11 Maret 2016

opini musri nauli : GAYA PILKADA MASA KINI



Dunia terus berproses, berputar dan mengelilingi waktu. Meninggalkan mimpi dan harapan yang tidak terpenuhi.

Pilkada Jakarta memasuki era baru. Era anak muda di tangan Teman Ahok. Komunitas relawan yang menggagas dan “mendesak” Ahok maju dari calon perseorangan. Inisiatif anak muda yang kemudian menyentak petinggi negeri.
Ya. Jakarta sudah memasuki era “digita”. Suara diam “mampu” menumbangkan sekat politik kaku struktur partai. Menumbangkan “instruksi” partai yang dikuasai “segelintir” orang.

Tema politik kemudian menemukan hiruk pikuk di Pilkada Jakarta. Anak muda kembali “menaruhkan” harapan di pundak Ahok. Ya. Ahok yang sadar kemudian menjadikan “digital” sebagai bagian dari kampanye. Ahok telah melihat “betapa” canggihnya kekuatan relawan “memenangkan” Jokowi-Ahok di Pilkada Jakarta 2012 dan relawan Jokowi di Pilpres. Ahok kemudian menempatkan “teman ahok” sebagai starting tarung memasuki Pilkada Jakarta.

Namun tidak ada yang baru. Kemenangan Barack Obama dua periode, tumbangnya Soeharto, aksi besar-besaran di Hongkong bukanlah “didesain” canggih ala partai modern. Mereka mengemas dengan gaya terkini.

Masih ingat dengan Adian Napitupulu yang memimpin Forkot, sebuah gerakan “ekstra” kampus diluar organisasi Cipayung. Forkot kemudian menjadi momok yang paling menakutkan dalam setiap aksi-aksi menjelang kejatuhan Soeharto.

Mereka “dididik” tidak mainstream kampus. Bukan aktivis kampus yang “sibuk belajar politik” di kampus. Mereka “bergabung” dengan tukang becak, bergabung dengan berbagai aksi menentang kebijakan Negara. Sejarah kemudian mencatat, cara demonstran ala anak muda tahun 98-an mampu menggetarkan sehingga Soeharto tidak ada pilihan selain turun.

Atau siapa yang tidak kenal dengan Joshua Wong (17), remaja bertubuh kurus dan berkacamata tebal ini adalah salah satu aktivis politik disebut ekstremis oleh Pemerintah Tiongkok. Jangan bayangkan wajahnya yang terkenal “baby face”, hobi nonton kartun namun mampu memimpin ribuan demonstran “menolak” Tiongkok. Joshua bahkan sama berpengaruhnya dengan gerakan mahasiswa saat terjadi peristiwa Tiananmen tahun 1989.

Adian Napitupulu, Joshua Wong dan Teman Ahok “membagikan” issu politik terkini dengan khas anak muda. Dengan entertainment. Dengan canda anak muda. Dengan sytle anak muda yang tidak perlu “rumit” memahami politik. Mereka menjadikan politik sebagai bahan “belajar”, menyebarkan gagasan dengan model “multi level marketing”, membangun both, pameran, menggedor “suara diam”, bergandengan tangan “menyebar” brosur” sembari menikmati music trendi.

Teman Ahok, Adian Napitupulu, Joshua Wong adalah generasi masa kini. Yang memotret “perlawanan” dengan gaya terkini. Memahami “pikiran” anak muda sehingga “bergerak”. Mereka adalah potret yang mampu “merekam” ketidakadilan dan mengemas menjadi “bergerak”. Mereka terus “Bersuara” sembari menikmati masa muda dengan gayanya masing-masing.

Adian Napitupulu, Joshua Wong telah diukir sejarah sebagai “symbol” perlawanan. Tinggal sejarah kemudian mencatat. Teman Ahok mampu “memenangkan” Jakarta.

Pilkada Jakarta menawarkan “model” baru. Membicarakan Politik membicarakan hidup sekitar kita. Dan Pilkada Jakarta memasuki masa baru. Masa depan adalah milik mereka.