Seloko “serai” juga dikenal ditengah masyarakat Melayu Jambi. Seperti "Serumpun bak serai, seinduk bak ayam”. Ayam berinduk serai berumput”. "Ayam berinduk banyak anak, serai berumpun banyak batang”.
Seloko "Serumpun bak serai, seinduk bak ayam” merupakan ungkapan yang menggambarkan persatuan dan kesetiakawanan yang erat. Rumpun serai yang tumbuh bersama dalam satu induk mencerminkan ikatan kekerabatan yang kuat. Maknanya setara dengan tolong-menolong "bagai aur dengan tebing".
Seloko ini mengajarkan pentingnya solidaritas dan gotong royong dalam masyarakat. Setiap individu dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari keluarga besar atau komunitas. Keharmonisan dan dukungan timbal balik menjadi fondasi utama dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Seloko "Ayam berinduk serai berumput memiliki makna bahwa seseorang masih memiliki orang tua. Seloko ini mengingatkan pentingnya peran orang tua sebagai induk atau sumber kehidupan. Ungkapan ini juga bisa diartikan sebagai pengakuan terhadap asal-usul dan keberadaan seseorang yang masih memiliki akar atau sandaran dalam hidupnya yaitu orang tua
Seloko "Ayam berinduk banyak anak, serai berumpun banyak batang” digunakan untuk menyatakan keluarga besar. Seloko ini menggambarkan kondisi keluarga yang besar dan subur. Analogi "ayam berinduk banyak anak" dan "serai berumpun banyak batang" menunjukkan bahwa kekayaan sejati tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari banyaknya keturunan atau anggota keluarga yang saling terhubung dalam satu rumpun.
Selain itu juga sebagai ungkapan ungkapan seperti "sebagai ulas jari sambungan lidah dari serai dan berumpun, ayam nan berinduk yaitu sekeluarga besar" diucapkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Ungkapan ini menunjukkan bahwa mereka datang sebagai perwakilan dari keluarga besar.
Biasanya digunakan dalam peristiwa pernikahan sekaligus menunjukkan perkawinan bukan hanya menyatukan dua individu, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar.
Selain itu juga memperkuat nilai kekerabatan dan persatuan sebagai landasan dalam membina rumah tangga dan hubungan sosial.
Secara keseluruhan, "seloko serai" merupakan manifestasi dari pandangan hidup masyarakat Melayu Jambi yang menjunjung tinggi nilai persatuan, kekerabatan, dan penghormatan terhadap asal-usul.
Penggunaan metafora dari alam, seperti rumpun serai dan induk ayam, menunjukkan hubungan erat antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Dimana alam dijadikan sebagai guru dan sumber inspirasi dalam beretika dan bermoral.