JAMBI-Bagi orang Jambi pasti sudah tak asing lagi dengan nama Rangkiling, sebuah daerah di Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Daerah Angker. Itulah sebutan bagi daerah Rangkiling ini. Warga yang akan melewati tempat ini, mereka akan mempersiapkan rencana dengan matang agar dapat menghindari daerah tersebut saat matahari terbenam. Rangkiling memang salah satu tempat yang kalau bisa paling dihindari, terutama saat malam tiba karena daerah tersebut rawan perampokan bahkan kadang sampai terjadi pembunuhan jika si korban melawan.
Insiden dirusaknya sebuah mobil patroli polisi di hari ketiga Idul Fitri Minggu 17 Juni 2018 lalu, menjadi bukti bagaimana daerah tersebut begitu angker. Kendaraan patroli milik Polsek Mandiangin yang tengah melintas, dirusak dan digulingkan massa ke jalan. Satu anggota Polsek Mandiangin juga terluka dalam insiden tersebut.
Amuk massa Warga Desa Rangkiling ini buntut pasca polisi menembak mati seorang daftar pencarian orang (DPO) kasus begal, Diwun (30). Diwun merupakan tersangka dalam kasus 368 KUHP tentang tindak pidana pemerasan. Diwun merupakan terlapor kasus penganiayaan terhadap pegawai PT Global Batu Bara. Diwun sudah masuk dalam DPO Polda Jambi.
Berbekal laporan tersebut, polisi melakukan pencarian terhadap Diwun. Polisi berhasil melacak keberadaan Diwun yang hendak pergi memancing dengan mengendarai sepeda motor. Malam kejadian, Polisi yang hendak mengamankan Diwun, mendapat perlawanan keras. Setelah dilumpuhkan Diwun sempat dibawa ke Puskesmas Madiangin. Namun, nyawa Diwun tidak bisa diselamatkan. Diwun tewas dengan beberapa luka tembakan di tubuhnya.
Foto-foto Diwun yang dalam kondisi tertembak dan dirawat di Puskesmas dengan cepat menyebar lewat media sosial seperti Facebook dan IG. Kemudian, kabar kematian Diwun juga memicu massa warga Rangkiling keluar rumah. Warga Desa Rangkiling merasa tidak terima tindakan anggota Kepolisian Sektor (Polsek) Mandiangin yang menembak mati Diwun.
Tidak lama kemudian, satu unit mobil patroli Polsek Mandiangin yang saat itu kebetulan melintas, dalam waktu seketika, warga yang berkumpul di TKP langsung menyerang mobil patroli tersebut. Warga juga menghajar anggota polisi yang berada di dalam mobil tersebut. Akibat amukan warga, mobil patroli jenis sedan milik Polsek Mandiangin ini rusak dan satu orang polisi terluka di bagian kepala.
Pascakejadian ini, Kapolda Jambi Brigjen Pol Muchlis AS langsung mencopot Kapolsek Mandiangin Iptu Jalalludin dari jabatannya. Kapolda juga langsung ke rumah korban Diwun didampingi Kapolres Sarolangun AKBP Dadan Wira Laksana, Senin (18/6/2018). Kapolda mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Diwun.
Menurut Muchlis, penembakan yang dilakukan anggotanya saat akan menangkap Diwun karena Diwun memiliki senjata api dan melakukan perlawanan pada polisi. Namun, melihat respons warga yang mengamuk akibat penembakan tersebut, Muchlis menyatakan akan mengikuti hukum adat yang berlaku di daerah setempat.
Tindakan tegas itu diambil Kapolda Jambi, setelah melakukan mediasi di Polsek Mandiangin, yang turut dihadiri langsung Bupati Sarolangun, Cek Endra serta tokoh adat Desa Rangkiling Simpang.
Dalam mediasi tersebut Kapolda siap mengikuti aturan adat yang disepakati oleh tokoh adat Desa Rangkiling.
“Dalam konteks penegakan hukum, maka tetap harus dilakukan. Tapi, sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika tata krama yang ada di sini, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, maka kami mengikuti hukum adat yang berlaku di sini, apakah nanti dilakukan pesta adat, kami akan mengikuti. Namun, proses hukum tetap berjalan,” ujar Kapolda.
Untuk personel polisi yang melakukan penembakan, sudah menjalani pemeriksaan di Propam Polda Jambi, Senin (19/6/2018).
“Hari ini juga, kapolsek sudah saya ganti. Kapolsek beserta salah satu anggota yang sekarang sedang diperiksa, hari ini saya bawa ke Polda Jambi untuk dilangsungkan pemeriksaan dan diberikan sanksi hukum sesuai ketentuan yang berlaku,”tegas Kapolda.
Kodim 0420-Sarko ikut mengirimkan 1 SST (Satuan Setingkat Peleton), hal ini untuk membantu Polres Sarolangun dan turun langsung ke Desa Rengkiling.
Sementara itu, Bupati Cek endra berjanji membantu keluarga korban dalam proses perdamaian dengan pihak kepolisian.
“Terima Kasih kepada Kapolda yang telah mengambil tindakan tegas dalam kasus ini,” kata Cek Endra.
Setelah melakukan mediasi di Polsek Mandiangin, Cek Endra beserta Kapolda mengunjungi rumah korban. Bupati Cek Endra juga memberikan bantuan kepada keluarga korban.
Angkernya Desa Rangkiling memang menjadi buah bibir, terutama dalam hal tindak kejahatan. Catatan kelam aksi kekerasan dan kriminal di desa Rangkiling ini cukup panjang. Sejumlah sopir dan pengguna jalan (terutama sopir bus dan travel Kerinci) sudah pernah menjadi korban penodongan dan pemerasan. Bahkan ada polisi menjadi korban, ditikam oleh pelaku. Tak cukup sampai disitu, pos polisi di Desa Rangkiling juga sudah pernah menjadi arang karena dibakar massa.
Warga membakar Pos Polisi Rangkiling, Salorangun, Jambi, Sabtu (6/6) tahun 2009 silam. Penjaga pos yang hanya beberapa orang kabur menyelamatkan diri. Sepeda motor yang diduga milik polisi juga hangus terbakar. Aksi ini dilakukan menyusul tewasnya seorang warga setelah ditangkap polisi karena mencuri.
Desa Rangkiling hampir tak pernah aman. Berbagai tindak kriminalitas terus terjadi daerah ini. Setahun yang lalu misalnya, Kamis 21 September 2017 aksi kejahatan dengan menggunakan senjata api terjadi di Rangkiling. Korbannya Agung Syahputera, karyawan di salah satu bank di Jambi bersama dua temannya.
Mobil yang dikendarainya, ditembak orang tidak dikenal di bagian kanan hingga menembus di bagian belakang mobil. Akibatnya kaca mobil pecah terkena peluru.
“Kejadiannya sekitar pukul 22.30 Wib tadi malam. Pada saat itu saya dari Jambi mau pulang Kerinci, situasi lagi lengang,” kata Agung.
Kronologis kejadian, pada saat mobil melintas di jembatan di Rangkiling, nampak sekitar 3 pelaku berdiri di sana. Tiba-tiba mereka langsung melepaskan tembakan ke arah supir.
“Kecepatan mobil 80 Km/jam. Makanya mengenai bagian samping. Jika kecepatan pelan maka saya kena tembak karena sasaran mereka memang supir,” tuturnya.
Begitu juga dengan temannya yang saat itu berada di bangku belakang nyaris terkena tembak.
Beruntung, pada saat itu temannya tertidur dengan posisi bangku diturunkan bagian belakang.
Atas kejadian ini, ia merasa khawatir melintasi jalan itu di malam hari. Lagi pula, kata Agung, di daerah tersebut memang kerap terjadi kejahatan.
Travel PO Kerinci juga kerap berlangganan di todong di daerah ini. Walaupun, belakangan kasus penodongan ini mulai menghilang menyusul kepolisian terus melakukan penangkapan terhadap para pelaku kejahatan. Misalnya jajaran reskrim Polsek Mandiangin berhasil membekuk kawanan perampok yang selama ini menjadikan mobil travel sebagai sasaran aksi kejahatan mereka.
Kawanan perampok yang berjumlah 4 orang dibekuk selasa (21/2/2017) sekira pukul 02.00 dini hari, mereka adalah Irwansyah 20 tahun, Eko 16 tahun, Reza 14 tahun dan Roy 14 tahun. Kawanan ini kerap beraksi bersama-sama dan hanya mengincar mobil travel yang masuk kedaerah mereka pada tengah malam. Terakhir kawanan yang ternyata masih berstatus pelajar ini beraksi Jumat (17/2) lalu dan berhasil merampas semua barang berharga penumpang travel Gunung Kerinci.
Keempat pelaku yang semuanya warga Desa Rangkiling, Kecamatan Mandiangin ini juga kerap merampok alias menjadi bajing loncat dan mangsanya adalah truck tanpa penutup yang kerap melintas diwilayah Rangkiling dan sekitarnya. Irwansyah yang menjadi otak pelaku terpaksa dilumpuhkan dengan timah panas karena melawan petugas, awal dari penangkapan kawanan perampok belia ini saat polisi mengetahui salah satu pelaku dengan ciri-ciri yang disebutkan para korban. Polisi mencurigai pelakunya adalah Eko, lalu polisipun membujuk Eko untuk menyerahkan diri. Dari sinilah polisi mulai mendapatkan identitas pelaku lainnya, Eko secara lugas menerangkan siapa rekan-rekannya saat merampok mobil travel tersebut.
Meski polisi terus menekan angka kejahatan di daerah ini, angkernya daerah rangkiling ini tidak pernah hilang. Warga yang melintas daerah ini, selalu waspada dan hati-hati. Bahkan, tidak sedikit warga yang terpaksa memilih melintas lewat jalur Tebo.
Pengamat Hukum Jambi, Musri Nauli mengatakan, Rangkiling ini merupakan salah satu dari enam Dusun yang masuk dalam kawasan Batin VI Mandiangin. Menurutnya, ada enam dusun yang melatarbelakangi terbentuknya Madiangin, yaitu Dusun Muara Ketalo, Dusun Kertopati, Dusun Mandiangin, Dusun Gurun Tuo Dan Dusun Gurun Mudo dan Dusun Rangkiling. Batin VI Mandiangin berpusat di Mandiangin.
“Kata Mandiangin juga terdapat di Musi Rawas. Kabupaten yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun,”jelasnya.
Sehingga Sejarah kedatangan warga di Daerah ini berasal dari desa Beringin Teluk Mandiangin di Musi Rawas. Mereka kemudian menyebar ke Muara Ketalo, ke Dusun Kertopati, menetap di Mandiangin Jambi.
Sedangkan Dusun Rangkiling sendiri, kata Musri, mengaku keturunan dari Serampas. Salah satu marga yang termasuk kedalam Luak XVI (Marga Serampas, Marga Sungai Tenang, Marga Peratin Tuo, Marga Tiang Pembarap, Marga Renah Pelaan dan Marga Senggrahan) yang terletak di dataran tinggi Bangko. Sehingga Disebut Dusun Muara Ketalo adalah Dusun yang terletak di Muara Ketalo. Sedangkan Kertoparti adalah keturunan yang diperkiran dari Kertopati. Nama Kertoparti adalah nama tempat di Palembang.
Pengakuan yang berasal dari Beringin Teluk, Mandiangin, Musi Rawas dapat ditemui dalam berbagai dialek yang berbeda dengan masyarakat Jambi pada umumnya. Sehingga jejaknya masih diketahui berasal dari Sumsel.
Keberadaan Polsek Mandiangin dan juga pos polisi yang ditempatkan di Desa Rangkiling, belum juga meredakan aksi kriminalitas di tempat ini. Para pelaku terus beraksi meski tak jauh dari depan aparat kepolisian.
Dari catatan kepolisian, ada tiga desa paling rawan di wilayah Kecamatan Mandiangin, selain Desa Rangkiling, ada Desa Gurun Tuo dan Desa Kertopati. Mereka beraksi di malam hari dengan target sasaran mobil yang sedang melintas. Kriminalitas di daerah ini ternyata dipicu pula oleh tingginya peredaran Narkoba di tiga desa itu. Narkoba dan kriminalitas selalu berjalan beriringan. Sebab, hasil kejahatan dipakai untuk membeli Narkoba. Narkoba menjadi candu bagi penggunanya, begitupula aksi kriminalitas akhirnya juga menjadi candu bagi para pengguna narkoba.
Setiap hari polisi menghimbau kepada pengendara yang terpaksa harus melintasi tiga desa tersebut pada malam hari, agar hendaknya konvoi dan tidak sendiri-sendiri
Jambilink, 21 Juni 2018
http://jambilink.com/2018/06/21/rangkiling-daerah-angker-di-jambi/