22 Desember 2016

opini musri nauli : REZIM IZIN LINGKUNGAN


Dunia hukum mengalami “geger”. Putusan Mahkamah Agung yang mengabulkan permohonan dari Joko Priyanto dkk dan Walhi menuai problema hukum. Putusan Mahkamah Agung ditingkat Peninjauan Kembali Nomor 99 PK/TUN/2016 (Putusan Mahkamah Agung) kemudian “dipelintir” oleh pihak yang kalah (baca Gubernur Jawa Tengah) dengan menerbitkan Izin lingkungan baru kepada PT. Semen Indonesia.

19 Desember 2016

opini musri nauli : KESALAHAN PARADIGMA TENTANG KARHUTLA



Didalam sebuah pertemuan di Jakarta dengan Tema penegakkan hukum dan kebakaran hutan dan lahan (KARHUTLA), saya kaget mengetahui bagaimana pandangna para pihak didalam melihat persoalan hukum (KARHUTLA). Dari para pihak yang mewakili unsur akademisi, penegak hukum hingga berbagai pihak saya kemudian menyadari ada persoalan di tataran paradigm. Tulisan ini mencoba untuk memotret bagaimana pandangan parapihak sekaligus sebagai otokritik paradigm didalam persoalan hukum.

18 Desember 2016

opini musri nauli : NU – Warisan Islam untuk Indonesia





Akhir-akhir ini NU sebagai organisasi Islam di Indonesia mengalami “hujatan” dan “pembunuhan karakter”. Persoalan “wiridan, maulidan ataupun tradisi panjang di kalangan NU dipersoalkan.

16 Desember 2016

opini musri nauli : Polemik Undang-undang Payung




Dalam sebuah kesempatan pertemuan, para pihak bertahan tentang tafsir tentang sebuah produk hukum. Sektor pertambangan bertahan tentang pertambangan yang mengatur berkaitan dengan tambang. Sektor kehutanan bersikukuh sektor kehutanan. Sedangkan sektor perkebunan berpatokan tentang UU Perkebunan.

15 Desember 2016

opini musri nauli : SIAPAKAH WAJAH LALULINTAS ?


Ada slogan yang sering kita temukan di spanduk-spanduk pinggir jalan. Lalulintas adalah cerminan wajah kota. Kata-kata ini keren sekaligus “menyentak” peristiwa yang heboh di viral dunia maya.

Seorang Ibu terpandang, bekerja di insituti terhormat mengamuk di jalan raya di tengah kemacetan. Turun dari mobil, mengejar petugas polisi lalu lintas di perempatan pintu busway. Lengkap dengan adegan tarik-tarik kunci mobil, tarik baju hingga banting HP.

opini musri nauli : MENIKMATI KELUCUAN


Menikmati hidup adalah anugrah dari sang Illahi. Setiap kesempatan tempat kita bercanda ria. Meminggirkan kepusingan harga cabe yang terus naik. Atau berita tipi yang acaranya itu-itu.


Ya. Itulah hakekat dunia nyata. Bagaimana dengan dunia maya. Ya. Sama saja. Nikmati setiap perbedaan. Syukuri sebagai karunia Tuhan. Tapi kalo ada yang lucu. Sambil senyum-senyum masam boleh. Ketawa-ketawa juga tidak dilarang. Bahkan boleh sambil koprol atau guling-guling di tanah. Tidak ada yang dilarang.

opini musri nauli : Matematika


Peristiwa “aksi  super damai Bela Islam” meninggalkan catatan penting. Catatan untuk menjawab apakah ilmu hitung dapat menjawabnya.

Entah darimana mulai, klaim aksi 7 juta orang menarik perhatian. Sementara di satu sisi klaim 7 juta orang dianggap berlebihan. Polemik ini kemudian menampilkan cara penghitungan massa dilihat dari udara.

13 Desember 2016

PAKAIAN



Akhir-akhir ini kita kemudian “digerahkan” dengan pakaian. Bukan udara panas yang menyengat tanpa pendingin. Ataupun gedung tanpa jendela. Tapi memang pakaian yang bikin kita gerah.
Cerita pakaian mengingatkan cerita Abunawas.
Alkisah. Abu Nawas diundang pesta oleh Raja. Sebagai pesta, tentu saja dihadiri orang-orang kaya pada zaman itu, pembesar negeri hingga orang-orang ternama.
Namun Abu Nawas datang tidak biasanya. Abunawas “berpakaian” kampong, celana lusuk, baju kusam tanpa alas kaki  memasuki sebuah pesta.
Di pintu masuk, sang pengawal pintu tidak mengenalnya sebagai “orang kepercayaan” Sang Raja. Orang yang paling didengar nasehatnya ketika Raja “galau” memutuskan sebuah persoalan.  Abu Nawas kemudian diusir dan tidak diperkenankan masuk.
Abu Nawaspun pulang dan menggantikan baju kebesaran istana. Lengkap dengan pasukan mengiringi dengan pasukan terbaik istana.
Ketika datang kedua kalinya, Abu Nawas disambut dengan meriah. Lengkap dengan hidangan mewah  Seperti biasa, Sang Raja ingin mendengar cerita Abu Nawas. Sindirannya dalam namun tidak mengejek.
Setelah bercerita, maka tibalah saatnya tamu kemudian disuguhi makanan. Tamupun lahap memakan hidangan yang disediakan.
Namun berbeda dengan tamu yang lain. Abu Nawas justru membuka bajunya dan kemudian memberikan makanan kepada bajunya.
Tamupun heran. Melihat tingkah laku Abu Nawas.
Lantas Sang Raja bertanya. “Abu Nawas. Apa yang kau lakukan ?. Dengan enteng Abu Nawas kemudian menjawab. “Ketika aku masuk kesini, namun diusir. Setelah aku berganti pakaian, maka aku bisa masuk.. Maka Pakaian inilah yang lebih tepat menikmati makanan dan minuman. Bukan Aku”.
Cerita Abu Nawas begitu kocak sehingga sering disebut sebagai “humor” ala rakyat. Setiap sindirannya tajam, jenaka namun berbekas.
Ya. Dengan pakaianlah, kita kemudian dilihat dan dihargai orang. Dengan pakaian, kita kemudian diperlakukan berbeda. Dengan pakaian, maka kita bisa menikmati fasilitas ataupun kemudahan. Dengan pakaian, kita kemudian menjadi istimewa.
Dengan pakaian kita kemudian menjadi berbeda dengan orang lain. Dengan pakaian, maka teman sekolah menjadi berbeda. Dengan pakaian, satu persatu tidak menganggap kita bagian dari persahabatannya.
Dengan pakaian, maka penilaian kemudian dijatuhkan. Palupun diketuk. Godampun ditabuhkan. Kamu bukan bagian dari kami. Kamu bukan golongan kami. Kamu bukan ciptaaan Illahi.
Lha. Kok kita tidak dihargai sebagai manusia ?

12 Desember 2016

opini musri nauli : LOGIKA TERORIS

Saya tidak akan membahas penggunaan ayat-ayat Al Qur’an oleh teroris didalam bai’at ataupun meyakini perbuatan terorisnya. Biarlah itu menjadi ranah kaum agamawan untuk menolak ataupun membenarkannya. Tapi saya mengetahui bagaimana penggunaan ayat-ayat Al Qur’an ataupun tafsiran “sempit” untuk membenarkan perbuatannya.
Tapi penangkapan seorang perempuan lugu di kontrakan di Bekasi dan jaringannya di berbagai tempat di Ngawi, Klaten mengganggu nurani kita melihat peristiwa.

11 Desember 2016

opini musri nauli : Catatan Hukum PP No 57 Tahun 2016



Memasuki musim hujan, tahun 2016 dilalui dengan tenang tanpa adanya titik api yang berarti. Langit tetap cerah tanpa diselimuti asap seperti 5 tahun terakhir.