30 September 2020

opini musri nauli : Catatan kecil opini di media massa

 


Akhir-akhir ini tidak dapat dipungkiri, gegap gempita politik saling bersilewaran didunia maya. Berbagai pemikiran terus lahir untuk melihat berbagai peristiwa politik dari berbagai sudut. 


Sebagai Pendidikan politik kepada rakyat, opini merupakan ranah yang mewarnai dinamika pemikiran. Opini diharapkan dapat menggambarkan para penulis opini untuk menyampaikan gagasan. 


Namun kegelisahan penulis melihat fenomena ini harus dilihat dan ditempatkan sebagaiman mestinya. Sehingga public mendapatkan kesempatan utuh melihat berbagai peristiwa lebih jernih. 


Berbagai catatan kecil akan membantu untuk melihat persoalan ini lebih obyektif. 

opini musri nauli : Sesendok Semen

 


Tanpa dinyana, tiba-tiba masjid yang sedang dibangun kedatangan “tamu agung”. Konon kabar terdengar sang pembesar. 


Mengaku tinggal di perumahan ditengah kota, kedatangannya ditunggu warga. Kedatangannya dirindukan. Setelah lama merantau. 


Sebelumnya tersiar kabar. Menjelang hajatan penting di negeri ini, dia kembali. Ingin bercengkrama dengan warga. 

27 September 2020

opini musri nauli : Tokoh Agama menjadi Pemimpin

 


Menurut Plato, negara ideal harus dipimpin oleh seorang Filosof. Seorang Filosof memiliki jiwa untuk mencintai kebenaran dan kebijaksanaan. 


Pribadi yang mencintai kebenaran dan kebijaksanaan pasti memiliki sifat seperti jujur, amanah, tanggungjawab. Seorang filosof terdapat karakter yang kuat, tahan godaan dan mampu memimpin. 


Makna Filosof juga terdapat dalam diri pemimpin agama dan pemimpin spiritual. Sejarah mengajarkan bagaimana seorang tokoh agama sekaligus juga seorang pemimpin negara. 


26 September 2020

opini musri nauli : Kisah di Pagi hari




Di sebuah pertemuan di pagi hari, bertemu politisi senior saya sempat bertanya. 


“Bang. Ngapo dak maju menjadi Kepala Daerah. Pasti banyak yang mendukung abang”, kata saya penasaran. Pertanyaan yang menjadi orang banyak. 


“Tidak dindo. “Presiden kito orang Mudo. Pasti sering menemani Presiden. Nah, kalo orang tuo, kagek saro mengikuti langkah Presiden”, katanya. Sayapun tersenyum. 


“Ah. Abang ado-ado be. Bukankah kalo sudah tua, pasti bijaksana. Dan sudah banyak makan asam garam”, kata saya semakin penasaran. 


idak, Dindo. Ini serius. Kagek  saro kito nak ngikuti Presiden. Tengoklah kepala daerah di Jawo tuh mudo-mudo”, meyakinkan saya. Jawaban yang tidak penting bagi saya. 

25 September 2020

opini musri nauli : Menengok Pemikiran Nurul Fahmi


Ketika Nurul Fahmi (Fahmi) menuliskan pemikiran “Feodalisme Gaya Baru Kandidat Nomor Dua” yang kemudian menjadi viral di media massa dan media sosial, ibarat “koor” semua kemudian berteriak. Gaduh. Ramai. Persis kayak Cheefleader (pasukan sorak-sorai). 


Namun hingga kini, sama sekali tidak ada penjelasan utuh dari berbagai pandangan tentang pemikiran Fahmi. Terlepas dari isi yang dituliskan oleh Fahmi dan beberapa pemikiran yang belum tentu saya juga sepakat, namun ketika tulisan Fahmi sama sekali tidak mendapatkan penjelasan utuh dari “Cheefleader” seketika saya menjadi “terhenyak”. 


Mengapa “tuduhan” tulisan yang disampaikan oleh Fahmi kemudian “diplesetkan” apakah Fahmi menjadi timses atau berpihak. 

Opini musri nauli : Kisah Supir Gojol



Setelah turun pesawat Lion Air dari Jakarta, saya kemudian mencoba menggunakan aplikasi “untuk memesan mobil (”go-jek online). Memesan kendaraan untuk menuju ke Telanaipura. Menghadiri rapat yang sudah lama diagendakan. 


Setelah menunggu seperempat jam, mobil yang dipesan datang. Dengan ramah, sang petugas “mempersilahkan” saya untuk menaiki kendaraan. 

24 September 2020

opini musri nauli : Kisah di RSU


Ketika beberapa teman-teman menyodorkan nama Al Haris dan Abdullah Sani sebagai tokoh masyarakat didalam keanggotan Dewan Kehormatan DPC Peradi Jambi, saya hanya “tersenyum”. Selain yang menyodorkan adalah teman-teman yang mempunyai relasi yang baik dengan tokoh masyarakat, nama-nama yang disodorkan relatif tidak menimbukan resistensi. Bahkan kemudian “diterima dengan plong”. 


Al Haris sering kami panggil panggilan akrab “Pak Bupati”. Kadang juga “Pak Bup”. Sedangkan “Abdullah Sani” malah sering dipanggil “yai”. Kadang “Yai sani”. 


Keduanya lebih “menampakkan” seperti “kakak-adik. 


Dalam interaksi sehari-hari, keduanya kemudian dikenal lebih tepat sebagai “teman bercanda”. Entah “siapa yang memulai”, tapi berbagai joke sering mengalir. 

22 September 2020

Opini musri nauli : Supporter dan Rasional

 

Tidak dapat dipungkiri, ketika seseorang mendukung klub sepakbola (supporter) disebabkan “kesukaan (ketertarikan)”. 


Saya dari dulu suka Real Madrid “semata-mata” kagum  dengan berbagai prestasi. Begitu juga putra keduaku yang kagum dengan Ronaldo. 


Sebagai “pemain sepakbola”, pernah mengikuti “Akademi Sepakbola” hingga sekarang masih main sepakbola,  Kekaguman dengan Ronaldo adalah “skil-nya” yang lengkap. 


Entah dengan “gocekan”, aksi-aksi individual, “tandukkan”, driving-nya yang bersih atau “tendangan sudut-nya” yang melengkung. 


Berbagai skill yang dimiliki seperti Becham, Lionel Messi ataupun “menjadi palang pintu” seperti Gattuso dan Maldini menjadikan Ronaldo menjadi decak kagumnya. 

21 September 2020

opini musri nauli : Yang tabah, Pak Walikota


Innalilahi Wa inalilahi Raji’un. 


Duka mendalam yang dirasakan rakyat Jambi. Berturut-turut kabar duka menyelimuti hati dan suasana Rakyat Jambi. 


Belum usai menarik “menerima kenyataan” setelah Walikota Jambi yang kemudian dinyatakan Covid 19, disusul oleh keluarganya, tiba-tiba kabar datang melanda. 


Dalam perjalanan panjang (roadshow) ke Barat Jambi, tiba-tiba informasi bersilewaran di media massa. 


“Meninggalnya Putra Bungsu Walikota Jambi. Muhammad Fabriansyah Putra” sekitar jam 13.15 wib. Di Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta. 

20 September 2020

opini musri nauli : Menengok Imam Al Mawardi

 

Tidak dapat dipisahkan, cara panjang “memimpin” dalam tradisi Islam dipengaruhi pemikir Politik, Al Mawardi. Seorang pemikir Politik yang menuliskannya didalam Al-Ahkam Al Sultanniyah. 


Berbeda dengan Machiavelli didalam bukunya “Il Principe”, Kekuasaan dengan moralitas haruslah dipisahkan, Imam Al Mawardi justru menekankan 6 sendi Pemerintahan. Dari sendi Pemerintahan maka kemudian negara dapat bertahan dengan Tetap mengusung nilai-nilai kebenaran.