02 Agustus 2025

opini musri nauli : Pendaftaran Tanah dan Hak atas tanah

 

Tanah adalah sumber daya alam yang vital dan memiliki nilai ekonomi, sosial, dan kultural yang tinggi. Kepemilikan dan pemanfaatan tanah yang teratur dan sah adalah kunci stabilitas sosial dan kemajuan ekonomi suatu bangsa.

 Di Indonesia, salah satu instrumen terpenting untuk memastikan kepastian hukum atas kepemilikan tanah adalah pendaftaran tanah. 

Pendaftaran tanah di Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat dan telah mengalami perkembangan seiring waktu. Dasar hukum utamanya adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). UUPA adalah “ibu” dari hukum agraria di Indonesia, yang mengamanatkan adanya pendaftaran tanah untuk menjamin kepastian hukum.

opini musri nauli : Nasionalisme dan Kebudayaan Indonesia

 


Mengibarkan bendera bajak laut One Piece dan fenomena di atas lapangan sepak bola adalah dua sisi koin yang sama-sama menarik untuk dianalisis. Terutama dalam konteks nasionalisme dan keindonesiaan. Memang terlihat kontradiktif, tetapi sebenarnya memiliki benang merah yang kuat.


Mengibarkan bendera One Piece bukan sekadar hobi atau gaya-gayaan. Bagi sebagian orang ini bisa menjadi bentuk pembangkangan sipil yang halus atau simbolisme modern. Bendera tersebut dengan tengkorak khasnya, melambangkan kebebasan, petualangan, dan perlawanan terhadap sistem yang dianggap opresif atau tidak adil. 

opini musri nauli : Kemarahan Para Pendiri Bangsa: Suara dari 1945 (Imajiner)

 


Di tengah gelora kemerdekaan yang baru kita rebut, di saat keringat dan darah para pejuang masih membasahi bumi pertiwi, terbersitlah kegelisahan di hati kami, para pelayan rakyat yang mengemban amanah. Bukan lelahnya perjuangan yang kami rasa, melainkan amarah yang membara, melihat kesombongan yang kini menyelimuti singgasana kekuasaan.


Mohammad Hatta: Sang Pemikir yang Tersakiti


"Saudara-saudara sekalian, hati kecil saya merintih. Tatkala kita bersusah payah merumuskan dasar-dasar negara, berlandaskan akal sehat dan moral Pancasila, kini kita disuguhi pemandangan yang memilukan. Kekuasaan, yang seyogianya menjadi alat pengabdian kepada rakyat, justru diperalat demi keangkuhan pribadi. Di mana letak kerendahan hati dan pertanggungjawaban kepada jutaan jiwa yang merindukan keadilan dan kemakmuran? Sungguh, ini adalah pengkhianatan terhadap cita-cita luhur yang telah kita tanamkan dengan susah payah."