Melihat
sepak terjang KOMBES Krishna Mukti (Dirkrimum Polda Metro Jaya), AKBP Dedi
Tabrani (Kapolsek Menteng) dan AKBP Untung Sangaji (Pamen Pusdik Polair)
mengingatkan adegan film laga Hollywood. Pertempuran gerilya di kota antara
Polisi dengan “gengster” penguasa narkoba yang menembaki membabi buta ke arah
kerumuman massa. Dalam adegan “Bad boys” yang kemudian membuat pemeran Detektif
Mike Lowrey (Will Smith) dan Detektif Marcus Burnett (Martin Lawrence) menjadi
Home Box Office dan meraih platinum. Film bahkan melahirkan seri sekuel tahun
2003.
Atau
Generasi sebelumnya lebih mengenal “Inspektur Vijay’, Detektif Polisi yang
memberantas kejahatan di Bombay. Inspektur Vijay telah melambungkan Amitabh
Bachchan dalam 5 tokoh Inspektur Vijay dalam film Zanjeer, Deewar, Hera Pheri,
Trishul, Don dan Shahenshah. Amitabh Bachchan kemudian menjadi legenda menjadi
aktor yang paling dikenang sepanjang massa dari Bollywood.
Dengan
berpakain “necis” terbaru, model terkini, gaya anak muda “membuat citra polisi
sebagai wujud yang “sangar” kemudian terpinggirkan. Ketiganya tetap trendy gaya
anak muda masa kini yang “gaul” sambil otak-atik “blogger”, bikin status di FB,
twitter dan path yang menjadi “ikon” gaya masa kini.
Walaupun
sudah memegang pangkat yang cukup tinggi (di daerah dengan pangkat AKBP apalagi
Kombes sudah dipastikan duduk nyaman di ruang sofa yang nyaman) dan jabatan
sudah mentereng (Direktur dan Kepala Satuan Polisi), namun fisik mereka tetap
terjaga. Ditunjang dengan badan yang tetap atletis, berlari mengitari dan
mengejar teroris membuktikan mereka cukup “rajin berolahraga”. Ditambah wajah
yang cukup ganteng sehingga membuat kekaguman terhadap pemberantasan terorisme
menjadi berita yang cukup “fresh”. Berita terorisme tidak “direcoki” dengan
umbar wajah korban, darah berceceran ataupun bau bom meledak. Tidak salah
kemudian, impian masyarakat Polisi masa depan telah hadir.
Ya.
Kebutuhan polisi sebagai pelindung dan pengayoman masyarakat tidak Cuma “sekedar
slogan”. Polri sebagai organisasi keamanan “mengalami” reformasi dan menikmati
masa indah reformasi. Lahirnya UU No. 2 Tahun 2002 dan meletakkan Polisi
sebagai alat keamanan kemudian mengalami berbagai ujian yang panjang.
Tradisi
militerisme yang “diajarkan” di pendidikan di Kepolisian “Sulit” untuk dihilangkan.
Bahkan Prof. Soetandyo Wignjosoebroto pernah mengungkapkan, diperlukan satu
generasi untuk menghilangkan tradisi militerisme dan mengembalikan fungsi
kepolisian di kurikulum kepolisian. Dengan menghitung rentang waktu UU No. 2
Tahun 2002, maka diletakkan fungsi kepolisian diperlukan waktu minimal 10 tahun
untuk melihat hasil efektif pola pendidikan.
Belum
lagi materi HAM, penegakkan hukum yang mengedepankan hukum dan keadilan,
berdiri di atas kepentingan publik dan menghindarkan “pola kekerasan” dalam
setiap proses upaya paksa. Bahkan dibukanya akses transparansi dan mekanisme
pertanggungjawaban (akuntabilitas) membuat polisi cukup mengikuti perkembangan
dan terus berbenah.
Waktu
kemudian berjalan. Pelan tapi pasti. Setiap upaya reformasi mengalami
keberhasilan.
Generasi
satu berganti dengan generasi lainnya. Buah reformasi mulai menikmati hasilnya.
Lahirnya
generasi Krishna Mukti,Dedi Tabrani,Untung Sangaji “mewakili” generasi “anak
muda” yang mulai memegang posisi kunci di Kepolisian. Dengan gaya trendy,
mengedepankan “humanisme”, kongkow-kongkow di tempat masyarakat banyak, bergaul
dan luwes dengan masyarakat namun tetap tegas terhadap kejahatan selain
memberikan harapan kepada masyarakat juga memberikan rasa aman kepada publik.
Rasa
yang sempat “hilang” disaat berbagai tayangan berita akibat “oknum” yang
petantang-petenteng bawa pistol “menakuti masyarakat”. Atau sibuk
Cuma ungkapkan
kasus “moral” prostitusi online.
Mari
kita jaga Polri dengan asanya. Mari kita bentengi Polri dari masa lalu yang
kelam. Mari kita tutupi dan teriakin ramai-ramai cara-cara lama yang membuat
Polri dimusuhi rakyat.
Selamat
datang generasi baru Polri.
Dimuat di Jambiaktual, 17 Januari 2016.
http://jambiaktual.com/generasi_baru_inspektur_vijay_berita292.html
http://jambiaktual.com/generasi_baru_inspektur_vijay_berita292.html