29 Juni 2016

opini musri nauli : TULAH “BREXIT” DI PIALA EROPA 2016


Usai sudah pertandingan Inggeris dan Islandia dengan skor 2-1 dalam penyisihan 16 Besar Piala Eropa 2016. Kekalahan yang paling memalukan dalam sejarah Inggeris, meminjam istilah Gary Lineker. Kekalahan Inggeris menggenapi kegagalan demi kegagalan di Piala Eropa sebelumnya.


Secara sekilas, memang sulit membantah nama besar Inggeris di sepakbola. Olahraga yang paling popular dan berasal dari Inggeris ini, tidak lagi menempatkan Inggeris sebagai tim yang ditakuti.
Padahal Liga Inggeris, Primer Liga merupakan liga paling terbaik di dunia. Berbagai bintang bertaburan dan terus menyuplai tontontan setiap minggu di televisi.

Inggeris tidak kekurangan “stok” pemain untuk mengikuti liga Eropa. Namun Inggeris “kesulitan” mendesain pola permainan di tangan pelatih yang disegani.

Entah berapa kali, Inggeris harus “bongkar pasang” pelatih untuk meracik timnas Inggeris. Namun kekalahan demi kekalahan di moment penting membuat Inggeris “mulai dipinggirkan” dan sudah menjadi bayangan masa lalu.

Media massa sering menyebut factor utama di timnas Inggeris adalah “dirjen” yang meramu timnas dan kemudian menterjemahkan di lapangan.

Peran Ronnie sebagai “kapten” belum mampu menggerakkan sehingga timnas Inggeris “kehilangan” gairah dan tidak menampilkan performa yang mumpuni.

Namun kekalahan demi kekalahan Inggeris sebenarnya “berangkat” dari sikap angkuh dari Negara yang mengaku “mengekspor” berbagai peradaban ke berbagai dunia.

Dengan bahasa Inggeris sebagai bahasa yang mendunia, Inggeris bahkan begitu angkuh ‘sesama” Negara Eropa.

Keangkuhan ini kemudian ditunjukkan dalam referendum yang kemudian 51 % meminta Inggeris keluar dari Uni Eropa. Dengan keluarnya Inggeris (biasa dikenal Brexit – British Exit), maka Inggeris kemudian menunjukkan kepada Eropa, bagaimana Eropa tergantung dan terganggu dengna kepentingan ekonomi global. Inggeris ingin menunjukkan dominasi dan mulai “tidak nyaman” dengan dominasi German, Perancis sebagai pemain utama di Uni Eropa.

Sikap angkuh Inggeris inilah yang biasa disebut “tulah”. Didalam Kamus Besar disebutkan “tulah1/tu·lah/ n kemalangan yang disebabkan oleh kutuk, karena perbuatan yang kurang baik terhadap orang tua (orang suci dan sebagainya), atau karena perbuatan melanggar larangan; walat: ia menerima -- karena perbuatannya yang tidak baik kepada orang tuanya;

Referendum dilakukan disaat bersamaan, Inggeris sedang berjuang untuk mendapatkan tempat 8 besar di piala Eropa 2016. Hasil referendum kemudian membuat Inggeris mengalamai nasib tragis.

Kekalahan Inggeris dari Islandia “melengkapi” tulah sikap Brexit dari Uni Eropa. Inggeris kemudian “menerima” tulah sehingga kemudian Inggeris kemudian benar-benar keluar dari Eropa. Inggeris kemudian pulang kandang tanpa gelar apapun.