Dunia
terus berproses, berputar dan mengelilingi waktu. Meninggalkan mimpi dan
harapan yang tidak terpenuhi.
Pilkada
Jakarta memasuki era baru. Era anak muda di tangan Teman Ahok. Komunitas
relawan yang menggagas dan “mendesak” Ahok maju dari calon perseorangan.
Inisiatif anak muda yang kemudian menyentak petinggi negeri.
Ya.
Jakarta sudah memasuki era “digita”. Suara diam “mampu” menumbangkan sekat
politik kaku struktur partai. Menumbangkan “instruksi” partai yang dikuasai
“segelintir” orang.
Tema
politik kemudian menemukan hiruk pikuk di Pilkada Jakarta. Anak muda kembali
“menaruhkan” harapan di pundak Ahok. Ya. Ahok yang sadar kemudian menjadikan
“digital” sebagai bagian dari kampanye. Ahok telah melihat “betapa” canggihnya
kekuatan relawan “memenangkan” Jokowi-Ahok di Pilkada Jakarta 2012 dan relawan
Jokowi di Pilpres. Ahok kemudian menempatkan “teman ahok” sebagai starting
tarung memasuki Pilkada Jakarta.
Namun
tidak ada yang baru. Kemenangan Barack Obama dua periode, tumbangnya Soeharto,
aksi besar-besaran di Hongkong bukanlah “didesain” canggih ala partai modern.
Mereka mengemas dengan gaya terkini.
Masih
ingat dengan Adian Napitupulu yang memimpin Forkot, sebuah gerakan “ekstra”
kampus diluar organisasi Cipayung. Forkot kemudian menjadi momok yang paling
menakutkan dalam setiap aksi-aksi menjelang kejatuhan Soeharto.
Mereka
“dididik” tidak mainstream kampus. Bukan aktivis kampus yang “sibuk belajar
politik” di kampus. Mereka “bergabung” dengan tukang becak, bergabung dengan
berbagai aksi menentang kebijakan Negara. Sejarah kemudian mencatat, cara
demonstran ala anak muda tahun 98-an mampu menggetarkan sehingga Soeharto tidak
ada pilihan selain turun.
Atau
siapa yang tidak kenal dengan Joshua
Wong (17), remaja bertubuh kurus dan berkacamata tebal ini adalah salah satu
aktivis politik disebut ekstremis oleh Pemerintah Tiongkok. Jangan bayangkan
wajahnya yang terkenal “baby face”, hobi nonton kartun namun mampu memimpin
ribuan demonstran “menolak” Tiongkok. Joshua bahkan sama berpengaruhnya dengan
gerakan mahasiswa saat terjadi peristiwa Tiananmen tahun 1989.
Adian Napitupulu, Joshua Wong
dan Teman Ahok “membagikan” issu politik terkini dengan khas anak muda. Dengan
entertainment. Dengan canda anak muda. Dengan sytle anak muda yang tidak perlu
“rumit” memahami politik. Mereka menjadikan politik sebagai bahan “belajar”,
menyebarkan gagasan dengan model “multi level marketing”, membangun both,
pameran, menggedor “suara diam”, bergandengan tangan “menyebar” brosur” sembari
menikmati music trendi.
Teman
Ahok, Adian Napitupulu, Joshua Wong adalah generasi masa kini. Yang memotret
“perlawanan” dengan gaya terkini. Memahami “pikiran” anak muda sehingga
“bergerak”. Mereka adalah potret yang mampu “merekam” ketidakadilan dan
mengemas menjadi “bergerak”. Mereka terus “Bersuara” sembari menikmati masa
muda dengan gayanya masing-masing.
Adian
Napitupulu, Joshua Wong telah diukir sejarah sebagai “symbol” perlawanan.
Tinggal sejarah kemudian mencatat. Teman Ahok mampu “memenangkan” Jakarta.
Pilkada
Jakarta menawarkan “model” baru. Membicarakan Politik membicarakan hidup sekitar
kita. Dan Pilkada Jakarta memasuki masa baru. Masa depan adalah milik mereka.