Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
23 Maret 2017
opini musri nauli : BU PATMI – MELAWAN DENGAN DIAM
opini musri nauli : Guru dan Guru Besar
20 Maret 2017
opini musri nauli : Pandangan Hukum Tentang Perda No. 2 Tahun 2016
19 Maret 2017
opini musri nauli : Cerita sang Burung
"Wahai, sang kura-kura.. Aku mohon maaf kepadamu.. Beberapa pagi tidak sempat menemuimu. Perjalananku yang jauh tidak sempat pulang ke sarangku" Pinta sang burung..
18 Maret 2017
opini musri nauli : Hujan di Pagi Hari
"Wahai, sang burung.. Daku minta maaf kepadamu.. Beberapa pagi tidak sempat menemuimu.. Hujan mengguyur pohon tempat sarangku.
Aku tidak bisa keluar sarang.. Belum lagi dingin menerpa.. Tapi percayalah, engkau kura-kura.. Aku selalu ingat akan janjiku.. Namun kuasaku yang tidak bisa dan menghalangiku keluar dari sarang" cerita sang burung..
opini musri nauli : BAHASA ORANG
17 Maret 2017
opini musri nauli : KENDENG DAN IBU BUMI
15 Maret 2017
opini musri nauli : Cerita Kura-kura di Pagi Hari
"Wahai, sang burung. Maukah engkau mendengarkan ceritaku ? Sambut sang kura-kura sedih..
"Ada apa, kura-kura.. Senang sekali aku mau mendengarkan ceritamu.. Tapi mengapa engkau bersedih ? Tanya sang burung sambil hinggap di ranting dekat kura-kura mulai bercerita..
14 Maret 2017
opini musri nauli : Cerita Pagi Sang Burung
Belum sempat sang burung hinggap di ranting kecil, tempat bersandar setiap pagi, berteriaklah sang kura-kura..
"Wahai, sang burung.. Lanjutkan cerita tentang air sungai yang engau ceritakan kemarin pagi", Ujar sang Kura-kura penasaran..
13 Maret 2017
opini musri nauli : BENCANA ALAM DAN PERADABAN
opini musri nauli : Pagi Hari Cerita Sang Burung
"Wahai, Sang burung.. Cerita apa hendak kau sampaikan pagi ini", sambut sang kura-kuran senang. Burung datang setiap pagi hari sembari bercerita kepada kura-kura..
11 Maret 2017
opini musri nauli : Cerita Pagi Sang Burung
"Kura-kura.. Maafkan aku yang tidak datang kemarin pagi. Hari hujan mengguyur tempatku.. beranjak bangun. Jerami hangat tubuhku membuatku malas keluar dari sarang. Siang hari barulah Mentari menampakkan wajahnya", Pinta sang burung sebelum kura-kura bertanya...
09 Maret 2017
opini musri nauli : Cerita Sang Burung
"Wahai, kura-kura.. aku datang" Teriak sang burung dari kejauhan..
"Ahai. Aku tahu engkau akan datang'. Sambut sang kura-kura gembira..
08 Maret 2017
opini musri nauli : HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL
opini musri nauli : Cerita Sang Burung
"Wahai sang burung. Mengapa engkau kemarin tidak datang.. Aku sudah lama menunggu kabar dirimu", teriak kura-kura sambil menunjukkan wajah kecewanya..
"Ahai, Kura-kura.. Di tempatku hujan lebat sekali.. Paruhku tidak dapat melewati hujan.. Aku mohon maaf. Tidak bisa bercerita kepadamu.. " Pinta sang Burung.
07 Maret 2017
PERANG CANDU ALA DUNIA
opini musri nauli : Sedih Kura-kura di Pagi Hari
Sudah berapa lama kura-kura menunggu kedatangan sang burung. Dengan sabar sang kura-kura terus menunggu cerita dari sang burung. Tapi Burung yang ditunggu tidak datang..
06 Maret 2017
opini musri nauli : KURA-KURA DAN BURUNG
Setelah menempuh perjalanan panjang, hinggaplah burung di sebuah pohon. Terdengar sayup-sayup suara memanggil..
“Hai burung, mengapa engkau hinggap di pohon. Turunlah kesini. Mari kuceritakan kepadamu tentang dunia.
05 Maret 2017
opini musri nauli : Majapahit Minangkabau
02 Maret 2017
opini musri nauli : 4 TAHUN BELAJAR LINGKUNGAN
01 Maret 2017
opini musri nauli : RUDIANSYAH YANG KUKENAL
27 Februari 2017
opini musri nauli : TUGAS MAS GIE
22 Februari 2017
opini musri nauli : Marga dan Perkembangannya
21 Februari 2017
opini musri nauli : Dr Helmi – Akademisi Tulen dari Kampus
19 Februari 2017
opini musri nauli : Marga Sumay
opini musri nauli : Jambi dan Sungai
16 Februari 2017
14 Februari 2017
opini musri nauli : MENELISIK KURSI GUBERNUR JAKARTA
12 Februari 2017
Sungai Yang Dikhianati Daratan
Perkebunan sawit, bangunan-bagunan hingga pertambangan merusaknya. Pendangkalan dan kualitas air sungai menjadi masalah. Adalah Musri Nauli, aktivis lingkungan dari Walhi membuat catatannya selama berkeliling di desa-desa di Jambi. Catatan pentingnya adalah empat taman nasional di Jambi punya peran penting menyumbang air ke Sungai Batanghari.
Dia mengatakan menurunnya kondisi taman nasional akan menyebabkan turunnya juga debit dan kualitas air Sungai Batanghari. Selain itu dia mengatakan sungai bagi masyarakat Jambi menjadi penanda. Seperti untuk penamaan tempat.
“Seperti Sungai Jernih, Sungai Keruh, Sungai Bungur Sungai Bertam dan sebagainya,” kata Nauli, pada Senin (20/2) dalam diskusi buku Sungai dan Sejarah Sumatra Yang ditulis akademisi Unand, Gusti Asnan.
Selain penanda, masyarakat Jambi, kata Nauli sangat menghormati sungai. Bagaimana hulu sungai tidak diboleh dibuka, disebut dengan kepala sauk. “Lalu untuk penunjuk arah masyarakat Jambi kan tidak tahu mana mata angin. Maka mereka menggunakan patokan matahari hidup yang mewakili timur dan matahari mati mewakili barat.
“Matahari hidup ditandai dengan adanya ikan-ikan seperti gabus dan toman. Sedangkan matahari mati ada tandanya ikan semah,” ungkapnya.
Lalu Ramli, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi yang jadi pembicara mengatakan ada dua warisan yang disisakan dari peradaban sungai di Jambi. Yaitu bangunan sakral seperti candi, menhir dan semacamnya. Serta benda profa seperti untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, misalnya tranportasi, rumah dan sebagainya. Dia kemudian bertanya, mengapa Sungai Batanghari atau Situs Percandian Muarjambi menjadi penting. Ia menjawab sendiri pertanyaan itu. Bahwa ada kajian di Jambi ada perdagangan merica, sirih, damar hingga emas. Kata Ramli ini adalah hasil penelitian soal pelabuhan-pelabuhan kuno di Indonesia.
Dedi Arman yang merupakan peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau bilang belum banyak riset yang fokus soal sungai. “Nyaris belum ada yang membahas soal sejarah sungai,” imbuhnya.
Ujang Hariadi, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi mengatakan pihaknya sempat memiliki riset soal pola pemukiman di pinggir sungai. “Pola pemukiman itu ikut ke arah sungai, sejajar sungai. Tapi itu belum tuntas, belum ada kesimpulan,” kata Ujang.
Wenny, salah satu dosen STISIP NH, tempat diskusi diadakan, mengatakan sebuah cerita saat pihaknya mengadakan Rural Community Development Desember 2016 lalu. Dia mendapat cerita dari masyarakat bagaimana sungai sudah terdegradasi.
“Ketika mereka bercerita sungguh menyakitkan bagaimana sungai dikhianati oleh daratan,” kata Wenny.
Dia menambahkan sejak 90-an banyak illegal loging, perkebunan hingga pertambangan. Sungai yang awalnya jadi pusat kehidupan terkena pencemaran. Saat ini Sungai Batanghari tidak bisa dibuat minum, apalagi mandi. “Ada juga cerita-cerita warga yang mencari saudaranya mengikuti alur sungai,” katanya.
Nukman, salah seorang peserta kemudian berbisik kalau batang itu sendiri artinya sungai yang besar. “Kalau di Kerinci nggak pakai sungai lagi,” ungkapnya terkekeh.
Jumardi Putra selaku moderator dari Jurnal Seloko berseloroh tentang penggunaan kata Batanghari. “Lah penggunaan nama Batanghari saja belum konsisten, apakah batang dengan hari digabung atau dipisah,” katanya sembari disambut tawa kecil peserta diskusi di salah satu kelas STISIP Nurdin Hamzah bilangan Sipin ini. (tribunjambi)
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2017/02/22/sungai-yang-dikhianati-daratan/