08 Maret 2017

opini musri nauli : Cerita Sang Burung

"Wahai sang burung. Mengapa engkau kemarin tidak datang.. Aku sudah lama menunggu kabar dirimu", teriak kura-kura sambil menunjukkan wajah kecewanya.. 


"Ahai, Kura-kura.. Di tempatku hujan lebat sekali.. Paruhku tidak dapat melewati hujan.. Aku mohon maaf. Tidak bisa bercerita kepadamu.. " Pinta sang Burung. 

"Hmm. Baiklah.. Aku tidak memarahimu.. Maafkan aku sudah curiga padamu.. Karena janjimu yang tidak kau tunaikan. ". Harap sang Kurang-kura.. 


"Baiklah cerita apa yang hendak kau ceritakan", lanjut sang kura-kura menyimak. Matanya tidak berkedip memandang sang burung. 


"Kemarin aku berjalan mengitari kota. Ada banyak manusia disana. Menurut leluhurku. Manusia sangat kejam. Bisa bersembunyi mengintaiku. Bahkan manusia tahu dimana aku bersarang", ujar sang burung sedih.


"Oh. Kata leluluhurku juga begitu. Manusia sering mengintai sarangku. Entah berapa kali telur kura-kura diambil. Bahkan beberapa saudaraku kemudian masuk perangkap. Kasihan sekali. Suaranya meronta-ronta.


Aku tidak kuasa menolongny", sambung sang kura-kura. 


"Bukankah manusia diciptakan sang dewa untuk menjaga isi alam raya ? Tanya sang kura-kura.. 


"Tapi tenang, sahabatku. Tidak semua kota yang manusianya seperti itu. Di kota lain, bahkan sang burung bisa memakan makanan dari tangan manusia. Aku sering kesana melihatnya", cerita sang burung. 


"Oya, Ahai. Begitu mulia sang manusia.. nanti kau sampaikan salam bahagia dariku. Begitu mulia sang pencipta yang memberikan rasa cinta kepada manusia", sorak sang kura-kura. 


"Nah. sudah cukup ceritaku hari ini.. Aku hendak terbang. Besok kuceritakan yang berbeda untukmu", kata sang burung sambil mengepakkan sayapnya.