23 Maret 2017

opini musri nauli : BU PATMI – MELAWAN DENGAN DIAM


Bu Patmi. Namanya pendek. Tanpa dialek. Tenang, teduh, tanpa suara. Berdiam di depan istana. Semua mengharu-biru ketika sendok semen pertama kali kemudian dituangkan kedalam kotak yang berisi kaki. Air mata kemudian tidak sadar menetes. Dari kejauhan, rasa sesak tidak dapat disembunyikan.


Ya. Bu Patmi adalah barisan 9 orang perempuan kendeng. Melawan tanpa suara. Bersenandung. Tapi tetap kukuh bertahan. Mengajarkan arti perlawanan. Melawan berbagai kekuatan Negara yang mengepungnya.

opini musri nauli : Guru dan Guru Besar



“Nauli. Buat tulisan 70 tahun usia Prof. Rozali”. Demikian kabar dari seberang telephone. Permintaan itu kemudian saya penuhi.

Itulah kenangan yang berkesan ketika Guru saya meminta (lebih tepat menyuruh) membuat opini tentang Prof. Rozali. Tulisan ini kemudian dimasukkan kedalam Bunga rampai Prof. Rozali Abdullah”. Guru besar sekaligus penguji utama saya ketika ujian skripsi 21 tahun yang lalu.

20 Maret 2017

opini musri nauli : Pandangan Hukum Tentang Perda No. 2 Tahun 2016


Kebakaran tahun 2015 memasuki tahun kelam[1]. Selama tiga bulan ditutupi asap. Hingga Oktober 2015, berdasarkan citra satelit, WALHI mencatat terdapat sebaran kebakaran 52.985 hektar di Sumatera dan 138.008 di Kalimantan. Total 191.993 hektar. Indeks mutu lingkungan hidup kemudian tinggal 27%[2]. Instrumen untuk mengukur mutu lingkungan Hidup dilihat dari “daya dukung” dan “daya tampung”, Instrumen Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, penggunaan “scientific” dan pengetahuan local masyarakat memandang lingkungan hidup.

19 Maret 2017

opini musri nauli : Cerita sang Burung


"Wahai, sang kura-kura.. Aku mohon maaf kepadamu.. Beberapa pagi tidak sempat menemuimu. Perjalananku yang jauh tidak sempat pulang ke sarangku" Pinta sang burung.. 

18 Maret 2017

opini musri nauli : Hujan di Pagi Hari

"Wahai, sang burung.. Daku minta maaf kepadamu.. Beberapa pagi tidak sempat menemuimu.. Hujan mengguyur pohon tempat sarangku.


Aku tidak bisa keluar sarang.. Belum lagi dingin menerpa.. Tapi percayalah, engkau kura-kura.. Aku selalu ingat akan janjiku.. Namun kuasaku yang tidak bisa dan menghalangiku keluar dari sarang" cerita sang burung.. 

opini musri nauli : BAHASA ORANG



Dalam pergumulan dan berinteraksi dengan berbagai kalangan, saya kemudian menemukan relasi dan interaksi antara berbagai pihak didalam merumuskan suatu tema. Saya kemudian memberikan istilah “Bahasa orang” sebagai perwujudan menjelaskan gagasan kepada orang lain.

17 Maret 2017

opini musri nauli : KENDENG DAN IBU BUMI




Mendapatkan kabar suara kendeng bersuara kembali menyentak nurani saya. Entah dengan kalimat apa yang pas menggambarkan rasa emosi yang teraduk-aduk.

Kendeng yang kemudian disimbolkan 9 perempuan Kendeng mempertanyakan hukum yang kemudian “dipelintir” cuma persoalan AMDAL, KLHS ataupun izin lingkungan yang cuma “segelintir” orang dibuat pusing. 9 perempuan kemudian “mempertanyakan” orang disana tentang makna “Ibu pertiwi’.

15 Maret 2017

opini musri nauli : Cerita Kura-kura di Pagi Hari

"Wahai, sang burung. Maukah engkau mendengarkan ceritaku ? Sambut sang kura-kura sedih.. 


"Ada apa, kura-kura.. Senang sekali aku mau mendengarkan ceritamu.. Tapi mengapa engkau bersedih ? Tanya sang burung sambil hinggap di ranting dekat kura-kura mulai bercerita.. 

14 Maret 2017

opini musri nauli : Cerita Pagi Sang Burung

 

Belum sempat sang burung hinggap di ranting kecil, tempat bersandar setiap pagi, berteriaklah sang kura-kura.. 


"Wahai, sang burung.. Lanjutkan cerita tentang air sungai yang engau ceritakan kemarin pagi", Ujar sang Kura-kura penasaran.. 

13 Maret 2017

opini musri nauli : BENCANA ALAM DAN PERADABAN




Sewaktu ke kota Mataram tahun 2015, saya kemudian tercengang mendengarkan cerita tentang Gunung Tambora. Gunung Tambora memuntahkan setengah bagian tubuhnya. Dari ketinggian Tambora sebelum meletus 4300 mdpl tinggal dan menjadi ketinggian 2815 mpdl.

Meletusnya Tambora cuma dikisahkan dari catatan laporan kesaksian saat letusan Gunung Tambora terjadi, yang disarikan dari ”Transactions of the Batavian Society” Vol VIII, 1816, dan dan ”The Asiatic Journal” Vol II, Desember 1816. Atau catatan dari Heinrich Zollinger[1], Peneliti Pertama Penyingkap Gunung Tambora 1847.