Akhir-akhir ini kita disuguhi berbagai informasi
yang berseliweran dalam melihat sebuah peristiwa. Informasi yang disampaikan
bertujuan untuk memperkaya bacaan kita sehingga kita bisa melihat lebih utuh
(komprehensif), lebih lengkap dan menambah pemahaman. Namun disisi lain,
berbagai informasi yang dibaca haruslah telah melewati berbagai “keakuratan”
data, saling kroscek, mudah diverifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penyampaikan informasi yang telah melewati berbagai prasyarat dapat
dikategorikan sebagai informasi sesat, penyebar informasi yang keliru dan tentu
saja bertujuan untuk “mempengaruhi public” demi melindungi kepentingan “sesuatu,
mengalihkan informasi dan tentu saja bertujuan “memperkeruh” keadaan. Selain
daripada itu, informasi itu dapat dikategorikan sebagai “sampah” yang tidak
hanya dibuang tapi dihapuskan dari data di computer (recycle bin).
Untuk menentukan informasi yang penting maka
diperlukan upaya sederhana menentukannya. Upaya sederhana diperlukan sebagai
bahan untuk membaca informasi dapat dikategorikan “penting” atau sampah. Selain
itu juga tidak menghabiskan waktu dengan membaca ‘sampah” yang kemudian
dipermalukan dari membaca informasi dari tempat sampah.
Sebelum membaca lebih lengkap, pastikan sang
pemberi kabar dapat dipercaya. Membuka web atau blogger harus web atau blogger
“dipercayai”. Tidak usah membuka situs-situs abal-abal, mengutip
sepotong-potong, tidak jelas tanggungjawab dari situs, situsnya sudah terbukti
melakukan “kekeliruan” namun tidak pernah meminta maaf dan melakukan
klarifikasi.
Sang penulis diketahui “keahliannya”, kejujurannya,
keterbukaan, dapat dipercaya dan kredibel membicarakan tema yang dibicarakan.
Membicarakan tema agama, kita harus mengetahui
apakah sang penulis mempunyai literature yang cukup, dipercaya dan
mengedepankan “toleransi”, menghargai pluralism dan keteladanan. Ajakan
“menghasut”, memfitnah, menyebabkan kabar bohong lebih baik tidak perlu dibaca.
Selain karena “menghabiskan” waktu membaca “sampah” juga akan menimbulkan
perpecahan, intrik, fitnah yang mengganggu persahabatan.
Selanjutnya terhadap informasi yang “memerlukan”
verifikasi, simpang siur informasi, “kesesatan” informasi, informasi yang
sepenggal-penggal, sebaiknya jangan disebarkan dahulu (dishare). Selain
menimbulkan masalah dan berhadapan dengan hukum, juga akan menimbulkan fitnah yang
justru “memperkeruh” keadaan.
Sebaiknya tunggu penjelasan resmi dari instansi
resmi. Kita berharap penjelasan resmi diharapkan dapat menjelaskan “keadaan”
yang sebenarnya.
Atau kita dengarkan dari organisasi yang “kredibel”
yang selama ini cukup aktif bersuara tentang kebenaran. Kontras salah satu
lembaga yang melakukan “investigasi” dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk mengukur sebuah informasi penting, kedepankan
“kebenaran” dan hati nurani. Setiap peristiwa adalah fakta yang tidak
terbantahkan. Merekayasa sebuah peristiwa akan berdampak kepada pribadi yang
mencoba merekayasa.
Dan kredibel lembaga dipertaruhkan terhadap “kevalidan”
sebuah informasi.
Jadi. Mari kita melihat segala sesuatu lebih
obyektif.