap`


oleh Nurseffi Dwi Wahyuni
Posted: 21/06/2013 15:04

(Antara/Fachrozi Amri)
Liputan6.com, Jakarta : Kebakaran lahan harus dicegah. Apalagi disinyalir merupakan modus investasi 'berasap'.

300 Titik Api Riau dari Hutan Tanaman Industri


TEMPO.COJakarta -Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyatakan, sekitar 300 titik api yang terjadi di Riau berasal dari wilayah konsesi Hutan Tanaman Industri dan perkebunan yang dikuasai industri. "Ini menunjukkan perusahaan pemegang hak pengelolaan wilayah hutan dan perkebunan masih jauh dari sikap bertanggung jawab," kata aktivis WALHI Zenzi Suhadi dalam rilis yang diterima TEMPO pada Jumat, 21 Juni 2013.

14 Juni 2013

opini musri nauli : MEMAHAMI (Terbalik) KALIMAT SBY



Beberapa waktu yang lalu, Presiden Indonesia mendatangi kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace, lembaga swadaya masyarakat internasional yang bergerak di bidang lingkungan hidup yang saat ini sedang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal tersebut mengakhiri masa kampanyenya di Jakarta setelah mengelilingi perairan Indonesia.

13 Juni 2013

opini musri nauli : MEMBACA POLITIK YANG (tidak) MEMBINGUNGKAN



Hiruk pikuk kenaikan BBM sudah masuk pilihan yang membingungkan. Menolak kenaikan BBM bisa saja ditafsirkan “ikut gerbong” politik Partai oposisi yang menolak BBM. Menyetujui kenaikan BBM dapat saja ditafsirkan “gerbong” partai koalisi Setgab.

opini musri nauli : TAUFIK KEMAS DAN PANCASILA


Seakan-akan belum lepas “penasaran” kita terhadap meninggalnya Taufik Kemas, Ketua MPR-RI akhir pekan yang lalu. Penasaran bukan disebabkan penyebab meninggalnya. Tapi “penasaran” disebabkan, mengapa begitu “agungnya” penghormatan kepada Taufik Kemas. Apakah karena “semata-mata” Ketua MPR-RI, sebagai lembaga yang paling tinggi (dahulu kita mengenal sebagai lembaga tertinggi negara. Namun dengan amandemen UUD 1945, kita kemudian mengenal sebagai lembaga tinggi negara).


Tidak. Tidak sesederhana begitu. Pasti ada pekerjaan besar yang ditinggalkan sehingga kita meyakini, peristiwa “pengantaran” terakhir terhadap Taufik Kemas merupakan sebuah prestasi besar.

06 Juni 2013

ATRIBUT DAN PEMILU

Tiba-tiba dada ini seakan-akan sesak. Spanduk dan baliho bertebatan sepanjang perjalanan. Dimulai dengan tangan terkatup didada hingga tangan terkepal ke atas.


Ya. Kita menjelang memasuki Pemilu 2014. Apabila tidak ada aral melantang, Pemilu dilaksanakan
Pemilu legislatif dilaksanakan 9 April 2014 kemudian diteruskan Pemilu Presiden/Wakil Presiden.

04 Juni 2013

opini musri nauli : MK dan hutan adat


Putusan MK terhadap permohonan pembatalan kata-kata “negara” dalam definisi hutan adat menarik perhatian publik.

Sebagaimana kita ketahui berdasarkan Putusan MK Nomor Nomor 35/PUU-X/2012 telah menyatakan “kata negara dalam dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

opini musri nauli : Mendengarkan kesaksian para penyelamat hutan


Perjalanan ke Margo Sungai Tenang “seakan-akan” memenuhi rindu akan suara burung, rindu sejuknya Desa, gemercik suara air sungai ataupun dentangan nada-nada bijak memandang alam.