Ketika membuka blog yang memuat berbagai tulisan awal tahun, seketika saya kemudian tersentak. Di tahun 2023 hanya memuat opini 153 tulisan. Turun drastis dari tahun 2022 yang mencapai 284 tulisan. Jangan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai hampir seribu (915 tulisan).
Tahun 2023 hanya beririsan dengan tahun 2019 (135 tulisan), tahun 2018 (166 tulisan) ataupun tahun 2017 (167 tulisan).
Namun lebih baik daripada tahun 2016 (129 tulisan), 2015 (106 tulisan), 2014 (130 tulisan) ataupun 2013 (129 tulisan).
Tidak salah kemudian tahun 2023 dapat dikategorikan sebagai tahun pemalas. Bahkan tidak tanggung-tanggung. Terakhir menulis malah 14 Desember 2023. Dengan demikian maka sejak tanggal 15 Desember praktis sama sekali tidak menulis.
Kemalasan semata-mata didasarkan “kesibukan mobilitas yang tinggi”, jadwal berbagai agenda yang menyita energi hingga mulai berkonsentrasi untuk menyelesaikan berbagai tema-tema yang hendak dijadikan buku.
Bulan Desember tahun 2023, rampung satu buku. Hukum Tanah Melayu Jambi. Dokumen yang lama tergeletak sejak 2018.
Ada juga rasa lega ditengah kegundahan “pemalas” menulis. Ada juga beban yang telah ditunaikan.
Memang Masih ada dua “tunggakkan lagi” untuk menyelesaiakan dua buku. Satu tentang Seloko yang begitu berjubel data-datanya. Namun harus tenang diselesaikan ditengah kesibukan yang “kadangkala” tidak mengenal waktu.
Seloko ini sengaja harus dituntaskan. Untuk menjawab berbagai kegelisahan penulis terhadap semakin “semrawutnya” hukum Nasional dan berbagai persoalan sosial yang terjadi sehari-hari.
Namun yang menyita pemikiran adalah begitu banyak alat bantu ilmu untuk mampu mengirisnya.
Dari pendekatan filsafat saja, begitu banyak ajaran, cara pandang, nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Dari pendekatan hermeneutika saja harus mampu diiris satu persatu. Entah dari pendekatan Semiotika struktur, sejarah hingga makna terkandung dibalik Seloko.
Selain itu harus juga menggunakan pendekatan etnografi sebagai bagian penting untuk menukik lebih dalam. Sekaligus mengirisnya lebih tajam.
Belum lagi pendekatan hukum yang mengatur norma-norma yang berkaitan tentang pengelolaan alam.
Satu lagi buku dari pendekatan etnografi. Tentu saja tidak jauh-jauh dari alam. Kalau ini sih, kayaknya Masih lama harus rampung.
Data-data yang begitu melimpah (aku cek filenya bisa mencapai 6000 file) membuat mengirisnya harus pelan-pelan. Sekaligus memerlukan waktu yang panjang.
Namun apapun ceritanya, tahun 2023 aku tetap menyebutkan sebagai “Tahun Pemalas”.
Entahlah.
Bagaimana ceritamu ?