29 Juni 2018

opini musri nauli : Penamaan Dusun


Penamaan Dusun tidak dapat dilepaskan dari penamaan yang berada di sekitar masyarakat. Seperti Sungai, Pulau, Lubuk, Renah, Muara, Teluk, Rantau, Danau dan Tanjung

Di Marga Sumay dikenal “anak Batang Sumay” seperti Sungai Rambutan, Sungai Karang[1] atau Sungai Menggatal di Simarantihan Talang Mamak[2]

23 Juni 2018

opini musri nauli : MUDIK DAN PELAYANAN UMUM


(Catatan Mudik 2)

Mudik tidak dapat dipisahkan dari pelayanan umum. Entah sebagai relawan yang bersedia membagikan waktunya untuk menjaga tempat-tempat rest area, posko pengamanan, posko mudik, tempat-tempat public. Mereka menyediakan pelayanan seperti mengatur lalulintas, tenaga kesehatan, sarana pendukung seperti ambulan, fasilitas kesehatan, tempat air minum, fasilitas tidur dan berbagai sarana pendukung lainnya.

Mereka terdiri dari kepolisian, Korem/kodim/koramil, tenaga kesehatan dan relawan seperti RRI, kelompok hoby. Mereka membangun posko-posko di sepanjang jalur mudik. Menyiapkan tenda yang dapat digunakan para musafir untuk rehat dan ngaso sejenak. Mereka rela bertugas untuk mengamankan jalur mudik sehingga musafir dapat tenang melalui jalur dengan tenang.

22 Juni 2018

opini musri nauli : MUDIK DAN KEBERSIHAN


(Catatan Mudik)


Mudik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan alam pikir masyarakat Indonesia. Mudik adalah hajatan yang paling besar yang membuat semua lini kehidupan menjadi begitu berarti, repot dan memerlukan perencanaan yang matang.

16 Juni 2018

opini musri nauli : Deklarasi Bukit Sitinjau Laut



Ikrar Bukit Sitinjau Laut adalah bertemunya Kerajaan Tanah Pilih, Kerajaan Pagaruyung dan Kerajaan Indrapura untuk meletakkan hukum adat sebagai pedoman kehidupan masyarakat. Muchtar Agus  Cholif[1] dan Eson[2].  menjelaskan wilayah ini

13 Juni 2018

opini musri nauli : PUASA – IBADAH ATAU RITUAL


Diibaratkan pertandingan marathon, menjelang akhir Ramadhan dan memasuki suasana mudik, maka dipastikan Puasa akan berakhir. Dan suasana Mudik dan menyambut Idul Fitri semakin terasa.

21 Mei 2018

opini musri nauli : RANGKILING, DAERAH ANGKER DI JAMBI





JAMBI-Bagi orang Jambi pasti sudah tak asing lagi dengan nama Rangkiling, sebuah daerah di Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Daerah Angker. Itulah sebutan bagi daerah Rangkiling ini. Warga yang akan melewati tempat ini, mereka akan mempersiapkan rencana dengan matang agar dapat menghindari daerah tersebut saat matahari terbenam. Rangkiling memang salah satu tempat yang kalau bisa paling dihindari, terutama saat malam tiba karena daerah tersebut rawan perampokan bahkan kadang sampai terjadi pembunuhan jika si korban melawan.

Insiden dirusaknya sebuah mobil patroli polisi di hari ketiga Idul Fitri Minggu 17 Juni 2018 lalu, menjadi bukti bagaimana daerah tersebut begitu angker. Kendaraan patroli milik Polsek Mandiangin yang tengah melintas, dirusak dan digulingkan massa ke jalan. Satu anggota Polsek Mandiangin juga terluka dalam insiden tersebut.

Amuk massa Warga Desa Rangkiling ini buntut pasca polisi menembak mati seorang daftar pencarian orang (DPO) kasus begal, Diwun (30). Diwun merupakan tersangka dalam kasus 368 KUHP tentang tindak pidana pemerasan. Diwun merupakan terlapor kasus penganiayaan terhadap pegawai PT Global Batu Bara.  Diwun sudah masuk dalam DPO Polda Jambi.

Berbekal laporan tersebut, polisi melakukan pencarian terhadap Diwun. Polisi berhasil melacak keberadaan Diwun yang hendak pergi memancing dengan mengendarai sepeda motor. Malam kejadian, Polisi yang hendak mengamankan Diwun, mendapat perlawanan keras. Setelah dilumpuhkan Diwun sempat dibawa ke Puskesmas Madiangin. Namun, nyawa Diwun tidak bisa diselamatkan. Diwun tewas dengan beberapa luka tembakan di tubuhnya.

Foto-foto Diwun yang dalam kondisi tertembak dan dirawat di Puskesmas dengan cepat menyebar lewat media sosial seperti Facebook dan IG. Kemudian, kabar kematian Diwun juga memicu massa warga Rangkiling keluar rumah. Warga Desa Rangkiling merasa tidak terima tindakan anggota Kepolisian Sektor (Polsek) Mandiangin yang menembak mati Diwun.

Tidak lama kemudian, satu unit mobil patroli Polsek Mandiangin yang saat itu kebetulan melintas, dalam waktu seketika, warga yang berkumpul di TKP langsung menyerang mobil patroli tersebut. Warga juga menghajar anggota polisi yang berada di dalam mobil tersebut. Akibat amukan warga, mobil patroli jenis sedan milik Polsek Mandiangin ini rusak dan satu orang polisi terluka di bagian kepala.

Pascakejadian ini, Kapolda Jambi Brigjen Pol Muchlis AS langsung mencopot Kapolsek Mandiangin Iptu Jalalludin dari jabatannya. Kapolda juga langsung ke rumah korban Diwun didampingi Kapolres Sarolangun AKBP Dadan Wira Laksana, Senin (18/6/2018). Kapolda mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Diwun.

Menurut Muchlis, penembakan yang dilakukan anggotanya saat akan menangkap Diwun karena Diwun memiliki senjata api dan melakukan perlawanan pada polisi. Namun, melihat respons warga yang mengamuk akibat penembakan tersebut, Muchlis menyatakan akan mengikuti hukum adat yang berlaku di daerah setempat.

Tindakan tegas itu diambil Kapolda Jambi, setelah melakukan mediasi di Polsek Mandiangin, yang turut dihadiri langsung Bupati Sarolangun, Cek Endra serta tokoh adat Desa Rangkiling Simpang.
Dalam mediasi tersebut Kapolda siap mengikuti aturan adat yang disepakati oleh tokoh adat Desa Rangkiling.

“Dalam konteks penegakan hukum, maka tetap harus dilakukan. Tapi, sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika tata krama yang ada di sini, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, maka kami mengikuti hukum adat yang berlaku di sini, apakah nanti dilakukan pesta adat, kami akan mengikuti. Namun, proses hukum tetap berjalan,” ujar Kapolda.

15 Mei 2018

opini musri nauli : KISAH TELUR MATA SAPI



Kisah tentang dimulainya Ramadhan dan Idul Fitri banyak meninggalkan kisah. Berbagai kisah mewarnai diskusi, tema bahkan berbagai peristiwa untuk menambah keyakinan beribadah.

Tahun 2007 saya ke Padang. Kampung mertua. Di Sumatera Barat yang terkenal sebagai pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal Idul Fitri pada hari Jumat.

13 Mei 2018

opini musri nauli : INDONESIA DARURAT TERORISME



Peristiwa di Mako Brimob dan dilanjutkan dengan peristiwa 3 lokasi berbeda di Surabaya menghentakkan dada. Daya gelegarnya tidak semata-mata terjadi di lokasi. Namun menggetarkan nurani kemanusiaan dan mengganggu nalar manusia.

12 Mei 2018

opini musri nauli : Literasi dan Simbol Makna



Akhir-akhir ini kosakata di Indonesia “disibukkan” dengan istilah seperti “khilafah”, “Thougut”, “antek-antek asing”, “kalajengking” dan sebagainya.

Pesan yang ditangkap kemudian menjadi bergeser. Sering memenggal kalimat yang diterima, memotong makna sebenarnya dan tentu saja dibumbuhi nada-nada provokasi yang justru jauh dari makna esensi yang sebenarnya.

Kemampuan untuk menyerap informasi menjadi “Cetek”, “picik”, “memutar balik logika”, bahkan terkesan tendesius.

11 Mei 2018

opini musri nauli : GAGASAN, KOMITMEN DAN KESETIAAN


Akhir-akhir ini kata-kata “komitmen” dan “kesetiaan” pada gagasan mulai menemukan formulanya. Waktu kemudian menguji “siapakah” yang setia dengan gagasan. Dan siapa yang rela menyepi untuk menjaga gagasannya.

Kisah bermula pada awal-awal reformasi ketika para penggagas berteriak “hentikan” kekerasan didalam menyelesaikan persoalan. “Tentara harus professional. Tidak boleh cawe-cawe politik praktis. “Jangan korupsi”. Perempuan harus dihargai. Kesemuanya sang penggagas kemudian malah terjebak dengan slogan yang mereka usung sendiri.