29 Maret 2016

opini musri nauli : Jangkat Timur



Di daerah tinggi Kabupaten Merangin, terdapat kecamatan Jangkat Timur. Nama Kecamatan Jangkat Timur menggantikan istilah kata “Sungai Tenang”. Sebuah penamaan yang cukup lama dikenal di masyarakat.

opini musri nauli : Depati dan Rio


Istilah Depati dan Rio dikenal di daerah hulu Sungai Batanghari. Berada di Marga Serampas, Marga Sungai Tenang, Marga, Marga Tiang Pumpung, Marga Renah Pembarap dan Marga Senggrahan maupun di Marga Sumay.

Tideman didalam buku klasiknya “Djambi” tahun 1938 menyebutkan “Dusun adalah kumpulan kampung atau kelabu. Pembagian kekuasaan dalam negeri atau dusun di daerah hulu adalah bathin dengan gelar Rio, Rio Depati atau Depati, di daerah hilir penguasanya adalah Penghulu atau Mangku dibantu oleh seorang Menti (penyiar, tukang memberi pengumuman). Sedangkan menurut Elizabeth didalam bukunya “Kesultanan Sumatera dan Negara Kolonial – Hubungan Jambi – Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya imprealisme Belanda, mengutip dalam catatan memorie van Overgave, V.E. Korn, 1936 menyebutkan “Orang semendo merupakan orang bukan putra daerah, namun sudah lama tinggal di suatu daerah. Sudah punya induk semang. Mempunyai kebijaksanaan dan mempunyai pengetahuan tentang adat dan dihormati. Sehingga diangkat menjadi pemimpin baik di tingkat Margo yang disebut sebagai Pesirah dan Rio. Di tingkat Dusun, orang semendo dikenal dengan istilah Depati. Sedangkan putra asli adalah Bathin. Dusun kemudian menjadi desa. Sedangkan Kampung menjadi Dusun

Di Marga Serampas dikenal “Pendapo Limo”. Menggambarkan jumlah Depati. Bambang Hariyadi, didalam bukunya ‘Orang Serampas: Tradisi dan Pengetahuan Lokal di Tengah Perubahan menyebutkan “Depati Singo Negaro di Tanjung Kasri. Depati Pulang Jawo di Renah Kemumu. Depati karti Mudo Menggalo di Renah Alai, Rantau Kermas dan Lubuk Mentilin”
Didalam “Tijdschrift voor Nederlandsch Indië” disebutkan “Sungai Tenang dipimpin seorang Depati sebagai Kepala Marga dari Kota Tapas (Kototapus). Sedangkan Serampei dipimpin oleh Depati dari Tanjung Sri (Tanjung Kasri).

Penggunaan istilah Depati dan Rio berbeda-beda. Didalam Marga Sungai Tenang, selain istilah Depati dan Rio, juga dikenal Mangku. Depati, Rio dan Mangku mempunyai kedudukan yang berbeda. Depati memangku pemerintahan setingkat dusun. Sedangkan Rio dan Mangku berfungsi memangku pemerintahan setingkat kampong.

Marga Sungai Tenang terdiri dari Pungguk 6, Pungguk 9 dan Koto 10. Pungguk 6 terdiri dusun asal yaitu Koto Teguh, Dusun Baru, Koto Renah, Pulau Tengah, Rantau Suli dan Koto Jayo. Pulau Tengah. Pulau Tengah sebagai pusat pemerintahan dengan gelar “Depati Gento Rajo”. Membawahi Dusun Kota Teguh dengan gelar “Rio Pembarap”, Dusun Koto Renah dengan gelar “Rio Gento Pedataran”. Sedangkan Rantau Suli bergelar “Depati Sungai Rito membawahi Dusun Rantau Suli dan Dusun Baru.

Sedangkan Mangku ditemukan di Dusun Renah Pelaan yang termasuk kedalam Pungguk 9 Marga Sungai Tenang. Pungguk 9 terdiri dusun asal yaitu Renah Pelaan, Dusun Lubuk Pungguk, Dusun Muara Madras, Dusun Talang Tembago, Dusun Pematang Pauh. Pemangku Renah Pelaan bergelar “Mangku Aning Sanggo di Rajo’. Dalam ikrar di Renah Pelaan, fungsi Mangku Aning Sanggo di Rajo’ sebagai pemberi kabar kepada Raja Jambi di Tanah Pilih.

Sedangkan Koto 10 terdiri dusun Kotobaru, Dusun Gedang, Dusun Tanjung Benuang, Dusun Kototapus, Dusun Tanjung Dalam, Dusun Muara pangi, Dusun Rantau Jering. Dusun Tanjung Mudo sebagai “tanah irung, tanah gunting” atau ada juga menyebutkan “Belalang Pungguk 6, Tanah Koto Sepuluh” dengan pemangku pemerintahan bergelar “Rio Penganggun Jago Bayo”. Sedangkan Dusun-dusun lain seperti Tanjung Alam bergelar “Depati Duo Menggalo”, Dusun Gedang bergelar “Depati Suka Merajo”, Dusun Kota Baru bergelar “Depati Suko Derajo”, Dusun Tanjung Benuang bergelar “Depati Suko Menggalo

Di Marga Peratin Tuo dikenal Depati Alam di Dusun Tuo, Depati Karto Yudo di Tanjung Berugo.

Didalam Marga Tiang Pumpung sebagaimana disampaikan oleh Sargawi didalam bukunya “Lintasan Sejarah Depati Sembilan Tiang Pumpung menyebutkan “Depati Manjuang di Muara Siau, Depati Agung di Pulau Raman, Rio Depati di Sekancing, Depati Purbo Alam di Dusun Baru, Renah Jelmu, Muara Sakai, Beringin Sanggul dan Renah Manggis. Depati Permai Yudo di Pulau Bayur, Depati Suko Berajo di Selango.

Didalam Marga Renah Pembarap dikenal Depati Mangku Rajo dan Depati Mangku Mudo dengan pusat Marga Renah Pembarap di Guguk. Sedangkan di Marga Senggrahan dikenal Depati Tiang Menggalo di Dusun Kandang, Depati Depati Kuraco di Lubuk Beringin, Depati Renggo DiRajo di Lubuk Birah dan Rio Kemuyang di Durian Rambon.

Sedangkan Marga Sumay sebagaimana disampaikan oleh Khatib Karim “Margo adalah kepala Pemerintahan. Pesirah merupakan orang semendo. Rio merupakan putra asli. Sedangkan Depati dan Bathin merupakan Kepala Pemerintahan di tingkat Dusun. Depati merupakan orang semendo. Bathin merupakan putra asli.
Didalam Djambi, Tideman hanya menyebutkan “Rio atau Depati adalah Kepala Pemerintahan setingkat dusun”

Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh dan F. J Tideman, maka ada perbedaan yang mendasar mengenai istilah “Rio”.

Didalam Marga Sumay, “Rio” adalah Kepala Pemerintahan Margo. “Rio” merupakan Putra Asli. Pernyataan ini didukung oleh Elizabeth justru menyebutkan “Rio pemimpin di tingkat Marga. Depati di tingkat Dusun”. Bandingkan dengan Keterangan F. J. Tideman yang menganggap “Rio” adalah Kepala Pemerintahan setingkat Dusun.

Sedangkan didalam Luak XVI, Depati membawahi Rio atau Mangku. Misalnya Depati Suko Merajo yang membawahi “Rio Penganggung jagobayo di Tanjung Mudo, Depati Gento Rajo yang membawahi “Rio Pembarap” dan “Rio Gento Pedataran”. Depati Kuraco membawahi Rio Kemuyang.

Dengan demikian, maka didalam dokumen Tideman didalam buku klasiknya “Djambi” menyebutkan Rio dan Depati di wilayah dusun. Sedangkan Elizabeth “Rio” di tingkat Marga, sedangkan Depati di tingkat dusun didukung oleh dokumen Tijdschrift voor Nederlandsch Indië.

Namun berbeda di berbagai Marga didalam dusun. Depati membawahi Dusun dengan dibantu “Rio” di Kampung.

Melihat penggunaan berbeda Depati dan Rio di berbagai dokumen dan penggunaan di berbagai dusun menjadi catatan menarik.

24 Maret 2016

opini musri nauli : TUTI “PAHLAWAN” ANTI KEKERASAN


Demonstrasi yang terjadi di Jakarta selasa kemarin menyisakan Tanya. Mengapa demonstrasi yang bertujuan menyampaikan aspirasi dan ingin mendapatkan dukungan kemudian “berubah” menjadi anarki ?

Ya. Pemberitaan di berbagai media massa kemudian memotret “aksi anarkis” daripada tuntutan sang pendemo. Dilengkapi dengan tayangan di televisi, gambar di media online, bagaimana sang pendemo “menyisir” jalan untuk “memaksa” supir-supir agar ikut demonstrasi. Termasuk berbagai adegan “Pemukulan” sang driver GO-jek yang terpental dipukul dari atas sepeda motor.

23 Maret 2016

opini musri nauli : DUNIA DIGITAL MEMAKAN KORBAN

Perubahan itu terus terjadi. Tidak ada satupun yang bisa menghentikannya. Kita atau negarapun “sering gagap” menghadapi cepatnya perubahan.


Terdengar suara CEO Nokia Stephen Elop ketika menjual Nokia ke Microsoft akhir tahun 2013. "Kami tidak melakukan sesuatu kesalahan, tapi saya tidak tahu mengapa kami kalah". Selanjutnya mereka menitikkan air mata sembari memandang ke depan, termangu dan tidak mengerti apa yang terjadi.

Padahal sebagai “raja conneting partner” dan menguasai pangsa ponsel dunia selama 14 tahun, mereka sudah berada di posisi “nyaman”. Tidak ada rencana untuk pengembangan perkembangan dunia gadget yang tumbuh begitu cepat.

21 Maret 2016

opini musri nauli : Puyang Orang Jambi



Dalam setiap perjalanan turun ke lapangan, pertanyaan yang paling sering disodorkan adalah siapa nenek moyang (masyarakat menyebutkan “puyang”) yang pertama mendiami di dusunnya.

Sebagian menolak menyebutkan nama langsung. Namun sebagian menyebutkan dengan lantang. Namun banyak pula ketika menyebutkan nama puyang harus menunggu hari  dan waktu yang baik. Ada juga harus “memantrai” agar tidak dikutuk oleh “puyang” karena telah menyebutkan namanya.

20 Maret 2016

Video : Jalan ke Tanjung Mudo

 


Menempuh perjalanan ke Tanjung Mudo. 


Desa Tanjung Mudo dikenal sebagai Desa di ujung Kecamatan Sungai Tenang. Jalan yang hanya dapat ditempuh kendaraan double gardan. 





Entah kapan jln ini diperbaiki..

19 Maret 2016

opini musri nauli : Marga Sungai Tenang


Marga Sungai Tenang[1] terletak didataran tinggi Merangin[2]. Kata “sungai Tenang” menunjukkan nama Sungai didalam Marga Sungai Tenang. Kata “tenang” berasal dari kata “mentenang” yaitu menunjuk sifat Sungai yang airnya tenang. Begitu juga kata “menderas” menunjukkan sifat sungai yang airnya “deras”. Menderas kemudian menjadi nama desa “Muara Madras”.

14 Maret 2016

opini musri nauli : Pengaruh Dunia di Jambi



Sebagai bagian dari Sumatera, Sriwijaya, Melayu, tentu saja Jambi dipengaruhi berbagai pengaruh dari luar Jambi. Baik dipengaruhi berkaitan dengan kepentingan dagang, pengaruh agama maupun pengaruh sistem pemerintahan dan sistem social dari berbagai penjuru dunia.


Dalam berbagai catatan, ornament, perjalanan, ungkapan masyarakat, Seloko, Tambo dan berbagai aspek kehidupan melengkapi cataan tentang pengaruh berbagai agam da kebudayaan dunia.

13 Maret 2016

opini musri nauli : Struktur Sosial di Jambi


Sebelum lahirnya UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa, sistem Pemerintahan Desa masih mengacu kepada sistem peninggalan Belanda.

11 Maret 2016

opini musri nauli : GAYA PILKADA MASA KINI



Dunia terus berproses, berputar dan mengelilingi waktu. Meninggalkan mimpi dan harapan yang tidak terpenuhi.

Pilkada Jakarta memasuki era baru. Era anak muda di tangan Teman Ahok. Komunitas relawan yang menggagas dan “mendesak” Ahok maju dari calon perseorangan. Inisiatif anak muda yang kemudian menyentak petinggi negeri.

10 Maret 2016

opini musri nauli : Marga Serampas


Ketertarikan penulis dengan marga serampas ketika gempa bumi tahun 2009. Pusat gempa tanggal 1 Oktober di Desa Renah Kemumu tidak menyebabkan hancurnya rumah. Rumah penduduk berupa rumah panggung hanya bergeser dan hanya diperlukan “dongkrak” untuk memperbaikinya. Konsep rumah panggung terbukti mampu menghindarkan kerugian karena terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan konstruksi (pasal 26 ayat (3) UU No. 24 tahun 2007). Konsep rumah panggung berhasil menghindarkan korban dan kerusakan yang parah akibat gempa[1]. Kearifan masyarakat menjaga hutan ditandai dengan “keberhasilan” mereka dari bencana gempa bumi tahun 2009.

02 Maret 2016

opini musri nauli : Marga Sabak


Didalam peta Belanda, disebutkan Marga Dendang/Marga Sabak.  Marga Dendang terdiri dari dusun-dusun seperti Teluk Dawan, Kuala Dendang, Dendang, Talang Babat dan Teluk Buan. Pusat Margo di Parit Culun. Sedangkan didalam peta disebutkan Pusat Marga di Muara Sabak.

01 Maret 2016

opini musri nauli : MENANTANG AHOK


Jagat belantara politik kontemporer Pilkada Jakarta sedikit “adem” setelah Ridwan Kamil (Walikota Bandung) menyatakan tidak maju untuk pilkada Jakarta 2017. Ridwan Kamil sebagai salah satu orang yang cukup diperhitungkan kemudian memilih berkonsentrasi untuk di Bandung.


Dalam pernyataannya, peluang Ridwan Kamil cukup banyak pilihan. Entah memasuki Jakarta paska 2017, meneruskan jabatannya kedua di Walikota Bandung atau menunggu peluang untuk Gubernur Jabar.

29 Februari 2016

opini musri nauli : Asap dan Kejahatan kemanusiaan



Ayah, Mengapa kami tidak boleh main diluar rumah !!!

Bibir ini seakan-akan kelu menatap asap yang terus datang setiap tahun. Dalam catatan Walhi, sejak tahun 2006 terdapat 146.264 titik api. Tahun 2007 : 37.909 titik api. Tahun 2008 : 30.616 titik api. Tahun 2009 : 29.463 titik api. Tahun 2010 : 9.898 titik api. Tahun 2011 : 22.456 ttk api. Bahkan selama periode 13-30 Juni 2013, tercatat 2.643 jumlah peringatan titik api, maka pada periode 20 Februari – 11 Maret 2014 saja telah terdeteksi 3.101 titik api.

opini musri nauli : marga Kumpeh


Membicarakan Kumpeh tidak terlepas dari peristiwa serombongan saudagar VOC yang dipimpin oleh Abraham Streck memasuki Batanghari dan berlabuh di Muara Kumpeh pada tahun 1616. Endjat Djaenuderadjat dkk didalam bukunya “Atlas pelabuhan-pelabuhan bersejarah di Indonesia” menerangkan, mengenal Muara Kumpeh ditandai dengan Kerajaan Jambi yang diperintah oleh Sultan Abdul Kahar memberi izin kepada VOC untuk mendirikan kantor dagang (loji) di Muara Kumpeh. VOC ingin berdagang dengan saudagar Jambi menerima hasil bumi.  Muara Kumpeh terletak di daerah pertemuan Sungai Kumpeh dan Batanghari yang hulunya di Suakkandis.

24 Februari 2016

opini musri nauli : JOKOWI – Presiden Flamboyan “pinjam” Tangan Rakyat

Sementara public “sedikit” menarik nafas lega setelah Jokowi “menunda” membahas revisi UU KPK. Sebagian mengucapkan terima kasih. Sebagian kalangan “mencemaskan” penundaan revisi UU KPK.


Suasana hiruk pikuk pembahasan revisi UU KPK “memantik” diskusi politik hangat. Setelah revisi UU KPK masuk proglenas DPR, hak inisiatif membahas revisi UU KPK mendapatkan dukungan penuh dari anggota DPR. Hampir mayoritas anggota menerimanya disaat bersamaan Partai Gerindra “konsisten” menolak dalam rapat paripurna DPR.

opini musri nauli : Marga di Jambi



Di tengah masyarakat, istilah Marga (margo) menjadi identitas yang khas sebagai perwujudan persekutuan masyarakat adat (rechtsgemeenshap). Namun berbeda dengan Marga seperti di Batak dan Minang yang berasal dari factor geneologis. Marga di wilayah Jambi berasal dari factor pertumbuhan persekutuan hukum teritorial.

08 Februari 2016

opini musri nauli : Pragmatis Oposisi


Dunia politik Indonesia sedang “memasuki suasana suram”. Ikrar Koalisi Merah Putih (KMP) yang digawangi oleh Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Golkar, PPP, PAN, PKS ketika Pipres 2014 dan “memperkuat koalisi parlemen”. Pelan tapi pasti, kemenangan berbagai posisi kunci di MPR dan DPR “Berhasil dikuasai”. Termasuk menggolkan” paket UU MD3.

07 Februari 2016

opini musri nauli : Problema Hukum Perpres No. 1 tahun 2016


Belum usai kita menyaksikan “orchestra” asap yang membuat Sumatera dan Kalimantan terpapar, kemudian disuguhkan “orchestra” yang membuat alunan nada menjadi berbeda.

01 Februari 2016

opini musri nauli : Hutan di mata Rakyat



Dalam perjalanan seminggu lebih mengitari 3 kabupaten (Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Tebo. Kabupaten Sarolangun merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Sarko. Sedangkan Kabupaten Tebo merupakan kabupaten Pemekaran dari kabupaten Bute), mendengarkan hasil riset di 8 Desa (3 Desa di Kabupaten Merangin, 5 Desa di kabupaten Sarolangun), mendengarkan suara “menggelegar” dari rakyat yang selama ini menjaga hutan, akhirnya saya menemukan sebuah identitas khas milik rakyat. Identitas rakyat yang memandang hutan. Elsbeth Locher Sholten menyebutkandengan istilah Jambi Hulu[1]

24 Januari 2016

Warga Jambi akan Gugat Perusahaan Penyebab Kebakaran


Jakarta (Greeners) – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) tengah mengupayakan jalur hukum dalam bentuk gugatan terhadap 18 perusahaan yang mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan di 20 desa pada lima Kabupaten di Provinsi Jambi, Sumatera.

21 Januari 2016

opini musri nauli : ‘MENYARING” INFORMASI PENTING



Akhir-akhir ini kita disuguhi berbagai informasi yang berseliweran dalam melihat sebuah peristiwa. Informasi yang disampaikan bertujuan untuk memperkaya bacaan kita sehingga kita bisa melihat lebih utuh (komprehensif), lebih lengkap dan menambah pemahaman. Namun disisi lain, berbagai informasi yang dibaca haruslah telah melewati berbagai “keakuratan” data, saling kroscek, mudah diverifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan. Penyampaikan informasi yang telah melewati berbagai prasyarat dapat dikategorikan sebagai informasi sesat, penyebar informasi yang keliru dan tentu saja bertujuan untuk “mempengaruhi public” demi melindungi kepentingan “sesuatu, mengalihkan informasi dan tentu saja bertujuan “memperkeruh” keadaan. Selain daripada itu, informasi itu dapat dikategorikan sebagai “sampah” yang tidak hanya dibuang tapi dihapuskan dari data di computer (recycle bin).

18 Januari 2016

opini musri nauli : FH DAN KPK


Belum usai berita “bom” Thamrin, kita disuguhkan “perdebatan”  Fahri Hamzah (FH) ketika tim penyidik KPK melakukan “penggeledahan” ruang Fraksi PKS. FH “keberatan” terhadap upaya paksa penggeledahan tim penyidik yang disertai dengan Tim Brimob Polri didalam melakukan pengawalan.

17 Januari 2016

opini musri nauli : Generasi Baru "Inspektur Vijay"


Melihat sepak terjang KOMBES Krishna Mukti (Dirkrimum Polda Metro Jaya), AKBP Dedi Tabrani (Kapolsek Menteng) dan AKBP Untung Sangaji (Pamen Pusdik Polair) mengingatkan adegan film laga Hollywood. Pertempuran gerilya di kota antara Polisi dengan “gengster” penguasa narkoba yang menembaki membabi buta ke arah kerumuman massa. Dalam adegan “Bad boys” yang kemudian membuat pemeran Detektif Mike Lowrey (Will Smith) dan Detektif Marcus Burnett (Martin Lawrence) menjadi Home Box Office dan meraih platinum. Film bahkan melahirkan seri sekuel tahun 2003.

12 Januari 2016

opini musri nauli : JOHAN BUDI DAN ISTANA


Mendapatkan kabar dari Istana tentang pengangkatan Johan Budi sebagai Jurubicara istana mengingatkan saya dengan tulisan setahun yang lalu, ADU STRATEGI JOHAN BUDI DAN BOY AMAR. 

Tulisan setahun lalu ditujukan terhadap kedua orang sebagai jurubicara dari kedua lembaga yang sedang hot-hotnya (Johan Budi/KPK dan Boy Amar/Mabes Polri) bertikai. 

Persetuan KPK vs Polri setelah penetapan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK. Terlepas dari polemic, kedua peran sentral memang tidak bisa dipisahkan dari keduanya. Keduanya “sedikit adem” meladeni wartawan sehingga konflik KPK vs Polri kemudian berhasil dilewati.

05 Januari 2016

Al Haris minta SAD Peluk Agama Islam. Musri Nauli : Jangan Ada paksaan





Bupati Merangin Propinsi Jambi, Al Haris, meminta Kementerian Agama (Kemeneg) Kabupaten setempat agar mengagamakan warga Suku Anak dalam. Dengan beragama, Al Haris berharap SAD bisa berbaur dan hidup berdampingan dengan warga Desa.

Atas permintaa ini, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Merangin, Zostavia, menyatakan sangat mendukung keinginan Bupati. Dia berjanji akan melakukan  pembinaan beragama kepada warga SAD di wilayahnya.

opini musri nauli : MEDIA MAINSTREAM DAN CITIZEN JURNALISM


Memasuki awal tahun, kita menyaksikan ditutupnya Sinar Harapan, salah satu media yang menghiasi bacaan public sejak tahun 1961. Sinar Harapan tidak mampu lagi “bersaing” dengan media massa lainnya sehingga tidak berhasil mendapatkan iklan dan oplah untuk menutupi biaya produksi. Sinar Harapan mengikuti jejak harian Bola (31 Oktober 2015) dan soccer yang tutup tahun 2014.


Di media internasional, majalah Newsweek tutup tahun 2012 setelah terbit selama 80 tahun lebih. Newsweek kemudian beralih ke online. 

Bahkan The Washington Post, harus dijual karena masalah finansial. Padahal The Washington Post melalui investigasinya oleh Ben Bradlee, terkenal membongkar skandal Watergate sehingga menggulingkan Presiden Richard Nixon. Hasil investigasi kemudian The Washington Post meraih Hadiah Pulitzer pada 1974.

Penutupan media cetak yang handal puluhan tetap menarik perhatian public. “Berkuasanya” media electronic dan semakin massifnya media online ternyata “membuat’ media cetak mulai berfikir untuk “bertahan”. Dengan kemajuan teknologi, berbagai berita mudah diakses dengan satu kali “klik”. Kecepatan, keakuratan hingga kemudahan akses mendapatkan berita, membuat media cetak kemudian harus “ikut” dalam pertarungan media online.

Media online kemudian didatangi pemain baru. Citizen journalism.

Namun sebagai pemain baru, citizen journalism membuat kehadirannya “cukup diperhitungkan. Dengan melaporkan peristiwa “langsung” dari lapangan, memotret lebih dalam, reportase warga, hingga “rasa” peristiwa dari lapangan membuat citizen journalism menjadi pemain yang cukup diperhitungkan. Belum lagi berbagai media cetak dan elektronik yang menyiapkan kolom “citizen journalism” membuat media mainstream memperhitungkannya.

Berbeda dengan laporan jurnalistik oleh jurnalis, citizen journalism membuat berita lebih renyah, ringan namun tetap dalam dari laporan lapangan. Dengan “hati’ dan kedalaman reportase, citizen journalism membuat tulisan menjadi “bernyawa” dan membumi. Pembaca “seakan-akan” berada di lokasi, merasakan “suasana” tulisan, emosi yang terbangun membuat tulisan “tidak berjarak” dengan reportase. Belum lagi kekaguman pembaca dengan “relawan” citizen journalism yang “menulis” tanpa mengharapkan pamrih, menyediakan waktu, menggunakan fasilitas sederhana namun tetap menggigit.

Tentu kita masih ingat ketika terjadi Tsunami di Aceh ahun 2004 dari hasil ‘shooting’ dari seorang warga yang meliput datangnya tsunami dan masuk ke kota. Dari kejauhan (shooting di teras lantai dua), setiap detail datangnya air laut dengan jelas dipaparkan oleh hasil shooting. Hasil reportase kemudian”mengalahkan” media nasional dan kemudian menjadi berita yang paling heboh dan masyarakat melihat “betapa dahsyatnya” tsunami di Aceh. Atas reportase, maka rakyat Indonesia kemudian “bersatu padu” memberikan dukungan terhadap korban di Aceh.

Begitu juga “penangkapan” Susno Duaji dibandara yang berhasil “direkam” oleh warga dan kemudian dimuat di salah satu televisi nasional. Direkamnya proses penangkapan Susno Duaji di televisi menjadi headline dan mengalahkan televisi yang lain.

Belum lagi berbagai liputan “langsung” dari warga berbagai musibah seperti pesawat jatuh, control public terhadap berbagai pelayanan hingga berbagai peristiwa lucu yang terjadi di tengah masyarakat.

Dengan semakin “pentingnya” kehadiran citizen journalism, hampir setiap media mainstream membuat acara khusus untuk menarik minat penonton. Ratingnya cukup baik.

Kehadiran “citizen journalism” tidak bisa dihindarkan sebagai bentuk “pelibatan” public dalam setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Media mainstream tidak bisa mengabaikannya. Bahkan media mainstream harus memperhitungkan kehadiran di tengah semakin baiknya dukungan dari public untuk “terlibat” dalam peristiwa dan semakin banyaknya ditutup media cetak.

Zaman sudah berubah. Era digital “memakan korban’. Era digital membuat “dunia dalam genggaman.

Siapa yang mampu membaca tanda-tanda zaman maka akan bertahan. Sedangkan yang masih bersikap konservatif dan “mencibir” kehadiran citizen journalism akan “terlindas” oleh putaran zaman.

04 Januari 2016

opini musri nauli : Mengapa ke Gunung ?


Itu pertanyaan yang selalu disampaikan mulai dari kuliah (waktu kuliah sering mendaki gunung) hingga sekarang.

Berbeda dengan keluarga besar lainnya yang menghabiskan waktu menyambut tahun baru di pesta keramaian lengkap dengna mercon, petasan, kembang api hingga berbagai acara kesenian dan makanan kebun (barbeque), saya memutuskan menghabiskan tahun baru di Gunung. Syukur2 menyambut tahun baru di puncak gunung bersama-sama dengan teman-teman yang rela menempuh perjalanan panjang di gunung.

opini musri nauli : Siapa Direktur Walhi 2016 - 2020 ? (Pernik-pernik menjelang PNLH)

Menjelang Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH-Kongres Walhi), suasana hiruk pikuk menjelang PNLH mulai memantik pertarungan siapa yang menjadi Direktur Eksekutif Walhi 2016-2020. Dari nama yang beredar yang sudah mendaftar, Nurhidayati (yaya), Pius Ginting (Pius) dan Arie Rompas (Rio). Ketiganya sudah mendeklarasikan untuk bertarung menjadi “Walhi satu”. Sebuah sign dan penamaan untuk Direktur Walhi.