Usai sudah pertandingan Inggeris dan Islandia dengan
skor 2-1 dalam penyisihan 16 Besar Piala Eropa 2016. Kekalahan yang paling
memalukan dalam sejarah Inggeris, meminjam istilah Gary Lineker. Kekalahan
Inggeris menggenapi kegagalan demi kegagalan di Piala Eropa sebelumnya.
Secara sekilas, memang sulit membantah nama besar
Inggeris di sepakbola. Olahraga yang paling popular dan berasal dari Inggeris
ini, tidak lagi menempatkan Inggeris sebagai tim yang ditakuti.
Padahal Liga Inggeris, Primer Liga merupakan liga
paling terbaik di dunia. Berbagai bintang bertaburan dan terus menyuplai
tontontan setiap minggu di televisi.
Inggeris tidak kekurangan “stok” pemain untuk
mengikuti liga Eropa. Namun Inggeris “kesulitan” mendesain pola permainan di
tangan pelatih yang disegani.
Entah berapa kali, Inggeris harus “bongkar pasang”
pelatih untuk meracik timnas Inggeris. Namun kekalahan demi kekalahan di moment
penting membuat Inggeris “mulai dipinggirkan” dan sudah menjadi bayangan masa
lalu.
Media massa sering menyebut factor utama di timnas
Inggeris adalah “dirjen” yang meramu timnas dan kemudian menterjemahkan di
lapangan.
Peran Ronnie sebagai “kapten” belum mampu
menggerakkan sehingga timnas Inggeris “kehilangan” gairah dan tidak menampilkan
performa yang mumpuni.
Namun kekalahan demi kekalahan Inggeris sebenarnya
“berangkat” dari sikap angkuh dari Negara yang mengaku “mengekspor” berbagai
peradaban ke berbagai dunia.
Dengan bahasa Inggeris sebagai bahasa yang mendunia,
Inggeris bahkan begitu angkuh ‘sesama” Negara Eropa.
Keangkuhan ini kemudian ditunjukkan dalam referendum
yang kemudian 51 % meminta Inggeris keluar dari Uni Eropa. Dengan keluarnya
Inggeris (biasa dikenal Brexit – British Exit), maka Inggeris kemudian menunjukkan
kepada Eropa, bagaimana Eropa tergantung dan terganggu dengna kepentingan
ekonomi global. Inggeris ingin menunjukkan dominasi dan mulai “tidak nyaman”
dengan dominasi German, Perancis sebagai pemain utama di Uni Eropa.
Sikap angkuh Inggeris inilah yang biasa disebut “tulah”.
Didalam Kamus Besar disebutkan “tulah1/tu·lah/
n kemalangan yang disebabkan oleh kutuk, karena perbuatan yang kurang
baik terhadap orang tua (orang suci dan sebagainya), atau karena perbuatan
melanggar larangan; walat: ia menerima -- karena perbuatannya yang tidak
baik kepada orang tuanya;
Referendum dilakukan disaat bersamaan, Inggeris
sedang berjuang untuk mendapatkan tempat 8 besar di piala Eropa 2016. Hasil
referendum kemudian membuat Inggeris mengalamai nasib tragis.
Kekalahan Inggeris dari Islandia “melengkapi” tulah
sikap Brexit dari Uni Eropa. Inggeris kemudian “menerima” tulah sehingga
kemudian Inggeris kemudian benar-benar keluar dari Eropa. Inggeris kemudian
pulang kandang tanpa gelar apapun.