22 Juni 2018

opini musri nauli : MUDIK DAN KEBERSIHAN


(Catatan Mudik)


Mudik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan alam pikir masyarakat Indonesia. Mudik adalah hajatan yang paling besar yang membuat semua lini kehidupan menjadi begitu berarti, repot dan memerlukan perencanaan yang matang.
Mudik adalah sebuah proses “perpindahan penduduk dalam suatu waktu” dari Kota ke daerah kecil atau kampong. Mudik adalah proses transfer, cerita yang telah dijalani selama setahun.

Mudik adalah proses pelibatan keluarga tidak dapat dihindari. Baik menggunakan pesawat terbang, kereta api, kapal maupun menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi.

Dalam perjalanan mudik, tidak dapat dipungkiri area-area public menjadi tempat persinggahan sementara. Baik mengisi kendaraan di SPBU maupun area-area public lainnya seperti Mesjid, rumah makan, sekedar untuk singgah, ngaso, sholat ataupun “terjebak” dengan kemacetan sehingga menjadi tempat istirahat.

Sebagai tempat area public, tidak dapat dihindari berbagai interaksi, pelayanan umum menjadi sorotan. Tempat-tempat Mesjid yang digunakan sebagai tempat sholat seringkali abai diperhatikan para pengelola Mesjid (Takmir).

Di sepanjang Jambi – Padang, Mesjid-mesjid kurang dibuka setelah sholat lima waktu. Entah malam hari yang kemudian dikunci ataupun kurang menerima para pejalan (musafir) yang hendak singgah. Walaupun ada beberapa masjid yang bersedia menerima musafir yang hendak singgah, namun rentang jarak dan waktu antara satu masjid dengan masjid lain membuat tempat-tempat yang dituju harus memerlukan perencanaan matang. Masjid-masjid yang terletak di daerah ramai biasanya bersedia menerima para musafir.

Berbanding terbalik dengan masjid di sepanjang perjalanan dari Muara Bungo menuju Sumatera Barat. Hampir sepanjang perjalanan (baik karena jarak yang dekat antara satu masjid dengan masjid lain), masjid-masjid selalu terbuka. Terutama masjid-masjid di keramaian.

Dengan terbukanya masjid menerima musafir menyebabkan masjid-masjid  kemudian mengalami kemajuan. Hampir setiap tahun, ada perubahan yang nyata. Baik semakin modernnya masjid yang ditandai dengan penambahahan fasilitas maupun semakin banyaknya fasilitas kamar mandi, WC maupun tempat wudhu.

Tidak salah kemudian, kedatangan musafir mengakibatkan masjid menjadi makmur (ramai).

Namun disisi lain, kedatangan para musafir kemudian juga meninggalkan masalah yang klasik. Entah mobil yang datang kemudian menyebabkan para musafir membuang sampah sembarangan, mengotori masjid dengan membuang sampah disembarang tempat, tissue berceceran, plastic yang tidak dibuang ke tempatnya hingga meninggalkan kesan kotor, kumuh setelah ditinggalkan mobil para musafir.

Padahal dengan dibukanya masjid maka kemudian para musafir dapat beristirahat, sholat bahkan mandi untuk menyegarkan diri sebelum menjelang malam untuk istirahat. Bahkan tempat-tempat yang disediakan merupakan sebuah “oase” ditengah pengapnya terik matahari, macetnya jalur yang ditempuh dan panjangnya jalur.

Saya kemudian berfikir. Mengapa para musafir yang menggunakan kendaraan pribadi (yang berasal dari kelas menengah) mempunyai kebiasan buruk yang meninggalkan kesan yang menyedihkan. Para pengurus masjid ataupun pengelola SPBU pasti harus mengeluarkan tenaga ekstra ataupun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membersihkan lahan parkir yang telah disinggahi para musafir.  Kesan ini saya rasakan dari tahun ke tahun. Dan tentu saja saya tidak bisa membayangkan perasaaan para takmir ataupun pengelola SPBU yang sering kali dongkol melihat para ulah musafir.

“Kok sewot. Yang penting saya bayar dan ada yang membersihkan’.

Saya sewot karena harus menjelaskan kepada para putra saya yang terkecil yang selalu bertanya. “Ayah. Orang besar kok membuang sembarangan” ketika melihat para musafir dengan enteng membuang sampah dari mobil ke lahan parker di Masjid dan SPBU.

Apakah kebiasaan kecil yang sederhana tidak mampu lagi diterapkan oleh para kelas menengah. Atau memang generasi saya kemudian menjadi generasi yang jorok. Generasi yang sulit mewariskan tradisi yang baik kepada generasi selanjutnya ?