Mendapatkan
kabar suara kendeng bersuara kembali menyentak nurani saya. Entah dengan
kalimat apa yang pas menggambarkan rasa emosi yang teraduk-aduk.
Kendeng
yang kemudian disimbolkan 9 perempuan Kendeng mempertanyakan hukum yang
kemudian “dipelintir” cuma persoalan AMDAL, KLHS ataupun izin lingkungan yang
cuma “segelintir” orang dibuat pusing. 9 perempuan kemudian “mempertanyakan”
orang disana tentang makna “Ibu pertiwi’.
Simbol
ibu pertiwi lebih banyak menjadi slogan untuk menggerakkan cinta tanah air.
Dalam setiap pelatihan kepemimpinan, bela Negara ataupun pelatihan kemiliteran,
ibu pertiwi kemudian memanggil “putra-putra terbaik” untuk menjaga tanah air
dari serangan musuh yang ingin menghancurkan Indonesia.
Ibu
pertiwi kemudian menjadi mantra ampuh menggelorakan semangat bela Negara.
Posisi makna “ibu pertiwi” kemudian disejajarkan dengan makna “jihad” dalam terminology
agama Islam. Ibu pertiwi merupakan rasa cinta tanah air dengan penghormatan
terhadap tanah pertiwi.
Namun
9 perempuan Kendeng kemudian memberikan makna lebih dalam. Menjaga “air”
sebagai sumber kehidupan, menjaga tanah untuk anak cucu, penghormatan terhadap
leluhur kemudian membuyarkan makna “cinta tanah” semata. Atau cinta kepada
negeri dari serangan musuh terhadap kesatuan Indonesia.
9
Perempuan Kendeng kemudian memaknai sebagai ajaran leluhur dan pengabdian
kepada Tuhan. Sebagai makhluk “yang diberi akal, 9 Perempuan kemudian
memberikan arti.
9
Perempuan Kendeng kemudian “membuyarkan” bacaan saya tentang Indonesia.
Salam
hormat.