23 Juni 2014

opini musri nauli : Kita Bikin Rame. Yes !!!


Dalam debat Capres 2014 memasuki putaran ketiga, saya tidak perlu menjelaskan pandangan umum terhadap materi dan gaya berdebat. Termasuk kostum dan tuduhan “kepe'an”. Semuanya sudah basi dan kayak kaset yang diputar berulang-ulang. Biarlah siapa yang mau membahasnya. Silahkan.


Namun kalimat “Kita bikin rame” menarik perhatian dan menjadi renungan panjang untuk menjawab pertanyaan.
Dari sudut semantik, penggunaan kata “kita bikin rame” memberikan pesan (sign). Jokowi menjawab tegas pernyataan “sikap” yang hendak diambil Jokowi apabila adanya negara-negara yang “iseng-iseng” menguji Jokowi. Jokowi menjawab tegas terhadap kedaulatan negara terhadap negara yang hendak mencaplok Indonesia.

Sign ini sekaligus “mematahkan” pandangan yang sengaja dihembuskan Jokowi yang dicitrakan sebagai “pemimpin yang klemer-klemer”. Sign ini “Sekaligus isyarat dan “gertakan” yang tidak ampun terhadap yang hendak menguji keberanian Jokowi.

Dalam kampanye yang sering disampaikan dengan bahasa yang bombastis, jawaban Jokowi mudah ditangkap dari masyarakat yang “mengaku” mengalami pendidikan tinggi dan masyarakat yang menangkap pesan dari Jokowi.

Sebagai jawaban “jenius”, Jokowi berhasil “memainkan” panggung dengan jawaban yang sederhana (tidak memerlukan penjelasan lagi dari timses), keren dan merakyat.

Jokowi berhasil membangun panggung sebagai “ranah” kampanye yang kreatif. Persis gaya anak muda didalam menangkap persoalan yang begitu rumit.

Di tangan Jokowi, kampanye menjadikan “ajang” pertukaran gagasan namun menyentak. Jokowi berhasil “menepis” tuduhan sebagai pemimpin yang “lunak” sekaligus memberikan pesan balik. Jangan coba-coba membangunkan harimau tidur.

Sebagai pemimpin di negara yang dihormati di kawasan Asia Pasifik, pesan “kita bikin” rame akan berdampak baik terhadap keamanan di kawasan Asia Pasifik itu sendiri, terganggunya ekonomi di kawasan pasar Indonesia dan tentu saja keamanan geopolitik.

Dalam hubungan diplomatik internasional, pesan ini memberikan pesan yang tegas, kuat dan tidak berkompromi terhadap kedaulatan Indonesia. Diplomatik akan membaca sebagai pesan yang karakter kuat sehingga diplomatik akan berhitung dan menghindarkan Jokowi mengeluarkan ucapan “kita bikin rame”.

Di mata kaum muda, pesan ini ditangkap sebagai jawaban cerdas dari “kerumitan” politik pilpres 2014. Pesan ini jelas dan sekaligus memberikan karakter kuat kepada Jokowi sebagai tokoh “pembaru” dari kaum muda.

Jawaban karakter anak muda sekaligus membuktikan, Jokowi bisa menangkap kerumitan politik Pilpres 2014 dan mentransformasikan dengan gaya elegan masa kini. Dengan gaya elegan yang tidak “terkungkung” dengan retorika yang bombastis, Jokowi berhasil membuat politik yang gegap gempita menjadi persoalan sederhana yang mudah ditangkap berbagai kalangan.

Kata-kata “kita bikin rame” bukanlah kata yang bermakna idiomatik. Sebuah ungkapan yang harus dijelaskan lebih lanjut dengan timses atau tim pendukung.

Kata-kata ini juga mudah ditangkap tanpa harus “memaknai” konotatif. Makna yang harus dipadankan dengan perumpamaan yang lain.

Kata-kata ini kemudian dihubungkan dengan pertanyaan dari Prabowo mengenai sikap yang hendak diambil apabila adanya ancaman dari negara luar yang hendak “mencaplok” Indonesia.

Dengan mengeluarkan kata-kata ini, publik mudah menangkap pesan dari Jokowi tanpa harus menggunakan pretensi kalimat lain untuk menafsirkannya.

Kata-kata ini tidak memerlukan makna asosiatif yang memerlukan penafsiran dari makna kiasan. Sebuah perenungan dari pendengar kabar mendengar perkataan dari Jokowi.

Dengan gestur tubuh yang tegak, kata-kata “kita bikin rame” mudah ditangkap dan sekaligus “mengklik” pertanyaan dari Prabowo. Jokowi sekaligus “mengshot” dari ruang tembak dan meraih angka 3 bola.


Sekali lagi kita ditunjukkan Pilpres yang berkualitas.