16 Februari 2019

opini musri nauli : CEO VS HOAX


Bukan karena “pilihan politik”, makanya bukalapak kemudian mengalami nasib tragis. Jatuh ke jurang dalam hitungan jam. Sang CEO kemudian “buru-buru” bertemu Jokowi untuk meminta maaf.

Mari kita lupakan “orientasi politik”. Karena kedua pendukung sudah menetapkan pilihannya. Susah diomongin.

13 Februari 2019

opini musri nauli : Ujung batin




Membaca sebuah berita tentang pembukaan jalan dari Beringin Tinggi (Kecamatan Jangkat Timur) ke Batang Asai teringat dengan tutur masyarakat.

10 Februari 2019

opini musri nauli : UNEG-UNEG MINGGU SORE



Membaca uneg-uneg Pak Guru Wiwin tentang penggunaan imbuhan disore hari setelah pulang dari lapangan sembari mengirimkan photo di FB, membangkitkan kelucuan.
Saya sedang membayangkan, bagaimana mas wiwin yang “solonya” sangat kental namun menumpahkan uneg-unegnya di FB.


Kelucuan pertama saya rasakan dan sedang membayangkan, bagaimana Mas Wiwin sedang mangkel, kesal, uring-uringan mengenai tulisan yang keliru menempatkan “imbuhan”.. Uraiannya panjang. Nah, karena sedang membayangkan kelucuan, maka saya pengen ikut nimbrung.

09 Februari 2019

opini musri nauli : Problema pasal 67 UU Kehutanan





Akhir-akhir ini, pasal 67 ayat (2) UU Kehutanan menimbulkan polemic. Apakah Hutan Adat harus bersandarkan kepada Peraturan Daerah atau cukup dengan penetapan dari Pemerintah Daerah ?

08 Februari 2019

opini musri nauli : SUMBANG SALAH



Simbol ”sumbang salah” bukan berarti ”menyumbang kesalahan” atau turut menyumbang kesalahan’.

Makna ”Sumbang” diartikan sebagai ”tidak pantas”, ”kurang pantas”, ”kurang elok” menurut pandangan mata, ”kurang nyaman”. Dalam pergaulan sehari-hari, kata ”sumbang” lebih menampakkan ”suara yang tidak merdu”, kurang harmoni, ”suara serak’.

04 Februari 2019

opini musri nauli : KEBEBASAN BERPENDAPAT DAN UJARAN KEBENCIAN


KEBEBASAN BERPENDAPAT DAN “UJARAN KEBENCIAN”
Musri Nauli


Akhir-akhir ini tema “kebebasan berpendapat” mengemuka. Sebagai “hak” yang dijaminkan konstitusi, kata-katanya jelas tercantum didalam pasal 28 “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

opini musri nauli : Makna Simbolik Tanda Jadi



Dalam tradisi Melayu Jambi, prosesi “melamar” dikenal dengan istilah “tanda Jadi’. Tanda jadi adalah “pengikat” antara sang calon mempelai perempuan dengan seorang lelaki calon mempelai laki-laki.

03 Februari 2019

opini musri nauli : PUISI




Siapa ?

Siapa Sesungguhnya, Engkau wahai Perupa ?
Datang mengabarkan.
Hutan Lindung. Hutan Konservasi.

Apakah engkau lebih peduli daripada mereka disini ?

Siapakah Engkau ?
Datang membawa kitab asing.
Kemudian mengabarkan peradaban baru ?

Siapakah Engkau, Sang pembawa kabar ?
Kemudian lebih jumawa daripada mereka disini ?

Siapakah, Engkau yang sok tahu.
Katanya bisa mengelola alam. Bisa mengelola gambut ?

Mengapa Engaku begitu angku, sombong dan jumawa ?

Apakah Engkau tidak tahu mereka lebih mengenal alam, air, tanah dan hutan.
Teluk sakti, Rantau betuah, Gunung Bedewo
Rimbo sunyi “tempat harimau bermain. Tempat ungko berebut tangis”
Rimbo keramat, rimbo puyang.
Itulah tugasmu. Bukan tugasku untuk belajar dari mereka.

Pergilah. Bawalah kitabmu.
Bawahlah kabarmu,
Sebelum engkau kualat dan menerima kutukan dari alam.

Tanjung Raden, Jambi, 18.00 wib, 2 Februari 2019.  



Dalam perjalanan menuju ke Berbak, saya ditelephone bang Sakti Alam Watir (Sakti). “Bang, bisa membuka acara pembukaan “Mengaji Puisi Hendri Nursal” ?, kata bang sakti diujung telephone.

01 Februari 2019

opini musri nauli : Nama Kecamatan


Penamaan kecamatan tidak terlepas dari sejarah panjang dari masyarakat. Nama-nama Marga seperti Batin 8, Cermin Nan Tigo, Batang Asai, Kumpeh Ulu, Kumpeh Ilir, Tungkal Ulu, Batin III Ulu, Pelawan, Simpang 3 Pauh, Maro Sebo Ilir, Marga pangkalan Jambu, Maro Sebo Ulu, VII Koto, IX Koto, Sumay  kemudian berikrar menjadi nama kecamatan.

opini musri nauli : Pewaris Pangeran Wira Kusumo



Mengenal Pangeran Wira Kusumo tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kerajaan Jambi Darussalam. Kerajaan Jambi yang termasyur yang pernah menyerang Johor pada abad XVII. Kerajaan yang berakhir setelah Sultan Thaha Saefuddin kemudian gugur di Tanah Garo 1904.